Menuju konten utama

KAWS yang Memikat Kim Jones

Kim Jones mencoba membuat Dior Homme laku di generasi muda lewat kolaborasi dengan seniman jalanan KAWS.

KAWS yang Memikat Kim Jones
Instalasi patung BFF di arena peragaan busana Kaws x Dior by Kim Jones. Hypebeast/Paul Mougeot

tirto.id - Mari sejenak mengingat hal yang dilakukan desainer Kim Jones tahun lalu. Ia membuat kejutan dengan mengawinkan label prestisius Louis Vuitton (LV) dengan Supreme, label busana dan aksesori yang awalnya diciptakan guna memuaskan keinginan bergaya para skaters di New York. Produk hasil kolaborasi dua label ini laris dan menyumbang keuntungan bagi rumah mode LV. Para pembeli juga datang dari kalangan fans Supreme. Mereka rela mengantre 20 jam untuk mendapatkan jaket atau tas bermotif monogram LV yang diberi "stempel" besar logo Supreme berwarna merah. Harga jaket Supreme yang biasa dijual di kisaran harga $148 melonjak sampai $3.000-an.

Jones dipuja atas ide untuk bekerjasama dengan James Jebbia, pendiri Supreme, label yang bahkan tidak pernah mengadakan peragaan busana. Supreme berdiri pada 1994 saat femomena skating, musik hip hop, dan street art populer di kota New York. Label ini kian dikenal lewat perbincangan dari mulut ke mulut dan media sosial. Di kalangan milenial, Supreme diagungkan. Pendapat yang lebih ekstrem menyebut Supreme dikultuskan.

Setelah sukses mendatangkan keuntungan bagi LV, Jones pindah ke label busana Christian Dior (Dior). Label yang juga berada dalam naungan grup retail LVMH Moët Hennesy Louis Vuitton. Ia bertugas jadi direktur kreatif Dior Homme. Beberapa hari lalu Jones mempertontonkan koleksi pertamanya. Kepada The Guardian ia berkata bahwa karakter Dior adalah elegan, mutakhir, dan romantis.

Jones berupaya mewujudkan karakter tersebut dengan mendesain stelan jas longgar lewat warna kuning, merah muda, dan biru yang dikemas dalam nuansa pastel. Ada pula kemeja-kemeja bermotif floral yang dibuat lantaran Jones ingat bahwa Christian Dior, desainer pendiri label Dior, menyukai bunga.

Desainer ini sadar tugasnya bukan sekadar menunjukkan karakter Dior, melainkan juga mencari cara agar produk laku di kalangan milenial. Pikiran Jones tidak berlari jauh dari budaya kaum muda New York tahun 1990-an. Ia mencoba menggaet kaum muda dan kalangan yang pernah muda dengan menghadirkan sosok idola street art tahun 1990an, KAWS.

Untuk Dior Homme, KAWS mendesain patung setinggi tiga meter yang terbuat dari 7.000 bunga mawar merah muda dan peony. Patung yang dibuat untuk dekorasi area peragaan busana itu terletak di tengah-tengah ruangan. Di bawahnya ditempatkan kursi melingkar sebagai tempat duduk undangan sangat penting. KAWS membentuk sosok Companion, figur ciptaan KAWS yang pertama kali ia buat pada akhir tahun 1990an. Companion memakai jas hitam, busana yang kerap dikenakan Christian Dior.

Selain membuat patung, KAWS menggambar ulang lebah, hewan yang jadi salah satu ciri Dior Homme. Bagian mata lebah dibubuhi tanda ‘X’, simbol khas karya KAWS. Gambar lebah muncul di produk kemeja, di antara motif kembang. KAWS turut menciptakan boneka miniatur patung yang jadi gimmick pada peragaan busana. Sejumlah selebritas yang jadi tamu peragaan seperti Victoria Beckham, Naomi Campbell, Bella Hadid, dan Kim Kardashian; diminta berpose dengan boneka bernama BFF.

Infografik Kaws

KAWS dan Nostalgia

Time pernah menulis artikel yang memuat pendapat dari Journal of Consumer Research. Menurut riset itu, unsur nostalgia bisa membuat seseorang mengeluarkan uang lebih banyak dalam membeli sebuah produk. Jones percaya bahwa KAWS punya daya menarik para pembeli yang ingin bernostalgia.

Dari sisi usia, ia terbilang belum terlalu tua, masih 44 tahun. Ia tidak seperti Basquiat atau Harring yang membawa unsur nostalgia pada era yang lebih lama. Bagi Jones, mengingat zaman 1990-an sudah cukup. Masa-masa saat Jones masih berusia awal 20-an dan mungkin jadi orang yang menikmati street art.

KAWS datang ke New York pada tahun 1994 sebagai remaja yang gemar menggambar. Nama aslinya ialah Brian Donnelly. Pada masa itu ia membubuhkan kata KAWS, kumpulan huruf yang ia suka, pada dinding subway dan tembok-tembok bangunan bobrok. Street Art (2008) karya Cedar Lewisohn menulis KAWS mendapat tawaran dari pengusaha jasa periklanan untuk memodifikasi poster iklan yang ada di halte bus. Dengan senang hati KAWS menerima tawaran tersebut.

Ia membuat iklan Calvin Clein dengan bintang Christy Turlington bagai karya seni kontemporer yang nyeleneh. KAWS menambahkan gambar yang disesuaikan dengan materi asli iklan. Kepada aktor Tobey Maguire ia berkata bahwa melukis iklan bagai berkolaborasi dengan para pembuat iklan.

Nasib KAWS berubah saat ia datang ke Jepang. Perusahaan pembuat mainan meminta KAWS mendesain mainan. Ia juga bertemu dengan Nigo, pengusaha retail yang memintanya membuat lukisan untuk koleksi pribadi. Lukisan KAWS berangkat dari produk budaya pop seperti The Simpson, Smurf, Spongebob. Demikian pula dengan mainan yang ia desain. Companion, figur karya KAWS yang paling masyhur, punya tampilan serupa dengan Mickey Mouse.

Karya KAWS dikoleksi oleh penyanyi Pharell Williams. Moon Man, salah satu figur ciptaannya dijadikan piala penghargaan MTV Video Music Awards. Karyanya pun mulai mengisi galeri-galeri seni. Di ranah mode, nama KAWS memang belum sepopuler Ketih Harring yang berkolaborasi dengan label Gucci atau Basquiat yang pernah dijadikan model di peragaan busana Comme Des Garcons. Namun langkah Jones bisa jadi pintu KAWS untuk merambah penggemar dari sosok-sosok baru yang bukan pecinta seni.

Baca juga artikel terkait STREET ART atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti