Menuju konten utama

Jokowi Desak Kolaborasi Global Perangi Illegal Fishing

Pencurian ikan telah menjadi kejahatan trans-nasional karena menimbulkan kerugian pada stok ikan dunia. Kolaborasi secara global diperlukan guna menangani aksi kejahatan ini.

Jokowi Desak Kolaborasi Global Perangi Illegal Fishing
Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Wapres Jusuf Kalla (kanan). ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma.

tirto.id - Praktik illegal fishing atau pencurian ikan telah mengurangi persediaan ikan dunia. Aksi ini kemudian berkembang menjadi kejahatan trans-nasional yang serius dan terorganisasi. Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengimbau untuk memerangi illegal fishing ini melalui kerja sama secara global.

"Untuk memerangi kejahatan trans-nasional yang terorganisasi tersebut harus dengan kolaborasi global," kata Presiden saat membuka pertemuan Tingkat Tinggi "The 2nd International Symposium on Fisheries Crime" di Gedung Agung Istana Kepresidenan Yogyakarta, demikian dilaporkan Antara, Senin (10/10/2016).

Jokowi mengatakan aksi pencurian ikan ini juga berkaitan dengan kejahatan lain, seperti penyelundupan barang dan manusia, buruh ilegal, penyelundupan narkoba dan pelanggaran terhadap peraturan perlindungan alam dan kebersihan. “Bila IUU [Illegal, Unreported and Unregulated] Fishing terus dibiarkan merajalela, maka bumi ini, bumi tempat tinggal kita bersama, rumah kita bersama, akan terancam keberlanjutannya," katanya.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyatakan penyelenggaraan acara International Fisheries CRIME Symposium yang ke-2 merupakan sebuah kebanggaan bagi Indonesia menerima kepercayaan dari komunitas internasional, untuk menjadi tuan rumah dari sebuah acara yang penting itu. "Sebab Simposium ini menjadi bukti nyata dari komitmen dan aksi bersama kita untuk mengatasi persoalan IUU Fishing," katanya.

Presiden mengatakan makin banyak negara dan institusi internasional yang menyadari bahwa IUU Fishing adalah kejahatan trans-nasional, dampaknya akan luar biasa dan mendunia. Sebabnya, efek negatif tidak terbatas pada industri perikanan saja, namun juga mencakup masalah lingkungan. "Lautan kita yang menutupi 71 persen permukaan bumi, terancam keberlanjutannya dengan adanya praktik IUU Fishing," katanya.

Jokowi juga mengatakan laut adalah sumber pendapatan bagi 520 juta penduduk dunia dan sumber pangan bagi 2,6 miliar orang. Praktik illegal fishing, menurut Jokowi, telah mengurangi stok ikan dunia sebesar 90,1 persen.

Sebelumnya, Indonesia telah memiliki pengalaman terkait persoalan IUU Fishing ini. Pada tahun 2014, menurut data Food and Agriculture Organization (FAO), Indonesia berada di peringkat kedua produsen terbesar di dunia untuk ikan laut dengan jumlah tangkapan 6 juta ton atau setara dengan 6,8 persen total produksi dunia. "Kita yakin bahwa angka-angka itu masih di bawah potensi maksimal Indonesia karena masih ada praktik IUU Fishing," kata Jokowi.

Adanya praktik illegal fishing ini telah mengakibatkan kerugian ekonomi Indonesia sebesar 20 miliar dolar AS per tahun. Kerugian itu termasuk mengancam 65 persen terumbu karang Indonesia. Karena itu, Presiden mengungkapkan bahwa Indonesia terus menggencarkan usaha untuk melawan praktik IUU Fishing seperti penangkapan dan penenggelaman 236 kapal pencuri ikan.

"Dan hasil mulai terlihat. Tingkat eksploitasi ikan di Indonesia mengalami penurunan antara 30 sampai 35 persen, sehingga memungkinkan kita meningkatkan stok nasional ikan dari 7,3 juta ton di tahun 2013 menjadi 9,9 juta ton di tahun 2015," ungkapnya.

Selain itu dari bulan Januari sampai Juni tahun 2016, ada peningkatan ekspor sebesar 7,34 persen dari produk perikanan Indonesia, bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015. "Namun kita tidak cepat berpuas diri dan ingin terus belajar dari keberhasilan negara-negara lain dalam melawan IUU Fishing," katanya.

Baca juga artikel terkait ILLEGAL FISHING atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Politik
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari