tirto.id - Presiden Jokowi kesal dengan kinerja jajaran pemerintahan di sektor pertanian. Jokowi lantas mengungkit hasil balik dari program subsidi pupuk yang ternyata tidak menghasilkan.
"Setahun berapa subsidi pupuk, Rp33 Triliun, return-nya apa, kembaliannya apa. Apakah produksi melompat naik. Rp33 triliun saya tanya kembaliannya apa?" ungkap Jokowi saat meresmikan rapat kerja nasional pembangunan pertanian di Istana Negara, Jakarta, Senin (11/1/2021).
Pernyataan 'kesal' Jokowi dilontarkan di tengah kelangkaan kedelai, salah satu komoditas penting Indonesia. Para produsen tahu dan tempe kesulitan memperoleh kedelai, sekalipun mengandalkan impor.
Jokowi mengingatkan, dana Rp33 triliun tergolong besar. Ia bahkan menghitung pengeluaran Rp33 triliun dalam 10 tahun sudah mencapai Rp330 triliun. Tetapi pemerintah belum melihat signifikansi keuntungan balik seperti peningkatan produksi pertanian.
"Kalau tiap tahun kita keluarkan subsidi pupuk seperti itu kemudian tidak ada lompatan di sisi produksinya ada yang salah, ada yang gak bener di situ," kata Jokowi.
Masalah pupuk di Indonesia telah lama jadi 'lahan basah' korupsi. Terbaru, pada 2019, Komisi Pemberantasan Korupsi mengungkap suap antara perusahaan mengangkut pupuk dengan produsen dari BUMN dan salah seorang anggota DPR RI.
Jokowi meminta ke depan agar komoditas pertanian non-sawit digenjot.
"Saya sangat menghargai ini adalah pertumbuhan yang baik di sektor pertanian terutama ekspornya. Tapi juga ingat ekspor kelihatan tinggi itu berasal dari yang banyak, berasal dari sawit. Hati-hati, bukan dari tadi, bukan dari komoditas-komoditas lain yang sudah kita suntik dengan subsidi-subsidi yang ada," tutur Jokowi.
Oleh karena itu, Jokowi menilai masalah bukan lagi berfokus pada masalah pupuk dan masalah bibit. Ia menilai, masalah harus diselesaikan dengan pembangunan pertanian dalam ekonomi skala luas.
Ia ingin teknologi pertanian dipakai dengan optimal. Sebab, kata Jokowi, peningkatan produksi akan membantu Indonesia lepas dari ketergantungan impor komoditas seperti kedelai, jagung hingga beras.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Zakki Amali