Menuju konten utama

Kejatuhan Martin Shkreli, Ikon Kapitalisme Farmasi Amerika

Karirnya tiba-tiba melesat, begitu pula kejatuhannya. Martin Skhreli adalah musuh nomor satu publik Amerika.

Kejatuhan Martin Shkreli, Ikon Kapitalisme Farmasi Amerika
Martin Shkreli. REUTERS/Joshua Roberts

tirto.id - “Sayalah orang yang hari ini harus disalahkan,” ucap Martin Shkreli pada Jumat (9/3) di depan hakim pengadilan federal Brooklyn, New York.

“Ini kesalahan saya. Saya bukan korban di sini,” lanjut Skhreli seraya menangis tersedu-sedu. Ia lantas meminta sang pengacara, Benjamin Brafman, agar tidak meneruskan upaya mendapatkan vonis ringan (kerja sosial) untuk dirinya.

“Tak perlu menyesalkan apa yang saya alami atau merasa buruk kepada saya,” tambah Shkreli di dalam ruangan sidang yang disesaki pendukung dan keluarganya. Beberapa pendukungnya bahkan menulis surat pada hakim Kiyo Matsumoto untuk meringankan hukuman pada Shkreli.

“Saya tidak pernah termotivasi oleh uang,” katanya. “Saya hanya ingin menumbuhkan reputasi saya.”

Skandal Perusahaan Farmasi

Gambaran di atas berasal dari sidang pengadilan federal Brooklyn dengan terdakwa Martin Shkreli yang dilaporkan telah melakukan penipuan. Liputan dibuat Dan Mangan untuk CNBC. Pimpinan perusahan farmasi dan bioteknologi Turing Pharmaceuticals itu akhirnya benar-benar dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara karena kecurangan dan penipuan sekuritas.

Hukuman yang dijatuhkan pada Shkreli lebih rendah dari tuntutan jaksa yang meminta hakim memvonisnya dengan kurungan minimal 15 tahun. Sedangkan pengacara Skhreli, Benjamin Brafman, mengajukan hukuman 12 sampai 18 bulan.

"Semestinya dia tidak dihukum semata-mata karena dia Martin Shkreli, dengan seluruh masa lalunya," bela Brafman seperti dilansir oleh Financial Times.

Selama persidangan, Brafman meyakini apa yang dilakukan Shkreli tidak mengorbankan siapapun, mengingat "tidak ada investor dana lindung (hedge fund) yang merugi"—beberapa di antaranya, tulis Financial Times, malah “mendapat keuntungan signifikan.”

Sementara hakim Kiyo Matsumoto berpendapat hukuman yang dijatuhkan kepada Shkreli murni karena dirinya bersalah dan merugikan pihak lainnya, dalam hal ini adalah rekan bisnisnya.

“Kasus ini bukan soal harga obat atau pernyataan dan tindakan kontroversial Shkreli, juga bukan soal kecakapan ilmiahnya,” tegas Matsumoto. “Ini soal pelanggaran kepercayaan dan kebohongan terhadap investor yang dilakukan terus-menerus.”

Masih menurut Financial Times, Shkreli ditangkap aparat pada Agustus tahun lalu akibat kejahatan sekuritas yang ia lakukan selama 2009-2011. Shkreli didakwa telah menjarah jutaan dolar dari perusahaan bioteknologi Retrophin untuk menambal kerugian dua hedge fund (dana lindung) yang ia kelola di MSMB Capital dan MSMB Healthcare.

Ia tercatat mengirimkan laporan rekening palsu ke para investornya sembari menyembunyikan kerugian besar dari dua hedge fund yang dikelolanya. Menurut laporan The Guardian, Shkreli telah merugikan investor senilai $11 juta.

Dari sana, pengadilan memutuskan bahwa Shkreli telah berbohong kepada investor, antara lain tentang bagaimana dana lindung nilai dikelola, apa yang mereka investasikan, serta berapa banyak uang yang mereka miliki. Selain itu, juri pengadilan juga menemukan indikasi kuat mengenai keterlibatan Shkreli dalam mengendalikan sejumlah besar saham Retrophin, perusahaan farmasi yang ia dirikan pada 2011.

Dana lindung (atau hedge fund) merupakan investasi yang dilakukan secara khusus untuk mengurangi atau meniadakan risiko pada investasi lainnya. Bisa dibilang, dana lindung juga jadi strategi atau pagar untuk mengurangi risiko tidak terduga seperti fluktuasi harga saham. Namun, di sisi lain, hedge fund tetap memungkinkan untuk memperoleh keuntungan dari investasi tersebut.

Muda, Kaya, Licik

Reputasi dan nama Shkreli moncer pada 2015 ketika mendirikan Turing Pharmaceuticals. Dengan perusahaan ini, Shkreli mengambil langkah yang bikin geger masyarakat Amerika. Ia membeli obat anti-parasit bernama Daraprim dan menjualnya kembali seharga $750 dari harga pasaran yang semula hanya $13,50. Kenaikan harga sekitar 5.000% itu dipatok Turing agar dapat mendatangkan profit hingga puluhan bahkan ratusan juta dolar, dengan syarat penggunaan obat Daraprim tetap konstan.

Daraprim, yang secara umum dikenal sebagai pirimetamin, adalah obat toxoplasmosis, semacam infeksi parasit yang dapat menyebabkan kematian bagi bayi yang baru lahir dan perempuan selama masa kehamilan. Selain itu, Daraprim juga bisa digunakan untuk orang-orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya pasien AIDS dan pengidap kanker.

Kendati menaikkan harga obat-obatan bukanlah hal yang ilegal, akan tetapi tindakan Shkreli telah membuat anggaran medis banyak pasien meroket hingga ratusan ribu dolar. Di lain sisi, keputusan Shkreli ditentang orang banyak yang lantas menjulukinya “sosiopat yang bangkrut secara moral,” “omong kosong,” “monster sampah,” hingga menjadikan dirinya simbol dari “segala sesuatu yang salah dengan kapitalisme.” Singkat kata, Shkreli jadi musuh nomor satu Amerika.

Kecaman juga datang dari The Infectious Diseases Society of America dan HIV Medicine Association. Dilansir dari New York Times, mereka mengatakan bahwa kebijakan Turing tidak bisa dibenarkan karena membahayakan banyak pasien yang rentan secara medis.

Dr. Judith Aberg, kepala divisi penyakit infeksi pada Icahn School of Medicine at Mound Sinai menjelaskan bahwa kenaikan drastis harga Daraprim bisa memaksa rumah sakit beralih ke model-model terapi alternatif yang boleh jadi kurang efektif.

Tapi, Shkreli cuek bebek. Ia berdalih bahwa Daraprim jarang digunakan sehingga dampak kenaikan harga terhadap sistem kesehatan akan sangat kecil. Dalih Shkreli lainnya: ia akan menggunakan keuntungan dari penjualan Daraprim untuk mengembangkan perawatan toxoplasmosis yang lebih baik.

“(Turing) bukan perusahaan obat terlarang yang coba merampok pasien. Kami mati-matian bertahan dalam bisnis ini,” tegasnya kepada The New York Times. “Tidak masuk akal jika kami dikritik (karena menaikkan harga).”

Infografik Martin shkreli

Jaksa penuntut dari pemerintah Amerika memasukkan kasus kenaikan harga Daraprim sebagai salah satu pemberat dakwaan Shkreli. Menurut jaksa penuntut, Shkreli “terdorong untuk menghasilkan keuntungan yang luar biasa” dan pengadilan harus menjatuhkan hukuman yang keras karenanya.

Sebagaimana ditulis BBC, Shkreli lahir dan tumbuh di kawasan kelas pekerja di Brooklyn, New York. Ia lahir dari pasangan imigran asal Albania dan Kroasia. Semasa kecil, Shkreli kerap dianiaya secara fisik oleh orangtuanya. Ia juga kerap menyaksikan pelecehan dalam hubungan rumah tangga ayah dan ibunya.

Lantaran serangkaian pengalaman pahit itu, Shreli kecil lantas menderita serangan panik. Matematika pun jadi pelariannya. Seperti yang dilansir New York Times, ketika baru berusia enam tahun, Shkreli sudah bisa menghitung akar kuadrat dan menghafal tabel periodik.

Pada 2004, Shkreli lulus dari sekolah bisnis di Baruch College. Dua tahun kemudian, setelah magang di Cramer Berkowitz & Co., Shkreli mendirikan perusahaan hedge fund bernama Elea Capital Management dan pada 2008 membangun MSMB Capital Management. Melalui MSMB, ia mulai masuk ke ranah farmasi dan bioteknologi dengan mendirikan Retrophin (2011) serta Turing (2015).

Retrophin didirikan dengan tujuan untuk memproduksi obat-obatan penyakit langka. Tiga tahun selepas didirikan, Shkreli dilengserkan dewan redaksi dari jabatannya sebagai kepala perusahaan akibat bertindak di luar koridor. Ia diduga menciptakan Retrophin dan menjual sahamnya ke publik untuk melunasi uang pemodal yang sudah diinvestasikan ke MSMB. Shkreli dituntut $65 juta.

Selama berkarier, Shkreli telah mengumpulkan kekayaan sebesar $27,2 juta di usianya yang baru 34 tahun. Dalam kekayaannya tersebut terselip koleksi lukisan Picasso dan album Wu-Tang Clan. Album bertajuk Once Upon a Time in Shaolin (2014) itu ia tebus dengan harga $2 juta.

Setelah lolos dari tuntutan pertama pada 2014, akhirnya Shkreli harus menebus kejahatannya. Pengadilan federal telah menjatuhkan vonis kurungan tujuh tahun penjara, denda $75 ribu, dan penyitaan aset senilai $7,36 juta.

Baca juga artikel terkait INDUSTRI FARMASI atau tulisan lainnya dari M Faisal

tirto.id - Hukum
Reporter: M Faisal
Penulis: M Faisal
Editor: Windu Jusuf