Menuju konten utama

Apa Itu Tedak Siten yang Dilakukan Azura Anak Aurel-Atta?

Tedak Siten diselenggarakan untuk Azura, anak perempuan Aurel-Atta. Simak penjelasan dan makna ritual. Apa saja rangkaian acara?

Apa Itu Tedak Siten yang Dilakukan Azura Anak Aurel-Atta?
Pasangan publik figur Atta Halilintar (kanan) dan Aurel Hermansyah (kiri) berpose saat menghadiri acara Jelang Konser Semesta Kris Dayanti bersama Erwin Gutawa Orchestra di Jakarta, Rabu (28/6/2023). Konser tersebut akan digelar di JIEXPO Convention Centre dan Theatre, Sabtu (1/7/2023). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Acara Tedak Siten digelar Aurel Hermansyah-Atta Halilintar untuk anak keduanya, Azura Humaira Nur Atta, pada hari Minggu, 7 Juli 2024. Apa itu Tedak Siten? Bagaimana prosesi dan perlengkapan acara?

Keluarga besar Aurel-Atta tampak menghadiri langsung acara Tedak Siten untuk Azura. Dari pihak Aurel Hermansyah, beberapa yang hadir di antaranya pasangan Anang Hermansyah dan Ashanty. Kemudian Krisdayanti dan Raul Lemos.

Bahkan, Anang-Ashanty dan Krisdayanti-Raul Lemos turut mengambil foto bersama Aurel-Atta lengkap dengan kedua anaknya.

"Aku berhak bahagia," tulis Atta, seperti dikutip melalui akun Instagram pribadi.

Aurel-Atta pun turut membagikan sejumlah foto lainnya dalam acara Tedak Siten untuk Azura, adiknya Ameena yang sudah berusia delapan bulan itu.

Sementara mengutip akun Instagram Aurel Hermansyah, tampak yang ikut menghadiri acara Tedak Siten ialah kedua orang tua Atta Halilintar, Halilintar Anofial Asmid dan Lenggogeni Faruk.

Lenggogeni Faruk, ibu Atta atau mertua Aurel, terpantau ikut serta menyiramkan bunga dari kotak yang juga dibawa Ashanty, Krisdayanti, dan Aurel.

"Azura Day Sehat selalu ya nak #TedakSinten," kata Aurel.

Tradisi Tedak Siten & Rangkaian Ritual

Tedak Siten berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yakni Tedak dan Siten. Tedak bermakna turun atau menapakkan kaki. Sedangkan Siten atau Siti artinya adalah tanah.

Seperti mengutip laman Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Jogja, Tedak Siten termasuk sebuah tradisi atau prosesi adat masyarakat Jawa.

Upacara ini diselenggarakan ketika anak sudah mulai turun atau menginjak tanah untuk pertama kali. Tedak Siten berlangsung pada saat anak tersebut berusia delapan bulan menurut kalender Masehi atau tujuh lapan berdasarkan kalendar Jawa.

Menurut situs web Warisan Budaya Tekbenda Indonesia, Tedak Siten atau turun tanah sekaligus menjadi peringatan manusia terhadap pentingnya makna hidup di atas bumi yang mempunyai relasi.

Hubungan itu mencakup manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan sekitar. Tedak Siten juga bermakna harapan orang tua untuk anak agar berguna bagi keluarga, nusa, dan bangsa.

Prosesi selamatan ini turut diwarnai Uba Rampe (perlengkapan) atau semacam sesaji. Misalnya jadah tujuh warna (hitam, kuning, hijau, biru, merah, putih, jingga), tangga yang terbuat dari tebu, kurungan ayam terdapat bermacam benda, serta air untuk membasuh dan memandikan anak.

Kemudian ayam panggang, pisang raja, udhik-udhik, jajan pasar, dan jenang. Lantas nasi tumpeng sayur mayur (kacang panjang, kangkung, kecambah) dan iwak ingkung (lauk ayam utuh), bubur merah dan putih, bubur boro-boro, kembang boreh, jajan pasar lengkap, ditambah umbi-umbian.

Selama acara Tedak Siten, beberapa ritual juga ikut diselenggarakan. Di antaranya seperti berikut ini:

1. Bersihkan Kaki

Orang tua menggendong dan membersihkan kaki anak sebelum menginjak tanah. Ritual ini memiliki makna anak mulai menapaki kehidupan dengan hati suci.

2. Menginjak Jadah Tujuh Warna

Kemudian menginjak jadah tujuh warna sebagai simbol kehidupan yang nantinya dijalani anak, sejak pertama kali menapakkan kaki hingga sampai dewasa.

Masing-masing warna jadah memiliki makna. Merah melambangkan keberanian. Kuning menjadi kekuatan lahir dan batin. Putih ialah suci.

Merah Jambu atau pink mempunyai arti cinta dan kasih sayang. Biru adalah ketenangan jiwa. Hijau adalah lingkungan dan kesuburan. Sedangkan ungu merupakan simbol kesempurnaan atau puncak.

3. Naik Tangga Tebu

Ritual selanjutnya adalah menaiki tangga tebu. Tebu bermakna antebing kalbu, yaitu penuh tekad dan rasa percaya diri.

Anak dituntun menaiki tangga tebu paling atas lalu turun ke tanah lagi. Anak berjalan di atas pasir dalam sebuah wadah.

4. Masuk Kurungan

Setelah melewati ritual di atas, acara dilajutkan dengan memasukkan anak ke dalam kurungan yang sudah diisi berbagai macam benda.

Kurungan ayam menjadi simbol kehidupan nyata. Benda yang dipilih anak merupakan gambaran profesi bagi sang anak ketika menginjak dewasa.

5. Mandi

Ritual berikutnya adalah memandikan anak ke dalam air yang sudah dipenuhi bunga. Air di ambil pada malam hari dan didiamkan terlebih dahulu.

Ritual ini melambangkan agak anak menjadi kebanggaan orang tua dan mengharumkan nama keluarga.

6. Udhik-Udhik

Udhik-Udhik diwarnai uang logam yang disertai bunga-bunga. Lalu disebarkan di antara anak-anak dan tamu undangan. Udhik-Udhik memiliki pengertian agar anak selalu menjadi dermawan ketika mendapatkan rezeki. Susunan acara Tedak Siten bisa saja berbeda-beda.

Nuryah dalam "Tedhak Siten: Akulturasi Budaya Islam-Jawa (Studi Kasus di Desa Kedawung, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen)" menyimpulkan Tedak Siten termasuk adat atau kebiasaan yang sangat baik bagi masyarakat Jawa asli. Tradisi ini disebut kental dengan spiritual serta tidak bertentangan dengan norma-norma agama Islam.

Baca juga artikel terkait PERISTIWA atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra