Menuju konten utama

Jokowi Ingin Ekspor Ditingkatkan meski Pandemi Belum Usai

Jokowi akui posisi ekspor Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain.

Jokowi Ingin Ekspor Ditingkatkan meski Pandemi Belum Usai
Aktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/11/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Presiden Joko Widodo melepas produk ekspor ke pasar global secara daring dari Istana Bogor, Jawa Barat, Jumat (4/12/2020). Dalam sambutan, Jokowi menyoalkan angka ekspor Indonesia yang turun di masa pandemi, meski ekspor Indonesia dari Januari-Oktober 2020 yang surplus 17,07 miliar dollar AS dari kopi, garmen, furnitur dan dekorasi rumah, ikan dan makanan minuman.

"Kita tidak boleh cepat puas pada capaian saat ini karena potensi pasar ekspor yang belum tergarap masih banyak, masih sangat besar. Kita juga masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain dalam menangkap peluang ekspor," kata Jokowi saat memberikan sambutan, Jumat (4/12/2020).

Jokowi lantas menyinggung peringkat Indonesia yang turun di dunia internasional. Sebagai contoh, Indonesia di tahun 2019 berada di peringkat keempat dalam produsen kopi. Kini, Indonesia berada di peringkat ke-8 di bawah Vietnam, Brazil, Swiss, Jerman, dan Kolombia.

"Jadi potret kita kinerja ekspor kopi Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan Vietnam yang pada tahun 2019 mencapai 2,22 miliar US Dollar sedangkan kinerja ekspor kopi Indonesia tahun 2019 berada di angka 883,12 juta US Dollar," kata Jokowi.

Kemudian Indonesia juga tidak optimal di ekspor garmen maupun ikan. Indonesia kini berada di posisi ke-22 dari sebelumnya peringkat 8 dari peringkat produsen garmen. Sementara itu, Indonesia di peringkat ke-13 ekspor ikan padahal Indonesia adalah produsen terbesar ikan.

Mantan Walikota Solo itu meminta agar ketertinggalan itu bisa dikejar. Pemerintah berusaha membenahi iklim ekspor Indonesia. Ia bahkan mengklaim, "Diperlukan reformasi besar-besaran pada ekosistem berusaha bagi eksportir kita".

Salah satu contoh adalah pemerintah memangkas aturan rumit. Kemudian, Jokowi juga meminta agar prosedur birokrasi yang menghambat untuk segera dipangkas.

Di sisi lain, Jokowi ingin agar perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif segera dijalankan sambil mencari pasar baru. Ia pun meminta agar atase perdagangan Indonesia untuk proaktif dalam mencari pasar baru. Jokowi juga meminta agar jajarannya menggandeng UMKM demi memenuhi kebutuhan ekspor.

"Kita harus penuhi apa yang menjadi standar pasar global dengan brand yang kuat dan dengan packaging yang semakin baik. Ini yang akan meningkatkan ekspor kita," kata Jokowi.

Dalam acara tersebut, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, pelepasan ekspor diikuti 133 perusahaan dari seluruh Indonesia.

"Pelepasan produk ekspor kali ini diikuti oleh total 133 perusahaan, terdiri dari 79 perusahaan kategori non ukm, dan 54 perusahaan kategori UKM dengan total ekspor di desmeber 2020 senilai 1,64 miliar USD atau setara dengan 23,75 triliun rupiah," kata Agus dalam pelepasan.

Dari 79 UKM, ada satu perusahaan yang berhasil ekspor perdana, yakni PT Universal Strategic Alliance. Perusahaan ini mengekspor cerutu seharga USD 86400 atau setara Rp1,28 miliar rupiah ke pasar Jepang.

Selain itu, kata Agus, "hari ini juga menandai keberhasilan UKM menembus pasar global ada 54 UKM yang berhasil melakukan ekspor dengan total mencapai 12,29 juta USD atau setara 178,15 miliar rupiah. Dari 54 ukm tersebut, 7 melakukan ekspor perdana."

Agus mengatakan, pemerintah akan terus berupaya memperbanyak ukm dan pelaku usaha yang mendiversifikasi produk. Sebagai contoh, pemerintah telah memfasilitasi pembiayaan ekspor kepada 14 UKM dengan nilai Rp167 miliar.

Baca juga artikel terkait NILAI EKSPOR atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Bisnis
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto