Menuju konten utama

Jurus Lama Di Fransesco Belum Ampuh untuk Liverpool

AS Roma gagal mengulang kesuksesan mereka saat menjamu Barcelona ketika bertandang ke Anfield.

Jurus Lama Di Fransesco Belum Ampuh untuk Liverpool
Liverpool FC. twitter/ @LFC

tirto.id - Tujuh gol tercipta di Anfield semalam. Pertandingan leg pertama babak semifinal Liga Champions antara Liverpool kontra AS Roma berakhir untuk kemenangan telak sang tuan rumah, 5-2. Gol Liverpool dicetak Mohamed Salah (36, 45), Sadio Mane (56), dan Roberto Firmino (62, 69). Sementara gol balasan AS Roma dicetak Edin Dzeko (81) dan penalti Diego Perotti (85).

Dalam konteks lain, kemenangan besar The Reds dengan selisih tiga gol tersebut bakal disambut penuh sukacita. Ingatlah saat mereka melumat Manchester City 3-0 dalam laga babak perempat final Liga Champions beberapa pekan lalu. Namun, dalam kasus Liverpool semalam, ada atmosfer lain yang tertangkap. Euforia itu tak terasa penuh. Sedikit kekecewaan sekaligus kecemasan tampak jelas mengiringi kemenangan itu.

Setelah gol Dzeko, suasana Anfield memang menjadi sedikit senyap. Apalagi setelah gol penalti Perotti. Beberapa kali kamera menangkap kecemasan yang tergurat di beberapa wajah para pendukung Liverpool. Tentu mereka ingat bagaimana seringnya Liverpool di bawah asuhan Jurgen Klopp membuang kemenangan setelah unggul terlebih dahulu. Kejadian terakhir terjadi Sabtu (21/4) lalu saat Liverpool bertandang ke West Brom di Liga Premier. Sudah unggul 0-2, Liverpool harus puas berbagi angka 2-2 dengan tim juru kunci tersebut.

Seusai pertandingan melawan AS Roma, Klopp memang menyebut laga semalam “hasil yang fantastis.” Namun, ia pun mengakui “saat ini hasil itu tak terasa terlalu positif karena mereka [AS Roma] mencetak dua gol.”

Apa yang dikatakan Klopp merujuk pada aturan gol kandang-tandang. Dua gol yang dicetak AS Roma di Anfield memungkinkan mereka untuk hanya mencetak tiga gol di Olimpico agar bisa melaju ke babak final. Syaratnya, Liverpool tak boleh memasukkan gol di pertandingan leg kedua itu.

Namun, apa yang dikatakan Klopp mungkin juga merujuk pada catatan apik I Giallorossi di Liga Champions musim ini. AS Roma, misalnya, belum pernah kebobolan satu gol pun ketika bermain di Olimpico. Di babak knockout AS Roma berhasil melaju ke babak selanjutnya setelah di leg pertama mengalami kekalahan seperti saat melawan Shakhtar Donetsk dan Barcelona. Apalagi kemenangan atas Barcelona tercipta setelah AS Roma berhasil membalas defisit tiga gol di pertandingan sebelumnya.

Atas pertimbangan itu, bisa dimengerti jika Klopp sedikit kecewa, atau bahkan cemas.

Infografik Liverpool vs AS Roma

Salah Taktik

Kemenangan Liverpool semalam memang diganggu oleh dua gol AS Roma. Kendati demikian, malam tadi sekali lagi menjadi bukti betapa Liverpool merupakan salah satu tim terkuat di Eropa saat ini. Mohamed Salah adalah poros utama kekuatan itu.

Gol pertama Salah berawal ketika Jordan Henderson berhasil merebut bola dari Dzeko. Bola tersebut ia berikan pada Roberto Firmino yang kemudian diteruskannya pada Salah yang berada di pojok kanan kotak penalti AS Roma. Salah lantas melepaskan tembakan melengkung dari jarak sekitar 16 meter yang tak bisa dijangkau kiper AS Roma, Allison Becker.

Gol kedua Salah pun merupakan hasil kerja sama apiknya dengan Firmino. Dan gol itu lagi-lagi melibatkan Dzeko. Kali ini umpan crossing-nya dari sisi kiri pertahanan Liverpool berhasil di intersept Virgil van Dijk. Bola liar itu kemudian berhasil dikuasai Salah. Ia lantas mengopernya pada Firmino. Keduanya berlari dalam serangan balik cepat. Firmino kembali memberikan bola itu pada Salah. Dari luar kota penalti. dengan mudah Salah men-chip bola untuk menaklukkan Allison kedua kali.

Malam tadi Salah tak hanya mencetak gol melainkan berperan besar atas proses terjadinya gol Sadio Mane dan Firmino. Dua asis dari sisi kiri pertahanan Roma semakin mengekspos rapuhnya lini pertahanan Roma yang dikawal Fazio, Kostas Manolas, dan Juan Jesus.

“Mereka [AS Roma] bermain menggunakan formasi yang sama saat melawan Barcelona. Itu adalah kehormatan besar!” ujar Klopp beberapa saat sebelum pertandingan.

Dalam laga semalam, Eusebio Di Fransesco memang menurunkan formasi 3-4-1-2 seperti saat AS Roma mengalahkan Barcelona 3-0 di Olimpico. Menerapkan pressing tinggi yang berhasil membuat permainan Blaugrana tak berkembang, taktik itu menjadi bumerang saat diterapkan melawan Liverpool.

Dalam preview sebelum pertandingan di Guardian, Jonathan Wilson menulis keberhasilan taktik Di Fransesco saat melawan Barcelona tak akan mujarab pada Liverpool. Pertama AS Roma kemungkinan bakal kalah dalam hal fisik sehingga pressing tinggi yang akan mereka terapkan akan ditundukkan agresifitas pressing Liverpool. Kedua, meski bakal menambah daya pertahanan ketika menerapkan tiga bek, tetapi pilihan itu akan menciptakan masalah-masalah lain.

“Kebiasaan Firmino untuk menjemput bola jauh ke belakang membuat dua pemain Roma yang bertugas menghadangnya menjadi agak kebanyakan, sementara pergerakan Sadio Mane membuatnya ideal untuk mengeksploitasi ruang di belakang bek sayap,” tulis Wilson.

Dalam dua puluh menit pertama, analisis Wilson tampak meleset. AS Roma tampil lebih meyakinkan dibanding Liverpool. Namun, setelah itu prediksi Wilson terbukti jitu. Aspek fisik para pemain Liverpool semalam membuat anak asuhan Di Fransesco kedodoran. Terutama saat Salah begitu leluasa mengeksploitasi ruang yang ditinggalkan dua bek sayap AS Roma. Gol pertama Salah dan dua assist-nya pada Sane dan Firmino tercipta dari kondisi tersebut. Momentum yang didapat AS Roma di tiga belas menit akhir setelah gol Dzeko dan Perotti tak berhasil mengejar ketertinggalan.

Kekalahan yang diderita AS Roma semalam memang belum menjadi akhir perjalanan mereka di Liga Champions musim ini. Namun, bayang-bayang kekalahan mereka di tangan Liverpool pada laga final Piala Eropa (sekarang Liga Champions) 1983/84 semakin menguat.

Sangat menarik melihat apa yang akan dilakukan Di Fransesco di laga kedua.

Baca juga artikel terkait LIGA CHAMPIONS atau tulisan lainnya dari Bulky Rangga Permana

tirto.id - Olahraga
Reporter: Bulky Rangga Permana
Penulis: Bulky Rangga Permana
Editor: Zen RS