Menuju konten utama

Kastil Shuri Warisan Dunia Berusia 500 Tahun di Okinawa Terbakar

Penyebab kastil Shuri terbakar masih dalam penyelidikan. Tak ada korban dalam peristiwa ini.

Kastil Shuri Warisan Dunia Berusia 500 Tahun di Okinawa Terbakar
Kastil Shuri di Okinawa. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kastil Shuri, sebuah istana bersejarah berusia 500 tahun di selatan pulau Okinawa terbakar pada Kamis (31/10/2019) dini hari. Kastil Shuri adalah kastil peninggalan Kerajaan Ryuku, yang dipercaya masih aktif pada tahun 1400-an, dan bentuk serta struktur bangunannya masih sama seperti sejak awal dibangun.

South China Morning Post melaporkan, 100 petugas pemadam kebakaran dan 30 mesin pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api. Api melahap 4,8 ribu meter persegi dari kompleks istana.

"Tiga bangunan utama dilalap api, sampai tidak tersisa sedikit pun," kata Daisuke Furugen, seorang petugas dari departemen pemadam kebakaran lokal Naha.

Api bermula pada pukul 03.00 dini hari, dan penyebab kebakaran masih dalam proses penyelidikan. Api bermula dari bangunan utama, sebuah gedung dengan konstruksi rumit dengan atap berukir tradisional, lalu menjalar dengan cepat.

Di lokasi kejadian, petugas pemadam kebakaran mengatakan bahwa api sulit dikontrol.

"Panas apinya terasa sangat kuat dan petugas kesulitan menjangkau titik sumber api," kata salah seorang petugas.

Sebelumnya, pertemuan mendesak oleh pemerintah setempat digelar perihal kejadian ini. Pemerintah kota akan mengerahkan seluruh kekuatan untuk memadamkan api dan penanganan setelah kejadian.

"Saya sangat sedih karena kejadian ini, benar-benar terkejut," kata Mikiko Shiroma, Walikota Naha. "Kami kehilangan simbol kota kami."

Tidak ada laporan korban luka dalam kejadian ini, namun 30 penduduk setempat di sekitar istana dievakuasi, The Japan Times mewartakan.

Bangunan utama yang terdampak kebakaran terbuat dari kayu, sedangkan bangunan utara dan selatan memiliki kerangka besi, terlebih lagi pemadam api otomatis belum dipasang di seluruh area kastil Shuri tersebut.

Sebuah rekaman menunjukkan kastil sudah membara sebelum matahari terbit dan saat hari sudah terang, kejadian itu memperlihatkan kerusakan masif yang disebabkan oleh api sepanjang subuh.

Pemerintah menyatakan, festival penduduk lokal digelar pada hari Minggu mendatang di kompleks istana, dan persiapan untuk festival dilakukan sejak Kamis (31/10) pukul 01.00, beberapa jam sebelum kebakaran terjadi.

"Kami tidak menggunakan api [dalam persiapan kami]," kata salah seorang perwakilan dari organisasi yang bertanggung jawab untuk persiapan festival.

Yoshihide Suga, Kepala Kabinet Jepang mengatakan dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, pemerintah pusat akan membantu dengan sekuat tenaga untuk merekonstruksi kastil Shuri.

Penduduk sekitar turut bersedih karena kejadian ini.

"Api besar melahap bangunan dan langsung menyambar sekitar saat bangunan mulai runtuh," kata Ritsuko Shiratori (70), seorang warga yang menjadi saksi kejadian.

Ia terbangun saat mendengar suara sirine mobil polisi dan kemudian menyaksikan langsung kejadian itu dari lantai atas gedung apartemennya.

Kompleks Istana Shuri kembali dibuka untuk umum sebagai taman nasional pada 1992, setelah direnovasi ulang. Area yang masih lestari di sekitar kompleks istana menjadikannya salah satu Situs Sejarah yang disahkan oleh UNESCO pada tahun 2000, sebagaimana dilansir Channel News Asia.

"Kompleks dan seluruh situs Shuri telah berdiri selama lima ratus tahun sejarah Ryukyuan [abad ke-12 hingga 17]," sebut UNESCO dalam sebuah pernyataan.

"Reruntuhan kastil, yang menyisakan tempat-tempat tinggi, adalah bukti bagi yang menunjukkan keberadaan sturktur sosial selama sebagian besar periode tersebut. Sementara itu, situs-situs suci menjadi saksi bisu atas kelangsungan hidup langka berupa pergerakan agama kuno ke zaman modern."

Aula utama yang direkonstruksi dari Kastil Shuri dipuji sebagai monumen besar yang melambangkan kebanggaan orang-orang Ryuku.

Baca juga artikel terkait WARISAN DUNIA atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Ibnu Azis