tirto.id - PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter menyebut rangkaian kereta rel listrik (KRL) baru yang diimpor dari CRRC Sifang Co., Ltd, Cina, akan tiba di Indonesia secara bertahap mulai 2025. Sekretaris Perusahaan KAI Commuter, Anne Purba, mengatakan, rangkaian KRL pertama akan tiba 13,5 bulan sejak proses penandatangan kesepakatan pembelian.
"Jadi ini memang membutuhkan waktu sampai akhir tahun kemarin sehingga paling cepat datangnya baik dari impor itu 13,5 bulan datang pertama nanti di Indonesia. Totally untuk kedatangannya itu 15 bulan untuk semuanya, tapi trainset pertama itu datang 13,5 bulan," ujar Anne di Kantor KAI Commuter dikutip dari Antara, Selasa (6/2/2024).
Anne menyampaikan, KAI akan melakukan uji coba rangkaian sepanjang 4.000 kilometer. Kemudian, KRL tersebut akan mendapatkan sertifikasi dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DKJA) dan diizinkan untuk melayani penumpang. KAI Commuter menargetkan waktu 15-16 bulan dari mulai kedatangan KRL hingga waktu pengoperasian.
"Targetnya itu sekitar 15 bulan dan di bulan ke-16 sudah bisa melayani penumpang, jadi ada sertifikasi dari DJKA juga," kata Anne.
PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter resmi membeli tiga rangkaian kereta rel listrik (KRL) baru dari produsen kereta asal Cina, CRRC Sifang, senilai Rp783 miliar. Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Artrivianto, mengatakan, tiga rangkaian kereta baru itu memiliki tipe KCI-SFC120-V untuk memenuhi operasional di wilayah KRL Jabodetabek.
Asdo mengatakan, impor kereta dari CRRC Sifang ini merupakan proses terakhir dari rangkaian pengadaan armada KRL Jabodetabek. KAI Commuter sudah memesan 16 rangkaian KRL baru produksi lokal oleh PT INKA dengan nilai investasi hampir Rp 3,83 triliun dan pengadaan 19 rangkaian KRL retrofit dari PT INKA senilai Rp2,23 triliun.
Pengadaan armada baru ini bertujuan meningkatkan kapasitas angkut seiring target perusahaan untuk mencapai 1,2 juta orang penumpang per hari pada tahun depan. Sementara, KAI Commuter mencatat total pengguna KRL Jabodetabek pada 2023 mencapai 290,9 juta orang, meningkat 38 persen dari tahun sebelumnya.