tirto.id - Para pasangan calon (paslon) Pilpres 2019 akan menggelar kampanye terbuka sejak tanggal 24 maret hingga 13 April 2019. Tim kampanye pun sudah menyiapkan diri untuk meraup suara sebanyak-banyaknya jelang pemilihan.
Namun, Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia serta Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang komarudin memandang aksi kampanye terbuka dianggap tidak akan signifikan untuk meraup suara. Ujang beralasan, mayoritas pemilih sudah menentukan sikap dalam Pilpres 2019.
"Tidak terlalu berpengaruh, karena masyarakat sudah terpolarisasi ke dua kubu," Kata Ujang kepada reporter Tirto, Jumat (22/3/2019).
Ujang beralasan, sekitar 87 persen masyarakat juga sudah punya pilihan dalam Pilpres. Kampanye saat ini hanya berfokus pada para swing voters, yakni sekitar 13 persen. Kampanye terbuka pun tidak dianggap efektif untuk merebut suara swing voters karena keadaan yang berbeda.
"Justru yang akan berpengaruh untuk merebut swing voters itu di debat. Sekarang eranya era digital. Jadi debat di TV lebih efektif dari kampanye terbuka," ujar Ujang.
Pendapat Ujang diperkuat dengan hasil survei. Saat ini, pergeseran suara yang sedikit menandakan paslon berebut suara swing voters. Pendekatan kampanye terbuka semakin tidak efektif karena mayoritas swing voters adalah milenial.
"Kaum milenial itu kaum pemegang HP. Jadi kampenye yang paling pas untuk milenial ya di udara," kata Ujang.
Meski kurang efektif, lanjutnya, paslon bisa menggunakan kampanye terbuka untuk kepentingan pemenangan pemilu.
Ujang beralasan, mobilisasi massa penting untuk unjuk gigi dan mempengaruhi psikologi lawan politik. Jika paslon ingin menggunakan kampanye terbuka, Ujang menyarankan agar paslon menggunakan kampanye positif dan janji program bermanfaat agar lebih optimal.
"Membangun optimisme masyarakat. Karena masyarakat butuh masa depan yang lebih baik. Tentu dengan menjelaskan visi-misi dan program-program terbaik yang dapat diimplementasikan. Yang dapat dirasakan masyarakat," pungkas Ujang.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno