tirto.id - Presiden Joko Widodo menegaskan keputusan pemilihan kandidat Calon Wakil Presiden (Cawapres) pendampingnya di Pilpres 2019 tidak akan muncul dalam waktu dekat.
"Itu [waktu pemilihan Cawapres] masih panjang,” kata Jokowi kepada wartawan di sela kegiatannya meninjau perumahan untuk nelayan di Pangandaran, Jawa Barat, pada Selasa (24/4/2018) seperti dikutip Antara.
“Kalau waktunya tiba, [soal Cawapres] akan didiskusikan dengan partai pendukung dan relawan," Jokowi menambahkan.
Jokowi mengklaim saat ini dirinya belum berfokus melakukan persiapan di Pilpres. Dia menyatakan masih ingin berkonsentrasi menuntaskan program kerja pemerintahannya.
Pada Senin kemarin, Jokowi juga sudah menyatakan berharap penuntasan program pemerintahannya tidak direcoki urusan elektabilitas terkait dengan Pilpres 2019.
"Saya masih fokus konsentrasi pada pekerjaan-pekerjaan yang banyak yang belum selesai, enggak usah direcoki dengan urusan elektabilitas," kata Jokowi saat meninjau rencana pengembangan Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga, Jawa Tengah.
Menurut peneliti Saiful Mujani Research Centre (SMRC) Sirojudin Abbas, waktu paling tepat bagi Jokowi untuk mengumumkan cawapres pendampingnya adalah bulan Juli 2018, atau sebulan sebelum jadwal pendaftaran kandidat Pilpres 2019.
Dengan begitu, Sirojudin menambahkan, Jokowi bisa memberi waktu bagi para kandidat cawapres pendampingnya untuk menaikkan elektabilitas.
Jokowi juga dinilai bisa lebih leluasa memilih figur cawapres sebab elektabilitasnya saat ini tetap jauh di atas para pesaingnya. Elektabilitas Jokowi terakhir, menurut survei Litbang Kompas, berada di angka 55,9 persen.
Sirojudin mengatakan dengan elektabilitas setinggi itu Jokowi tidak perlu terbebani dengan isu cawapres yang digulirkan partai-partai pendukungnya.
"Ketimbang elektabilitas SBY sebelum Pilpres 2009, [elektabilitas] Jokowi lebih tinggi," kata Sirojudin kepada Tirto, pada Senin (23/4/2018).
Karena itu, dia juga menyarankan Jokowi sebaiknya memilih cawapres dari kalangan non-partai politik (parpol). Soal kriteria, Sirojudin berpendapat Jokowi perlu memilih tokoh senior yang memiliki koneksi dengan parpol tapi tidak terlalu dekat.
Sirojudin menjelaskan jika Jokowi memilih cawapres dari kalangan partai, maka hal itu akan menciptakan kecemburuan di antara parpol-parpol pendukungnya.
“Saya kira parpol akan lebih terbuka dengan opsi cawapres di luar parpol jika waktu deklarasinya pas,” kata Sirojudin.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom