tirto.id - Presiden Jokowi kembali menyinggung bahwa ada sekitar 9 juta orang pekerja migran Indonesia (PMI yang bekerja di luar negeri, tetapi baru setengah dari jumlah tersebut yang merupakan pekerja legal secara hukum.
Jokowi berharap BP2MI terus bekerja keras mencatat seluruh PMI di luar negeri guna mengurangi adanya pekerja migran melalui jalur ilegal.
“Inilah yang saya tugaskan sejak 2,5 tahun yang lalu kepada Pak Benny Rhamdani agar itu terus dipangkas, dikurangi, dan segera bisa dihilangkan. Semua pekerja migran kita harus tercatat, harus terpantau, harus bisa dilihat di mana dia bekerja, karena ini menyangkut perlindungan, menyangkut keselamatan kita semuanya,” ujar Jokowi saat memberikan sambutan dalam acara pelepasan pekerja migran Indonesia (PMI) skema government to government (G to G) ke Korea Selatan di Hotel El Royale, Jakarta, pada Senin, (17/10/2022).
Dalam acara pelepasan tersebut, Jokowi senang karena PMI yang diberangkatkan memiliki kemampuan, kompetensi, pendidikan dan semangat tinggi untuk bekerja di Korea Selatan.
“Saya lihat tadi semangatnya (para PMI) betul-betul sebuah semangat yang optimistis. Saya senang karena Saudara-Saudara ini disiapkan, ada pembekalan, tujuannya jelas,” ujar Mantan Walikota Solo itu.
Jokowi juga mengaku senang karena saat ini makin banyak permintaan PMI melalui skema lain seperti private to private dan business to business. Oleh karena itu, mantan Gubernur DKI Jakarta ini meminta kementerian/lembaga terkait, terutama hal ini Kementerian Ketenagakerjaan dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), untuk menyiapkan permintaan tersebut sehingga tenaga yang dikirimkan betul-betul memiliki keterampilan baik.
“Saya senang ini akan banyak lagi private-to-private, B2B yang permintaannya juga banyak, welder, ngelas, ada permintaan 1.800 (orang). Ini juga kalau tidak disiapkan, ini sebuah keterampilan yang tidak mudah,” lanjutnya.
Jokowi berpesan kepada para PMI untuk bijak dalam mengelola penghasilan mereka. Ia mendorong para PMI menyisihkan pendapatan mereka untuk tidak ditabung dan tidak konsumtif meski pendapatan mereka tinggi.
“Jangan nanti mentang-mentang kita sudah di Korea yang dibeli handphone yang bagus, itu konsumtif hati-hati, beli pakaian yang bagus-bagus, yang bermerek. Masukkan ke rekening ya, ditabung dengan rekening yang jelas,” pesan Jokowi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Restu Diantina Putri