tirto.id - Gelontoran 4 gol ke gawang Stoke City dalam laga Premier League 2016/2017 pekan ke-18 menggenapkan 100 gol yang telah dilesakkan Liverpool di era Jurgen Klopp yang terlalu belum lama dimulai. Manajer asal Jerman itu pun berhasil menyamai rekor Kenny Dalglish, pelatih The Reds musim 2011/2012.
Dalglish yang hanya 1,5 tahun menangani Liverpool adalah satu-satunya pelatih yang mampu membawa The Reds mencetak 100 gol di Premier League hanya dalam 48 laga sebelum disamai oleh Klopp usai laga kontra Stoke City di Anfield pada 28 Desember 2016 lalu.
Rekor Klopp dan Dalglish tersebut mengungguli capaian yang pernah dicatatkan oleh 4 mantan pelatih Liverpool lainnya, yakni Brendan Rogers (100 gol dalam 52 laga), Bill Shankly (56 laga), George Patterson (58 laga), dan Gerard Houllier (59 laga).
Garang Tanpa Bomber Utama
Torehan 100 gol dalam 48 pertandingan menjadi bukti bahwa Liverpool sangat produktif dalam urusan mencetak gol. Bahkan, The Reds adalah tim tersubur hingga pekan ke-18 Premier League musim ini dengan membukukan 45 gol, masih unggul dari Chelsea selaku pemuncak klasemen yang baru mengoleksi 38 gol.
Uniknya, sebagian besar gol Liverpool di Premier League 2016/2017 sejauh ini lebih banyak lahir dari sayap atau lini tengah. Dari total 45 gol, Divock Origi yang diplot sebagai bomber utama baru mencetak 4 gol. Padahal, striker internasional Belgia itu tampil dalam 15 laga. Lebih apes lagi Daniel Sturridge dengan sebiji golnya.
Liverpool tampaknya mulai melepaskan ketergantungan terhadap sosok penyerang bertipe nomor 9 alias target man. Susahnya mendapatkan bomber haus gol membuat The Reds kini tidak lagi mengandalkan striker murni untuk membobol gawang lawan.
Dulu, Liverpool selalu punya bomber kelas wahid yang memang bertugas sebagai pencetak gol, dari John Toshack, Kevin Keegan, David Fairclough, David Johnson, Kenny Dalglish, Ian Rush, Robbie Fowler, Michael Owen, Fernando Torres, hingga Luis Suarez.
Setelah Suarez hengkang ke Barcelona, The Reds selalu gagal memperoleh pengganti yang sepadan. Fabio Borini, Mario Balotelli, Rickie Lambert, bahkan Christian Benteke terbukti tidak sanggup mengemban tugas sebagai juru gedor andalan pasukan Anfield.
Kini, Liverpool era Klopp tampaknya sudah menemukan cara untuk tetap produktif tanpa harus melulu mengandalkan bomber utama. Buktinya, lini sayap dan tengah menjadi penyumbang gol terbanyak The Reds di Premier League hingga jelang paruh musim ini.
Sadio Mane yang ditebus dari Southampton dengan mahar 40,7 juta euro membuktikan diri bahwa ia memang pantas dihargai mahal. Bergerak dari sisi sayap kanan, lelaki Senegal ini sangat trengginas di depan gawang lawan. Mane untuk sementara menjadi top skor klub dengan torehan 8 gol.
Garang di kanan, Liverpool juga tak kalah tajam di sisi kiri yang ditempati oleh Roberto Firmino dengan 6 gol-nya. Klopp tampaknya tahu betul bagaimana cara memaksimalkan kemampuan orang Brasil itu lantaran pernah sama-sama berkiprah di Bundesliga.
Barisan gelandang The Reds pun punya naluri mencetak gol yang bagus. Nyaris setengah gol Liverpool musim ini dihasilkan dari lini tengah. Ada 22 gol yang tercipta dari sektor sentral berkat aksi Adam Lallana (7 gol), Philippe Coutinho (5 gol), James Milner (5 gol), Emre Can (3 gol), Georginio Wijnaldum (1 gol), dan Jordan Henderson (1 gol).
Fenomena suburnya lini kedua Liverpool ini cukup menarik yang kini tidak lagi diperkuat oleh gelandang predator macam Steven Gerrard. Pasalnya, hampir semua rival terberat The Reds mengandalkan bomber tulen, ada Diego Costa di Chelsea, Sergio Aguero di Manchester City, Zlatan Ibrahimovic di Manchester United, Olivier Giroud di Arsenal, juga Harry Kane di Tottenham Hotspur.
Kesabaran Demi Trofi Perdana
Liverpool memang masih menjadi klub kedua yang punya koleksi trofi juara Liga Utama Inggris terbanyak dengan 18 kali menjadi kampiun setelah Manchester United yang mengoleksi 20 trofi. Namun, selama era Premier League yang berlaku sejak musim 1992/1993, The Reds justru belum pernah merasakan jadi jawara.Paling banter, Liverpool hanya sanggup finish di urutan kedua, yakni musim 2001/2002 dan 2013/2014.
Kehadiran Klopp memunculkan harapan baru untuk membawa trofi juara Premier League perdana ke Anfield. Hanya saja, Liverpudlian harus lebih bersabar menantikan saat itu tiba karena Klopp sekarang sedang membangun fondasi The Reds agar lebih siap lahir-batin untuk nantinya benar-benar bersaing menjadi yang terbaik di Inggris.
Klopp adalah pelatih jenius yang memiliki nyali tinggi untuk menggoyang dominasi. Itu telah dibuktikannya semasa 7 musim menukangi Borussia Dortmund di Jerman. Semua orang tahu, betapa beratnya merengkuh trofi juara Bundesliga selama Bayern Munchen masih digdaya. Tapi, Klopp mampu melakukannya, malah sampai 2 kali.
Dua musim pertama membesut Dortmund, Klopp hanya mampu mengantarkan timnya itu finish di posisi 6 dan 5. Namun setelah itu, pelatih kelahiran Stuttgart ini berhasil mempersembahkan gelar kampiun Bundesliga dalam dua musim beruntun, yakni 2010/2011 dan 2011/2012.
Sayangnya, setelah melewatkan dua musim berikutnya sebagai runner-up, skuad Klopp mulai melemah hingga akhirnya ia dipecat usai musim 2014/2015. Dortmund limbung karena kehilangan banyak pemain andalan, termasuk yang menyeberang ke Bayern Munchen.
Namun, melihat kinerja Klopp di Liverpool yang baru berjalan setahun lebih dalam dua musim yang berbeda, para petinggi The Reds hendaknya lebih bersabar. Dan itu ternyata telah dilakukan dengan diperpanjangnya kontrak Klopp hingga 2022 mendatang.
Tak banyak pelatih yang mampu membawa Liverpool juara kompetisi kasta tertinggi Inggris sejak klub ini didirikan pada 1892. Dari 27 manajer yang pernah membesut The Reds, hanya 8 orang yang bisa merengkuh trofi juara liga utama, yakni Bob Paisley, Bill Shankly, Kenny Dalglish, Tom Watson, George Kay, Matt McQueen, David Ashworth, dan Joe Fagan, itu pun ketika Premier League belum lahir.
Klopp sebenarnya tidak perlu terburu-buru untuk mencatatkan diri sebagai pelatih Liverpool pertama yang mampu menjuarai Premier League. Durasi waktu untuknya masih terbentang jauh sampai beberapa warsa ke depan seperti yang tertuang dalam kontrak.
Progress Klopp dalam 1,5 tahun terakhir pun sangat menjanjikan. Dengan skuad yang kalah gemerlap dibanding City, Chelsea, atau United saja, The Reds mampu bersaing ketat di papan atas, apalagi jika Jordan Henderson dan kawan-kawan kian klop berkat didikan Klopp nantinya. Apabila itu terjadi, gelar juara yang dirindukan hanya tinggal menunggu waktu saja untuk direngkuh.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Zen RS