Menuju konten utama

Kala Atta Halilintar si Anak Youtube Ditolak di Twitter

Atta Halilintar ditolak oleh warga Twitter karena konten kemewahan yang ia bikin dianggap tak cocok dengan warga Twitter.

Kala Atta Halilintar si Anak Youtube Ditolak di Twitter
Atta Halilintar di konferensi pers YouTube FanFest 2018, Jakarta, Kamis (4/10/2018). ANTARA News/ Nanien Yuniar

tirto.id - Atta Halilintar, salah satu YouTuber tersukses di Indonesia, menjadi tren di Twitter. Penyebabnya, influencer dengan 18 juta pengikut YouTube ini berkicau di Twitter pada tanggal 30 Juli 2019. Cuitan itu adalah unggahan pertama Atta setelah 16 Agustus 2017.

“Assalamualaikum warga twitter yang katanya lucu… apa si yang bikin Twitter lucu?” begitu bunyi kalimatnya. Warga Twitter pun menentang kehadiran Atta di platform itu. Mereka menganggap gaya hidup mewah yang dimiliki sang bintang tak cocok dengan “sobat misqueen” di Twitter. Mereka pun ramai-ramai memblokir Atta dari Twitter.

Bahkan, di Change.org muncul petisi berjudul “Kembalikan ATTA ke YouTube, jauhkan ATTA dari Twitter”. Hingga Sabtu, 3 Mei 2019, pukul 16.18, petisi online tersebut sudah ditandatangani oleh 6.824 orang.

Beberapa dari mereka yang menolak kehadiran Atta di Twitter mengungkapkan bahwa platform tersebut tak cocok dijadikan lahan untuk meraup kekayaan, baik melalui AdSense maupun sistem endorsement.

Meski direspons penolakan, cuitan pertama Atta berhasil menarik 11.900 balasan, 1.300 retweet, serta 11.000 hati. Atta mencuit, “hehehe thank u udah mau 50.000 followers dalam waktu 2 hari.. thank u netijen yang budiman.” Pada 3 Agustus 2019, ia telah memperoleh 48.100 pengikut.

Kok bisa ada protes ketika seleb Youtube mau masuk Twitter? Adakah perbedaan yang sangat kentara antara Twitter dengan Youtube?

Beda Media Sosial, Beda Karakteristik Pengguna

Pada zaman digital, sudah jadi rahasia umum jika sosial media menjadi lahan yang sangat bagus untuk memperkaya diri. Pertumbuhannya begitu pesat. Berdasarkan riset yang dilakukan We Are Social (HootSuitee), sebuah situs manajemen konten yang menyediakan layanan media daring asal Kanada, pengguna aktif media sosial di Indonesia mengalami pertumbuhan sekitar 15 persen dari tahun 2018 yang hanya 130 juta pengguna, menjadi 150 juta pengguna di tahun 2019.

Angka tersebut menunjukkan bahwa lebih dari setengah penduduk di Indonesia (56 persen) merupakan pengguna media sosial aktif. Masih menurut We Are Social, sejak Januari 2018 hingga Januari 2019 tercatat bahwa 88 persen pengguna internet menggunakan YouTube, 81 persen menggunakan Facebook, 80 persen menggunakan Instagram, 52 persen menggunakan Twitter, 26 persen menggunakan Snapchat, dan 33 persen pengguna Linkedin.

Jejaring sosial tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Sprout Socialpernah melakukan penelitian terhadap demografi dari masing-masing pengguna jejaring sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, Linkedin, Pinterest, dan Snapchat.

Jika menilik karakteristik pengguna Instagram yang dilaporkan Sprout Social, penggunanya adalah 72 persen orang berusia 13-17 tahun dan 64 persen orang berusia 18-29 tahun. Maka, tak heran jika dalam kasus Atta Halilintar, ia juga populer di Instagram, sebab konten yang ia bagikan cocok untuk konsumsi kelompok pengguna tersebut.

Ini berbeda dengan karakteristik pengguna Twitter yang persebaran usianya lebih merata, 32 persen orang yang berusia 13 sampai 17 tahun, 40 persen usia 18 sampai 29 tahun, dan 27 persen orang berusia 30 sampai 49 tahun.

Lydia Manikonda, bersama dengan 2 orang koleganya pernah melakukan riset berjudul “Tweeting the Mind and Instagraming the Heart: Exploring Differentiated Content Sharing on Social Media” (PDF, 2016). Melalui penelitian tersebut, mereka mencoba mengidentifikasi karakteristik dari pengguna aktif Instagram dan Twitter.

Observasi ini dilakukan dengan mengamati aspek linguistik, topik, dan visual dari unggahan penggunanya. Ada 963 responden yang diamati dengan total unggahan di Twitter sebanyak 1.035.840 dan 327.507 unggahan di Instagram.

Manikonda, dkk., menemukan bahwa ada perbedaan besar dari pemanfaatan kedua platform tersebut. Di Instagram, para responden lebih suka mengunggah tentang seni, makanan, kebugaran, mode, perjalanan, teman, dan keluarga. Ini berbeda dengan Twitter yang lebih banyak unggahan olahraga, berita, dan bisnis.

Atta Halilintar adalah influencer yang kental dengan konten gaya hidup, isi kontennya ringan dan santai. Maka penolakan yang terjadi di Twitter terhadap Atta ini sangat mungkin terjadi, sebab dalam studi yang dilakukan Manikonda, dkk., cuitan di Twitter lebih mengajak orang untuk berpikir dan beradu pendapat.

Namun, yang menarik dari riset ini, unggahan di Instagram ternyata lebih banyak mendapat perhatian daripada cuitan di Twitter.

Youtube Memang Tambang Uang

Studi yang dilakukan oleh Manikonda dkk., ini sejalan dengan pernyataan Joe Gagliese, salah seorang pendiri Viral Nation, sebuah agen influencer yang memanfaatkan media sosial sebagai panggungnya, dalam wawancaranya dengan Vox.

Gagliese mengatakan bahwa YouTube dan Instagram adalah medium yang paling mudah menjadikan kantong influencer makin tebal, sebab pengaruh mereka di situ sangat kuat.

“Mereka memiliki pengikut yang luar biasa terlibat dan memiliki kemampuan untuk mendorong pembeli yang sangat besar,” ujar Gagliese.

Infografik Warga Twitter vs Atta Halilintar

Infografik Warga Twitter (1) vs Atta Halilintar (0). tirto.id/Sabit

Ketika Atta Halilintar, yang seorang Youtuber, mencoba masuk ke Twitter, publik turut ramai membahas. Apakah Youtube dan Twitter memang sangat berbeda? Dalam laporan The Economist, Twitter disebut sebagai jejaring sosial yang paling sedikit menghasilkan uang.

Juaranya tetap YouTube—tempat nama Atta Halilintar dibesarkan—kemudian disusul oleh Facebook, Instagram, Snapchat, dan Vine. Artinya, pendapat warga Twitter yang menyebut Twitter bukan lahan yang baik bagi penambang pundi memang ada benarnya. Meski demikian, aksi menolak Atta tampaknya adalah hal yang berlebihan—bahkan jika aksi itu diperuntukkan sebagai lelucon. Ada jalan amat gampang jika tak suka seseorang berada di Twitter: Jangan mengklik "follow".

Baca juga artikel terkait YOUTUBER atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani