tirto.id - Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI) melalui Kedutaan Besar Indonesia (KBRI) Beirut mengimbau kepada Warga Negara Indonesia (WNI) untuk keluar dari Lebanon secara mandiri. Apa yang sebenarnya terjadi?
Imbauan agar WNI segera meninggalkan Lebanon itu disampaikan oleh Sekretaris Kedua /PF Protkons, Ananda Australia Loesi, melalui pengumuman No. 01038/PK/07/2024 yang dirilis pada Senin (29/7/2024).
Pengumuman tersebut dikeluarkan berkaitan dengan kondisi keamanan di Lebanon yang tidak menunjukkan perbaikan, ditambah sejumlah gangguan keamanan dalam beberapa waktu belakangan, serta mencermati perkembangan situasi di kawasan Timur Tengah.
“Kami mengimbau seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) di Lebanon untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian, serta bersiap dan mengantisipasi apabila terjadi eskalasi konflik,” tulis KBRI dalam pernyataannya.
WNI di Lebanon juga diimbau untuk memastikan telah melakukan Lapor Diri kepada KBRI Beirut. WNI diminta untuk mempertimbangkan mencari penerbangan yang bisa membawa mereka keluar dari Lebanon.
“Kami mengimbau seluruh WNI di Lebanon untuk memastikan sudah memproses Lapor Diri kepada KBRI Beirut dan mempertimbangkan untuk dapat keluar dari Lebanon untuk sementara waktu secara mandiri selama layanan penerbangan komersial masih tersedia,” tulis KBRI.
Selain itu, WNI yang memiliki rencana berkunjung ke Lebanon diharapkan menunda perjalanan hingga situasi keamanan di negara tersebut membaik. Khusus WNI yang berada di Lebanon Selatan diminta untuk berlindung di KBRI Beirut (safe house).
Wilayah Lebanon Selatan seperti di daerah Saida, Hasbaya, Nabatieh, Marjeyoun, Tyre, dan Aitaroun saat ini dalam kondisi yang semakin memburuk. Sejak Oktober 2024, kawasan tersebut telah ditetapkan Status Siaga I. KBRI mengingatkan seluruh WNI di Lebanon agar menghindari kawasan yang rawan.
WNI di Lebanon diperingatkan untuk menyimpan barang dan dokumen berharga seperti paspor, handphone, dan dompet, serta meningkatkan kewaspadaan atas perkembangan situasi keamanan setempat.
Jika sedang dalam keadaan darurat dan berbahaya, WNI diminta segera mencari tempat berlindung lalu menghubungi 112 atau pihak kepolisian terdekat, selanjutnya dapat menghubungi Hotline KBRI Beirut melalui telepon maupun whatsapp pada nomor +961 70817310.
Apa yang Terjadi di Lebanon?
Israel telah melakukan serangan udara di Beirut dan menewaskan sedikitnya tiga orang. Serangan tersebut semakin meningkatkan ketegangan antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon.
Ledakan terdengar di pinggiran selatan Beirut pada Selasa (30/7/2024) sekitar pukul 19.40 waktu setempat dan menghantam kawasan Haret Hreik di dekat Dewan Syura Hizbullah yang merupakan pusat pengambilan keputusan pemerintah Lebanon.
Setengah dari bangunan yang menjadi sasaran di lingkungan padat penduduk itu runtuh dan sebuah rumah sakit di dekatnya mengalami kerusakan ringan. Jalanan di sekitarnya dipenuhi puing-puing dan pecahan kaca saat ambulans bergegas menuju lokasi kejadian.
Dikutip dari laporan Al Jazeera, serangan tersebut dikatakan Kementerian Kesehatan Lebanon telah menewaskan seorang wanita dan dua anak serta membuat puluhan orang lainnya terluka.
"Jumlah korban tewas akibat agresi Israel di pinggiran selatan Beirut ... adalah tiga orang martir, termasuk seorang wanita, seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki," kata kementerian, seraya menambahkan bahwa "pencarian orang-orang yang hilang di bawah reruntuhan masih terus berlanjut."
Serangan Israel ke Lebanon terjadi tiga hari setelah serangan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Sabtu (27/7/2024). Serangan tersebut dituduhkan Israel kepada Hizbullah.
Militer Israel mengatakan bahwa serangannya pada Selasa malam menargetkan komandan Hizbullah, Muhsen Shukr, yang juga dikenal sebagai "Haji Muhsen".
Mereka mengklaim bahwa Muhsen bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 12 orang dan melukai 30 orang di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Serangan roket pada hari Sabtu menghantam Majdal Shams, di bagian timur laut wilayah yang diduduki Israel. Meski Israel menuduh Hizbullah sebagai dalang serangan pada hari Sabtu, Hizbullah telah membantah terlibat dalam serangan tersebut.
Pada Rabu (31/7/2024) Hizbullah mengkonfirmasi bahwa Haji Muhsen telah meninggal dunia dalam serangan Israel.
Israel menduduki wilayah barat Dataran Tinggi Golan sejak perang 1967, sementara bagian yang tersisa berada di bawah kendali Suriah.
Sejak melancarkan serangan ke Gaza pada bulan Oktober, Israel telah menyerang Beirut setidaknya satu kali sebelum serangan hari Selasa.
Pada tanggal 2 Januari, Israel melakukan serangan yang menewaskan pejabat senior Hamas, Saleh al-Arouri. Serangan terakhir Israel ke Beirut sebelum ini terjadi pada tahun 2006, selama perang 34 hari antara Israel dan Hizbullah.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Iswara N Raditya