Menuju konten utama

Kembali Darurat, Mewaspadai Peluang Mpox Sebagai Pandemi Baru

Masyarakat Indonesia tetap harus waspada dengan Mpox, meski tidak berpotensi menjadi pandemi.

Kembali Darurat, Mewaspadai Peluang Mpox Sebagai Pandemi Baru
Petugas kesehatan memasang poster sosialisasi penyakit cacar monyet di majalah dinding di Puskesmas Kedaung, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (1/11/2023). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc.

tirto.id - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menetapkan keadaan darurat terhadap wabah Mpox pada pekan kedua bulan ini. Pada 2022, Mpox juga sempat ditetapkan WHO sebagai “penyakit darurat kesehatan global” atau PHEIC, namun belakangan dicabut karena situasi melandai pada pertengahan Mei 2023.

Bulan ini, status tersebut kembali disematkan karena ada peningkatan kasus dan kematian akibat Mpox di negara-negara Afrika.

Peningkatan kasus dan kematian ini disebabkan oleh virus Mpox klad 1b. WHO melaporkan peningkatan kasus akibat klad 1b terjadi di Kongo dan negara Afrika lainnya. Hingga awal Agustus 2024, kasus Mpox sudah tercatat lebih dari 15.600 kasus dan 537 kasus kematian.

Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes (Kemenkes), Achmad Farchany Tri Adryanto, menyampaikan hingga pekan ketiga Agustus 2024, telah ditemukan 88 kasus Mpox dalam kurun waktu 2023-2024. Rinciannya: ditemukan satu kasus pada 2022, lalu 73 kasus pada 2023, dan 14 kasus tahun ini.

Farchany memastikan saat ini tinggal tersisa satu kasus Mpox yang masih aktif dan tengah menjalani perawatan. Secara rinci, kasus Mpox di Indonesia tersebar di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi, Jawa Barat 13 kasus konfirmasi, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur 3 konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi.

“Kasus aktif saat ini ada 1 (satu) orang yang masih menjalani isolasi dengan keadaan umum baik,” kata Farchany kepada reporter Tirto, Kamis (22/8/2024).

Kemenkes juga memastikan bahwa kasus Mpox di Indonesia seluruhnya varian klad 2b. Hal ini dipastikan dari 88 kasus konfirmasi, ada sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.

Belum ada temuan varian klad 1b di Indonesia, yang jadi penyebab peningkatan kasus dan angka kematian di negara-negara Afrika.

Terdapat dua klad Mpox virus, yakni klad 1 berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan sub-klad 1a. Selain itu, sub-klad 1a mempunyai case fatality rate (CFR) lebih tinggi dibanding klad lain.

Sub-klad 1a ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Adapun sub-klad 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.

Di sisi lain, klad 2 berasal dari Afrika Barat dengan sub-klad 2a dan 2b yang punya CFR mencapai 3,6 persen alias lebih rendah dibandingkan klad 1. Sebagian besar penularan Mpox klad 2 berasal lewat kontak seksual pada saat mewabah di 2022.

Ilustrasi Monkeypox

Ilustrasi Monkeypox. FOTO/iStockphoto

Sebagai informasi, penyakit Mpox sebelumnya dinamakan cacar monyet. Belakangan, nama itu dihapus WHO karena terkesan rasis dan berbau stigma, sehingga resmi diganti menjadi Mpox pada tahun lalu.

Cara penularan Mpox dapat melalui kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi, serta kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi atau droplet. Yang paling berisiko tertular adalah orang serumah dan tenaga kesehatan, serta yang punya riwayat kontak (termasuk seksual) dengan orang terinfeksi.

Orang yang berhubungan seks berisiko seperti banyak pasangan dan berganti–ganti, juga berisiko tinggi tertular. Kelompok risiko utama Mpox adalah laki-laki yang melakukan seks dengan sejenis (LSL).

Penularan melalui droplet biasanya membutuhkan kontak erat yang lama, sehingga anggota keluarga serumah atau kontak erat dengan kasus, berisiko lebih besar. Mpox juga menyebar lewat kontak langsung kulit ke kulit atau membran mukosa, seperti saat kontak seksual.

Masa inkubasi Mpox dapat terjadi dalam rentang 6-13 hari. Namun, ditemukan beberapa kasus dengan masa inkubasi 5-21 hari. Masa infeksi Mpox ada dua fase, meliputi fase akut selama 0-5 hari sejak infeksi dan fase erupsi pada 1-3 hari setelah gejala demam timbul.

Berdasarkan laporan “Technical Report Mpox di Indonesia Tahun 2023” yang diterbitkan Kemenkes, gejala Mpox pada kasus konfirmasi yang paling banyak dilaporkan adalah lesi, diikuti oleh demam, ruam, dan limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening).

Durasi kesembuhan Mpox bervariasi, biasanya dalam rentang dua hingga empat minggu. Periode lama sakit paling singkat adalah 14 hari dari timbulnya gejala pertama.

Mpox Potensi Jadi Pandemi?

Epidemiolog, Dicky Budiman, menyampaikan memang belum ada laporan Mpox di Indonesia merupakan varian klad 1b yang menimbulkan lonjakan dan keparahan kasus di Afrika. Namun, ia mengingatkan bahwa Indonesia bisa tenang-tenang saja dan merasa aman.

“Kita tetap harus menjaga atau bahkan memastikan bahwa itu belum masuk ke Indonesia dengan beberapa langkah. Antara yang tentu, deteksi yang lebih aktif atau kemudian juga surveilans ditingkatkan,” kata Dicky kepada reporter Tirto, Kamis (23/8/2024).

Dicky mengingatkan setiap virus bersifat infeksi, jika terus dibiarkan menyebar maka akan menimbulkan potensi mutasi yang lebih kuat. Maka, dia menyarankan pemerintah juga aktif menjangkau kelompok berisiko.

Kendati masih ada potensi peningkatan dan keparahan kasus, Dicky belum melihat adanya peluang Mpox menjadi pandemi baru seperti COVID-19 lalu. Virus yang cenderung menjadi pandemi baru adalah yang sangat mudah menyebar atau menular, biasanya virus yang bisa tertular lewat udara.

“Tapi meskipun saat ini potensi untuk ke arah pandeminya kecil, kita tidak bisa membiarkan virus itu belajar makin meluas,” ucap Dicky.

Dicky mengingatkan, Mpox memiliki karakter penyakit dengan fenomena gunung es. Artinya, jumlah kasus yang tidak terdeteksi bisa saja lebih besar dibandingkan yang dilaporkan.

Biasanya, kata dia, disebabkan keterbatasan deteksi dan pelaporan. Bisa terjadi karena alat diagnostik yang tidak tersedia atau akses yang sulit terhadap fasilitas layanan kesehatan.

“Juga banyak mungkin orang yang terinfeksi ini enggak mau datang ke fasilitas kesehatan. Karena apa? Karena ketakutan atau stigma jadi dia enggak melapor atau mencari layanan kesehatan,” ujar Dicky.

Epidemiolog dan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Masdalina Pane, menilai Mpox tidak berpotensi menjadi pandemi. Menurutnya, darurat Mpox yang dirilis WHO belum menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat yang bermakna karena sistem kesehatan masih dapat terjaga ketersediaannya.

Selain itu, tersedia vaksin Mpox serta obat penyembuhannya. Lebih lanjut, gejala Mpox juga sangat jelas dan mode transmisi serta metode pengendaliannya juga sudah dipahami.

“Mpox tidak berpotensi pandemi, karena penularannya tidak semudah penyakit virus pada infeksi saluran pernafasan seperti corona dan influenza virus,” kata Masdalina kepada reporter Tirto, Kamis (23/8/2024).

Untuk di Indonesia, kata Masdalina, memang berpotensi terjadi adanya peningkatan kasus. Namun jika ditangani dengan baik, menurutnya tidak terjadi lonjakan kasus yang berarti.

Kendati demikian, masyarakat harus tetap waspada meskipun tidak perlu panik. Masyarakat diminta dapat mengenali tanda atau gejala Mpox. Jika bergejala, pastikan segera ke fasilitas layanan kesehatan untuk bisa dilakukan pemeriksaan lab.

“Suspek tersebut jangan distigma tapi segera di bawa ke RS untuk diobati, kontak erat di sekitarnya sebaiknya segera divaksin dan jika ada yang muncul gejala (suspek) segera laporkan untuk diperiksa,” jelas Masdalina.

Himbauan bahaya cacar monyet

Petugas kesehatan menyosialisasikan penyakit cacar monyet kepada masyarakat di Puskesmas Kedaung, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (1/11/2023). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/foc.

Upaya Pemerintah

Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes (Kemenkes), Achmad Farchany Tri Adryanto, menyatakan pemerintah sendiri sudah melakukan dan menyiapkan metode penanganan dan pencegahan Mpox untuk merespons keadaan darurat dari WHO.

Pemerintah melakukan surveilans lewat skrining di pintu-pintu masuk negara oleh petugas karantina kesehatan.

Dilakukan dengan pemeriksaan suhu menggunakan thermal scanner serta pengamatan visual terhadap gejala yang Mpox yang timbul.

“Melakukan PCR pada orang-orang bergejala dan pelacakan kontak erat pada orang-orang terkonfirmasi positif. Dilakukan pemeriksaan WGS pada orang-orang terkonfirmasi positif Mpox,” ucap dia kepada reporter Tirto, Kamis (23/8/2024).

Pemerintah juga sudah melakukan vaksinasi yang diprioritaskan kepada petugas kesehatan di laboratorium dan di RS rujukan yg menangani pasien Mpox, dan kepada populasi LSL. Sosialisasi kewaspadaan Mpox juga digencarkan kepada seluruh Dinas Kesehatan, Fasilitas Kesehatan dan Balai Kekarantinaan Kesehatan.

“Masyarakat agar tetap tenang, selalu menerapkan PHBS, perilaku seks yang sehat dan aman, dan segera berobat ke fasilitas kesehatan apabila ada keluhan atau muncul gejala,” ujar Farchany.

Baca juga artikel terkait MONKEY POX atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - News
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Bayu Septianto