tirto.id - Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan menuturkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang melanjutkan tren pemulihan ekonomi 2022 melalui kebijakan ekspor. Bahkan, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II=2022.
Pada kuartal IV-2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil tetap terjaga di angka 5%. Meskipun, pada sebelumnya 2020 di kuartal II hingga 2021 di kuartal I mengalami penurunan. Namun, Indonesia berhasil bangkit dan pulih secara perlahan hingga di angka 5,72% year on year (yoy) pada kuartal II 2022.
Selanjutnya, pada masa pemulihan, faktor ekspor menjadi kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi ekspor berupa barang dan jasa secara terus – menerus meningkat sejak kuartal II – 2021 sampai kuartal III – 2022, dari angka 20,46% naik menjadi 26,23% dari total PDB.
Kemudian, nilai ekspor non migas sebagai pembangkit kinerja ekspor pada 2022 total mencapai USD 253,61 miliar mulai Januari hingga November 2022. Angka tersebut sudah melampaui capaian pada 2021 sebesar USD 219,25 miliar.
Peningkatan harga komoditas bahan tambang seperti nikel dan batu bara masih menjadi faktor dominan sebagai penggerak utama dampak supercycle commodity era. Pada Januari sampai November 2022 ekspor produk olahan nikel meningkat pesat sebesar 398,39% yoy, diikuti batu bara sebanyak 70,17% yoy.
“Perlu dicatat juga, meskipun terjadi pelemahan global, selama periode tersebut ekspor produk manufaktur Indonesia masih tetap tumbuh. Besi baja tumbuh 37,11% YoY, alas kaki tumbuh 29,27% YoY, serta kendaraan dan bagiannya tumbuh 27,29% YoY,” tutur Zulhas, Jakarta, Senin (02/01/2022).
Total keseluruhan capaian kinerja ekspor lebih tinggi jika dibandingkan dengan impor yang dimana tetap menjadikan neraca perdagangan Indonesia tetap surplus selama 31 bulan secara berturut – turut sejak Mei 2020.
Mulai dari bulan Januari hingga November 2022 surplus tersebut sudah mencapai 50,59 miliar dolar AS. Angka tersebut mencetak sejarah baru bagi Indonesia karena berhasil melampaui rekor tertinggi sebelumnya pada 2006 dengan nilai 39,73 miliar dolar AS.
Perjanjian Dagang adalah Kunci Jaga Ekspor
Selama Periode Januari hingga November 2022, 20 negara tujuan ekspor non migas Indonesia hampir dominan di seluruhnya tumbuh positif dan hanya negara Spanyol yang tumbuh negatif.
Lima negara yang mempunyai pertumbuhan tertinggi yaitu, India (81,46%), Filipina (52,43%), Hong Kong (43,86%), Jepang (38,95%), dan Korea Selatan (37,24%). Dari lima negara tersebut, Indonesia sudah menjalin Kerjasama bilateral dengan Jepang dan Korea Selatan.
Terkhusus untuk Korea Selatan, disebutkan ratifikasi perjanjian Indonesia – Korea CEPA telah disahkan menurut undang – undang nomor 25 tahun 2022 pada 27 September 2022. Diharapkan kedepannya untuk pelaku usaha dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
Pada pertengahan 2022, Indonesia menjalin Kerjasama perdagangan baru dengan negara Uni Emirat Arab melalui Indonesia United Arab Emirates CEPA yang telah ditandatangani pada 1 Juli 2022.
Melalui UAE CEPA ini diibaratkan menjadi jalan Tol bagi pasar ekspor Indonesia ke Kawasan Timur Tengah, Asia Tengah dan selatan, serta Afrika. Walaupun masih dalam proses ratifikasi, bulan Januari sampai November 2022 ekspor non migas ke UAE telah meningkat 24,97% dalam 10 tahun kedepan ekspor produk Indonesia. Dan, proyeksi tersebut diharapkan meningkat di angka 53,90%.
Catatan penting mengenai kerjasama perdagangan Indonesia 2022 melalui ratifikasi Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) melalui undang – undang nomor 24 tahun 2022 pada 27 September 2022. RCEP adalah perjanjian dagang terbesar dengan RCEP Indonesia telah memasuki sejarah baru bekerja sama dengan 14 negara yang mencakup 30% GDP dunia.
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang