tirto.id - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade membantah tuduhan Ketua DPP Hanura, Inas Nasrullah Zubir yang menyebut permintaan maaf Prabowo Subianto kepada masyarakat Boyolali tak tulus.
"Ini jiwa ksatria yang jarang dimiliki orang lain, termasuk calon presiden yang didukung Inas yang banyak punya janji di pilpres 2014, tapi tidak ditepati dan enggak mau minta maaf," kata Andre saat dihubungi, Rabu (7/11/2018).
Jiwa ksatria Prabowo tersebut, kata Andre, lantaran yang bersangkutan tetap meminta maaf meskipun tahu bahwa ucapan "tampang Boyolali" sengaja dipelintir pihak tertentu dengan kepentingan menyudutkan pribadinya.
Hal ini, kata Andre, berbeda dengan Jokowi yang tak merasa bersalah mengimpor bahan pokok di tengah panen beras, gula dan jagung yang menyengsarakan rakyat. Padahal, menurutnya, itu bertentangan dengan janji Jokowi di Pilpres 2014 untuk tak import bahan pokok.
"Itulah bedanya Pak Prabowo dengan Pak Jokowi. Beliau ksatria, negarawan. Jadi dimana enggak tulusnya, Mas Inas?" kata Andre.
Maka, dalam hal ini, Andre meminta kepada Inas agar tak mengurusi permintaan maaf Prabowo. Melainkan mengurusi Hanura saja yang tergolong partai gurem.
"Udah urus saja partainya yang nol koma. Nanti sibuk mengurus Pak Prabowo, malah Mas Inas enggak lolos ke parlemen sama partainya," kata Andre.
Sebelumnya, menilai permintaan maaf Prabowo Subianto ke warga Boyolali atas ucapan "tampang Boyolali" beberapa waktu lalu tak tulus.
"Minta maafnya Prabowo bukanlah minta maaf yang meluncur dari nuraninya, melainkan minta maaf politis, karena permintaan maaf tersebut dikakukan setelah mengkalkulasi dulu untung ruginya," kata Inas saat dihubungi, Rabu (7/11/2018).
Lagi pula, kata Inas, bukan kali ini saja Prabowo mengeluarkan pernyataan yang bernada cacian dan pelecehan.
Ia mencontohkan di antaranya, pernyataan “kalau hakim agung-hakim Mahkamah Konstitusi bisa disogok, apalagi wartawan. Sama saja” pada 2013 lalu dan pernyataan "wartawan gaji kecil enggak pernah main ke mall" pada tahun lalu.
"Maka hal tersebut sudah menjadi habitnya Prabowo," kata Inas.
Inas pun menyangsikan Prabowo bakal mampu menghentikan kebiasaannya tersebut. "Apakah Prabowo mampu mengerem kebiasaannya ini? Kita lihat dalam 6 bukan kedepan," kata dia.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yandri Daniel Damaledo