tirto.id - Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini akan jatuh pada Jumat, 1 Desember 2023. Peringatan ini menjadi momen untuk menyadarkan publik akan bahaya AIDS dan bagaimana cara mencegahnya.
AIDS merupakan kepanjangan dari acquired immunodeficiency syndrome, sebuah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh akibat infeksi dari human immunodeficiency virus (HIV).
HIV menyerang sel darah putih dan melemahkan sistem imun manusia. Akibatnya, seseorang yang terinfeksi HIV akan lebih mudah terserang penyakit lain, contohnya seperti tuberkulosis atau kanker.
Infeksi HIV sendiri melalui beberapa fase. Ketika tidak segera ditangani, infeksi HIV akan berkembang menjadi penyakit AIDS. Di fase inilah kekebalan tubuh akan menurun drastis dan pengidapnya bisa mengalami berbagai jenis penyakit.
Sampai saat ini, tidak ada obat yang bisa benar-benar menyembuhkan AIDS. Obat yang tersedia saat ini hanya untuk memperlambat perkembangan HIV atau mencegah HIV berkembang menjadi AIDS.
Inilah alasan kenapa Hari AIDS Sedunia penting untuk dilakukan. Peringatan ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang segala hal yang berkaitan dengan AIDS, baik itu penyebab, dampak, cara penularan, maupun bagaimana pencegahannya.
Tak hanya untuk mewujudkan dunia bebas AIDS, peringatan ini juga menjadi momen bagi semua orang untuk memberikan dukungan kepada pengidap HIV/AIDS. Sebab, bagaimanapun juga, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) juga memiliki kesempatan hidup yang sama tanpa adanya diskriminasi dari masyarakat.
Tema Peringatan Hari AIDS Sedunia 2023 dan Sejarahnya
Berdasarkan sejarahnya, peringatan AIDS berawal dari obrolan dua pegawai WHO, James W. Bunn dan Thomas Netter, tentang AIDS. Keduanya sepakat bahwa dunia harus memiliki hari khusus yang bisa didedikasikan untuk mengedukasi masyarakat tentang AIDS.
Pada Agustus 1987, Bunn dan Netter akhirnya menyampaikan usulan tersebut kepada Dr. Jonathan Mann yang saat itu menjabat sebagai Direktur Program AIDS Global (saat ini dikenal sebagai UNAIDS).
James W. Bunn kemudian mengusulkan agar hari AIDS mulai diperingati pada 1 Desember 1988. Tanggal tersebut dipilih karena cukup jauh dari momen pemilihan presiden Amerika Serikat yang digelar beberapa minggu sebelumnya. Dengan demikian, Bunn berharap agar peringatan Hari AIDS bisa diliput oleh banyak media.
Dengan usulan dari Bunn, Hari AIDS Sedunia akhirnya resmi diperingati pertama kali secara global pada 1 Desember 1988. Sejak saat itu, Hari AIDS Sedunia selalu diperingati dengan tema berbeda-beda setiap tahunnya.
Pada 2023, Hari AIDS Sedunia akan mengusung tema “Let communities lead”. Tema ini mengedepankan peran penting komunitas dalam menciptakan dunia bebas AIDS. Komunitas yang dimaksud tak hanya kelompok orang dengan HIV/AIDS, tapi juga mereka yang berisiko dan terkena dampak dari penyakit ini.
Komunitas ini diharapkan mampu bekerja sama dengan pemerintah, berbagai organisasi, serta fasilitas kesehatan, untuk memberikan pemahaman tentang AIDS kepada masyarakat luas.
Data Kasus HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2023
Hari AIDS Sedunia menjadi menjadi salah satu hari penting karena dapat berperan meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan bahaya AIDS. Terlebih, Indonesia belum bebas dari penyakit mematikan ini.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, kasus infeksi HIV di Indonesia diketahui meningkat pada 2023. Penularannya pun didominasi terjadi pada ibu rumah tangga.
Jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV telah mencapai 35 persen atau bertambah sekitar 5.100 kasus per tahun. Angka ini ternyata lebih tinggi jika dibandingkan penularan HIV pada kelompok lainnya, misalnya pada suami dari pekerja seks atau penularan pada kelompok MSM (man sex with man).
Tingginya kasus penularan HIV ke ibu rumah tangga disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari kurangnya pengetahuan tentang AIDS hingga memiliki suami yang memiliki perilaku seks berisiko (gonta-ganti pasangan).
Padahal, ibu rumah tangga yang sudah terinfeksi HIV berisiko tinggi menularkan virus tersebut pada keturunannya, baik sejak dalam kandungan, saat proses melahirkan, atau ketika menyusui.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Muhammad Syahril menyebutkan bahwa saat ini jumlah kasus HIV pada anak usia 1-14 tahun sudah mencapai angka 14.150. Ironisnya, jumlah ini terus meningkat dan bertambah 700-1.000 kasus per tahunnya.
Sementara itu, proses deteksi HIV pada ibu hamil juga terkendala beberapa faktor, salah satunya adalah tidak mendapat izin dari pihak suami. Sampai saat ini, tercatat hanya 55 persen ibu hamil yang sudah dites HIV. Hasilnya, ada 7.153 ibu hamil yang terdeteksi mengidap HIV, sedangkan 76 persen dari jumlah tersebut belum mendapat pengobatan ARV yang memang diperuntukkan bagi ODHA.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari