tirto.id - Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka disebut berhasil menang satu putaran di Pilpres 2024. Hal itu tidak lepas dari beragam temuan hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei di Pilpres 2024.
Mengutip data terakhir Tirto, lembaga survei Charta Politica mencatat, berdasarkan data yang masuk hingga, Jumat (16/2/2024) pada 14:31 WIB, Prabowo-Gibran meraih suara sebanyak 57,78 persen.
Diikuti Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan 25,59 persen di tempat kedua, disusul Ganjar-Mahfud dengan 16,62 persen raihan suara.
Perolehan suara Prabowo-Gibran tidak lepas dari kesuksesan perolehan suara di basis partai, salah satunya PDIP. Meski memang PDIP bukan merupakan partai pengusung Prabowo-Gibran, tetapi pasangan ini berhasil merebut suara yang seharusnya menjadi lumbung suara bagi pasangan Ganjar-Mahfud yang diusung PDIP.
Di Jawa Tengah, Prabowo-Gibran meraup 51,16 persen disusul Ganjar-Mahfud 34,19 persen dan Anies-Muhaimin 14,66 persen.
Di Bali, Prabowo-Gibran meraup 55,91 persen disusul Ganjar-Mahfud 39,36 persen dan Anies-Muhaimin 4,74 persen. Di NTT, Prabowo-Gibran meraup 66,18 persen disusul Ganjar-Mahfud 25,92 persen dan Anies-Muhaimin 7,90 persen.
Akan tetapi, secara legislatif, PDIP di Jawa Tengah perkasa di angka 26,37 persen. Kedua adalah Golkar 11,68 persen, PKB 11,65 persen, Gerindra 10,29 persen dan PKS 8,38 persen.
Di Jawa Timur, sebagai basis daerah PKB yang mengusung Anies-Muhaimin, Prabowo-Gibran meraup 63,56 persen.
Mereka berhasil meraup suara hingga 63,56 persen, mengalahkan pasangan Ganjar-Mahfud 18,36 persen, bahkan mengalahkan pasangan Anies-Muhaimin yang diusung PKB 18,07 persen.
Padahal, secara legislatif, Jawa Timur masih menjadi basis PKB di Pileg 2024. Mereka meraup suara terbesar dengan angka 17,63 persen. Secara berturut-turut, PDIP di angka 15,19 persen, Gerindra 14,54 persen, Golkar 11,29 persen dan Nasdem 8,05 persen.
Sementara itu, lembaga survei Indikator Politik Indonesia dengan data teranyar masuk pada Jumat (16/2/2024) pukul 14:32 WIB dini hari, menunjukkan keunggulan paslon Prabowo-Gibran dengan angka 58,03 persen. Anies-Muhaimin ada pada urutan kedua dengan hasil suara 25,36 persen serta diikuti Ganjar-Mahfud yang memperoleh 16,61 persen suara.
Di daerah basis PDIP, Jawa Tengah dan Yogya, Prabowo-Gibran meraup 52,93 persen disusul Ganjar-Mahfud 33,68 persen dan Anies-Muhaimin 13,39 persen. Di Bali dan Nusa Tenggara, Prabowo-Gibran meraup 58,41 persen disusul Ganjar-Mahfud 27,78 persen dan Anies-Muhaimin 13,81 persen.
Siasat Jokowi 'Berkampanye' Hingga Kebijakan Bansos
Analis politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo, mengatakan tidak memungkiri kemenangan Prabowo-Gibran akibat Jokowi effect di Pilpres 2024. Kemenangan Prabowo-Gibran tidak lepas dari tingkat kesukaan atau approval rate Jokowi di publik.
"Kemenangan Paslon 2 tak lepas dari faktor Jokowi. Approve rate Pak Jokowi yang cukup tinggi masih sangat berpengaruh," kata Suko, Jumat (16/2/2024).
Suko mengatakan ada beberapa faktor yang bisa dikategorikan Jokowi effect. Pertama, kebijakan Presiden Joko Widodo disukai oleh masyarakat, salah satunya kebijakan bantuan sosial atau bansos. Hal itu memicu warga untuk memilih Jokowi.
Kedua, adalah pengaruh keseganan tokoh nasional kepada Jokowi. Ia mengatakan, banyak tokoh mengikuti jejak Jokowi karena kepiawaian mantan Wali Kota Solo itu dalam memimpin Indonesia.
Ketiga, adalah kekuatan mesin politik Jokowi di luar partai, yakni relawan dan simpatisannya. Misalnya, bagaimana kekuatan relawan Jokowi seperti Projo dalam pergerakan di akar rumput.
Harus diakui, para relawan Jokowi memang ikut memenangkan pasangan Prabowo-Gibran. Dalam rilis yang diperoleh Tirto, Jumat (16/2/2024), salah satu kelompok relawan Jokowi, Jaringan Relawan Alap-Alap Jokowi berupaya menggarap akar rumput dan membawa Jokowi effect dalam pemenangan Prabowo-Gibran.
Upaya pemenangan Prabowo-Gibran adalah upaya membalas pihak-pihak yang terus berupaya merendahkan citra Jokowi selama ini.
"Pilpres kemarin itu lah momen pembalasan itu. Baru kita sentuh untuk penguatan lewat tabloid, canvassing, door to door, sudah berantakan. Nama Jokowi itu sakral bagi kami, bukan kultus individu tetapi kecintaan mendalam karena kerja nyata bagi rakyat, begitu direndahkan, goyang saja, bubar peta mereka," tegas Ketua Umum Jaringan Relawan Alap-Alap Jokowi, Muhammad Isnaini, Jumat (16/2/2024).
Sementara itu, dosen komunikasi politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, menilai Jokowi sudah tentu menjadi faktor bagi kemenangan Prabowo-Gibran.
Meski Jokowi mengaku tak ikut berkampanye, tetapi Jokowi bisa menggunakan dalih kunjungan kerja di daerah-daerah yang sebelumnya menjadi lokasi berkampanye Ganjar Pranowo, misal di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Ada juga faktor kebijakan adanya kebijakan-kebijakan positif seperti bansos juga berpengaruh dan dalam konteks itu saya melihat ya akhirnya suara Anies-Muhaimin kalah, Ganjar kalah," kata Ujang, Jumat (16/2/2024).
Ujang mengatakan, Jokowi mendorong kebijakan populis seperti apa yang dilakukan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di masa lalu ketika pemilu.
Strategi Jokowi lewat kebijakan populis sudah dilakukannya saat periode pertama untuk maju ke putaran kedua. Strategi tersebut pun efektif untuk meraup suara pemilih.
Ujang mengatakan, pengaruh Jokowi tersebut memicu kejadian split ticket voting, yaitu saat masyarakat memiliki perbedaan dalam memilih Pileg dan Pilpres. Ia mencontohkan, pemilih PDIP tetap memilih PDIP, tetapi capres yang dipilih adalah Prabowo, bukan Ganjar yang merupakan kader PDIP. Hal itu bisa dikategorikan sebagai Jokowi effect dalam Pilpres.
Selain kebijakan, Jokowi juga punya pendukung dan loyalis yang sudah setia menemani Jokowi dari awal ia menjabat sebagai presiden.
Jokowi Effect & Prabowo Effect Saling Melengkapi
Analis politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, mengatakan Jokowi effect juga berhasil mempengaruhi pemilih Prabowo, tetapi bukan pemilih Partai Gerindra.
Adi mengatakan bahwa Gerindra secara kepartaian tidak memiliki perolehan suara signifikan di Pileg 2024. Akan tetapi, Prabowo-Gibran justru unggul telak daripada kandidat lain.
"Itu artinya banyak pemilih Prabowo dari non-Gerindra, salah satu migrasi dari pendukung Jokowi," kata Adi kepada Tirto, Jumat (16/2/2024).
Menurut Adi kemenangan Prabowo tak sepenuhnya merupakan faktor Jokowi effect, tetapi juga dipengaruhi faktor nama Prabowo itu sendiri.
Ia menilai, dukungan Jokowi semata tidak serta-merta membuat capres laku. Prabowo, kata Adi, memang sebelumnya sudah memiliki elektabilitas tinggi ditambah limpahan dukungan dari pendukung Jokowi.
"Klop dan saling melengkapi," pungkas Adi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto