Menuju konten utama

Kapan Rebo Wekasan 2024 Tahun 1446 Hijriah, Ada Doa & Amalannya?

Kapan Rebo Wekasan berdasarkan kalender Hijriyah 2024? Simak hukum, bacaan doa, dan daftar amalan.

Kapan Rebo Wekasan 2024 Tahun 1446 Hijriah, Ada Doa & Amalannya?
Warga menyaksikan gelaran tradisi lomba perahu layar di Pantai Warudoyong, Banyuwangi, Jawa Timur. Perlombaan perahu layar itu digelar sebagai tradisi Rebo Wekasan atau rabu terakhir pada bulan sapar kalender Jawa oleh nelayan sekitar, Rabu (6/10/2021). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/hp.

tirto.id - Rebo Wekasan merupakan sebuah tradisi yang dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat. Kapan Jadwal Rebo Wekasan menurut kalender Hijriyah 2024? Simak hukum, bacaan doa, dan daftar amalan selama perayaan acara.

Rebo Wekasan biasa dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir selama bulan Safar atau bulan kedua berdasarkan kalender Hijriah. Istilah ini berasal dari kata Rebo dan Wekasan.

Rebo artinya "hari Rabu". Sedangkan Wekasan bermakna "lepas". Hal ini berkaitan dengan tujuan utama tradisi Rebo Wekasan, yakni menangkal mara bahaya atau menolak bala.

Berbagai versi menceritakan asal usul tradisi Rebo Wekasan. Namun, secara garis besar tradisi ini masih berkaitan dengan masa-masa awal penyebaran Islam di pulau Jawa. Tradisi Rebo Wekasan dilakukan masyarakat Jawa, Sunda, hingga Madura.

PETIK LAUT REBO WEKASAN

Penari Gandrung menari di atas kapal mengiringi sesaji saat ritual Petik Laut Rebo Wekasan di Pantai Waru Doyong, Banyuwangi, Rabu (15/11/2017). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya

Kapan Rebo Wekasan Kalender Hijriah 2024 Dilaksanakan?

Tradisi Rebo Wekasan kalender Hijriah 2024 dilakukan pada tanggal 30 Safar 1446 Hijriah. Jika dikonversi ke dalam kalender Masehi, maka jatuh pada hari Rabu, 4 September 2024.

Pelaksanaan Rebo Wekasan dimulai sejak waktu magrib atau setelah matahari terbenam pada hari Selasa, 3 September 2024. Penentuan awal dilaksanakan Rebo Wekasan sejak waktu magrib karena memang mengikuti aturan kalender Hijriah. Aawal hari baru dimulai sejak waktu magrib.

Selama pelaksanaan tradisi Rebo Wekasan, sebagian masyarakat adat memiliki cara khas masing-masing. Selain itu, Rebo Wekasan biasanya menjadi rangkaian awal upacara adat Saparan yang nantinya diakhiri pada masa perayaan Maulid Nabi.

Masyarakat umum juga bisa melakukan sejumlah kegiatan berupa doa dan amalan dengan tujuan menolak bala.

Hukum Rebo Wekasan: Boleh atau Dilarang?

Beberapa kalangan memiliki perbedaan pendapat dalam menyikapi hukum tradisi Rebo Wekasan hingga disertai berbagai macam doa dan amalannya.

Menurut artikel berjudul "Hukum Shalat Rebo Wekasan dan Tata Caranya" yang ditulis Muhammad Syakir NF via laman NU Online, Syekh Abdul Hamid Quds melalui kitab Kanzun Najah Was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur menuliskan terdapat keyakinan turunnya bala pada hari Rebo Wekasan.

Keterangan ini diperoleh dari seorang sufi yang menyebutkan terdapat 320 ribu bala yang turun untuk satu tahun. Alhasil, masyarakat kemudian dianjurkan untuk menunaikan sholat sunah empat rakaat.

Bagi orang yang menjalankan sholat sunah empat rakaat diikuti surah Al-Kausar (17 kali), Al-Ikhlas (5 kali), Al-Falaq (1 kali), dan An-Nas (1 kali) hingga membaca doa, katanya akan terjaga dari segala bencana yang turun pada hari itu hingga sampai setahun.

Di lain sisi, hukum sholat Rebo Wekasan juga dikatakan sebagai hal yang haram lantaran tidak ada asalnya menurut syariat. Pendapat ini disampaikan oleh KH Hasyim Asy’ari.

Yusuf Suharto melalui artikel berjudul "Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan" yang dikutip via NU Online menjelaskan terkait pendapat ulama yang menolak adanya bulan sial dan hari Rebo Wekasan.

Disebutkan bahwa tidak ada nash hadis khusus untuk hari Rabu akhir bulan Safar. Yang ada hanya nash hadis dha’if yang menjelaskan hari Rabu terakhir setiap bulan adalah hari naas atau sial yang terus menerus.

Selain itu, tidak ditemukan anjuran ibadah khusus menurut syara'. Sebagian ulama tasawuf memang menganjurkan, akan tetapi sumbernya belum bisa dimasukkan sebagai hujjah secara syar’i.

Kemudian, amalan-amalan Rebo Wekasan katanya tidak boleh dilakukan. Namun, kecuali hanya sebatas sholat menolak balak yang dikhawatirkan atau shalat sunah mutlak dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Mengutip laman PWMU.CO, Rabu Wekasan atau Rebo Wekasan termasuk tradisi ritual pada hari Rabu terakhir bulan Safar. Tujuannya adalah memohon perlindungan kepada Allah Swt. dari berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari itu.

Bentuk ritual Rebo Wekasan meliputi shalat tolak bala, berdoa dengan doa-doa khusus, minum air jimat, hingga dalam bentuk selamatan, sedekah, silaturrahmi, dan berbuat baik.

Kepercayaan terhadap Rebo Wekasan disebut sebagai tasya’um atau tathayyur, yaitu ada perasaan sial karena sesuatu. Kepercayaan ini membuat seseorang berusaha untuk menangkal dalam bentul berbagai amalan. Kepercayaan bala datang pada hari Rebo Wekasan dikatakan sebagai perbuatan yang menyalahi nash hadis yang jelas.

Abu Hurairah meriwayatkan Rasulullah saw bersabda:"Tidak ada penularan penyakit, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan karena bintang, tidak ada kesialan kerana bulan Shafar dan tidak ada kesialan karena makhluk halus," (HR Ahmad dan Muslim).

Bacaan Doa dan Amalan Rebo Wekasan

Berikut ini adalah amalan dan doa yang biasa dilakukan selama Rebo Wekasan:

1. Shalat Sunnah Mutlak

Shalat sunnah mutlak dilakukan pada hari Rebo Wekasan dengan niat mendekatkan diri pada Allah Swt. dengan tujuan dijaga dari segala bahaya.

Tata cara shalat sunnah mutlak adalah sebagai berikut:

  • Membaca niat shalat sunnah mutlak dua rakaat.
  • Setelah membaca al-Fatihah, baca Surat Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq dan An-Nas sekali setiap rakaat.
  • Lakukan shalat sebagaimana biasanya dua rakaat.
  • Setelah salam, membaca doa.
  • Shalat sunnah mutlak dua rakaat dilakukan sebanyak dua kali hingga genap empat rakaat.
2. Membaca istighfar

Istighfar menjadi amalan yang dapat dilakukan pada Rebo Wekasan karena memiliki keutamaan yang besar.

Rasulullah SAW bersabda:"Siapa yang memperbanyak istighfar maka Allah akan menjadikan untuknya kelapangan dari setiap kegundahan, jalan keluar dari setiap kesempitan, dan Dia memberikan rezeki untuknya dari jalan yang tidak terduga," (HR Imam Ahmad bin Hanbal).

3. Membaca Doa

Doa Rebo Wekasan di bawah ini mengutip artikel berjudul "Amalan dan Doa Rebo Wekasan" yang ditulis Syarif Abdurrahman melalui situs web NU Online:

Doa sendiri:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ الْقُوى، وَيَا شَدِيدَ الْمِحَالَ، يَاعزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيع عَلَّقِكَ، اكْفِنِي مِنْ شَرِّ جَمِيع خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجملُ، يَا مُتفضِلُ، يَا مُنْعِمُ، يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لاَ إلهَ إِلَّا أَنْتَ، ارْحَمْنِي بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اَللّهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيْهِ، وَجَدِّهِ، وَأَبِيهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنِي شَرَّ هَذَا الْيَوْمِ، وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. 2.

Doa bersama:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. اَللّهُمَّ يَا شَدِيدَ القوى، وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالَ، يَا عَزِيزُ، يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيعُ خَلْقِكَ، اِكْفِنَا مِنْ شَرِّ جَمِيعِ خَلْقِكَ، يَا مُحْسِنُ، يَا مُجَمِّلُ، يَا مُتَفَضِلُ، يَا مُنْعِمُ يَا مُتَكَرِّمُ، يَا مَنْ لا إِلهَ إِلَّا أَنتَ ارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ. اللهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ، وَأَخِيهِ، وَجَدِّهِ، وَأُمِّهِ، وَبَنِيْهِ، اِكْفِنَا شَرَّ هَذَا اليوم. وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ، يَا كَافِيَ الْمُهمَّاتِ، يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ، فَسَيَكْفِيكَهُمُ الله وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَحَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلا بالله العلي العظيم، وَصَلَّى الله عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Baca juga artikel terkait HARI PENTING atau tulisan lainnya dari Bintang Pamungkas

tirto.id - Edusains
Kontributor: Bintang Pamungkas
Penulis: Bintang Pamungkas
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani