tirto.id - Teater atau drama adalah karya seni yang unik. Sebelum dipentaskan, naskah teater merupakan bagian dari karya sastra. Ketika dipentaskan, ia menjadi seni pertunjukan. Berdasarkan cara pengisahan dan alirannya, teater kemudian terbagi dalam beragam jenis sesuai karakteristik pertunjukannya masing-masing.
Dari muasal katanya, teater berasal dari bahasa Inggris "theatre" atau bahasa Yunani "theaomai", yang artinya adalah terpesona saat mendengar dan melihat suatu hal.
Dalam perkara ini, teater diartikan sebagai kegiatan manusia menggunakan tubuh atau benda-benda yang dapat digerakkan, mulai dari suara, musik, tarian, dan sebagainya untuk mengekspresikan cita, rasa, dan karsa seni, demikian pengertian teater sebagaimana dikutip dari buku Seni Budaya (2014) yang ditulis Zackaria Soetedja, dkk.
Teater atau drama menjadi medium untuk menggambarkan realita kehidupan, watak, tingkah laku manusia, hingga problematika sehari-hari melalui peran dan dialog yang disampaikan di panggung.
Di sisi lain, teater juga dikenal dengan banyak istilah lainnya, mulai dari drama, sandiwara, opera, ludruk, film, dan sebagainya. Inti pertunjukannya adalah seni peran, namun setiap istilah tadi biasanya memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan yang lain.
Selain itu, teater juga memiliki banyak jenis. Berikut ini jenis-jenis teater ditinjau dari cara pengisahan dan aliran seninya.
Jenis Teater Berdasarkan Cara Pengisahannya
Berdasarkan cara pengisahannya, seni pertunjukan teater terbagi menjadi teater tragedi, teater komedi, dan tragikomedi.
Berikut ini penjelasannya sebagaimana dijelaskan Alfian S. Siagian dalam Berkenalan dengan Teater (2018) yang diterbitkan Kemendikbud.
1. Teater Tragedi
Teater tragedi adalah seni pertunjukan yang menceritakan kisah sedih dan mengharukan.
Umumnya, teater tragedi menampilkan tokoh-tokoh yang baik atau protagonis yang berkarakter mulia, namun bernasib buruk atau menyebabkan orang terdekatnya mengalami masalah.
Akibatnya, tokoh tersebut menjadi sasaran atau dianggap biang keladi dari problem yang dialami orang-orang sekitarnya.
2. Teater Komedi
Teater komedi adalah pertunjukan yang mengandung unsur humor atau lawakan. Tujuan teater komedi adalah untuk menghibur penonton dan memancing gelak tawa.
3. Teater Tragikomedi
Gabungan dari teater tragedi dan komedi melahirkan genre teater tragikomedi. Tujuan teater tragikomedi adalah untuk menampikan kejadian sedih atau tragis, tetapi dibalut dengan lawakan yang menggelitik perut.
Bentuk paling sederhana dari tragikomedi adalah kisah tokoh yang bernasib buruk atau bencana yang menimpa tokoh, namun pada akhirnya berakhir dengan bahagia (happy ending).
Jenis Teater Berdasarkan Aliran Seni Pertunjukan
Berdasarkan aliran seni pertunjukan, teater terbagi dalam bebeapa jenis, meliputi teater realis, teater surealis, dan teater absurd. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Teater Realis
Teater realis adalah aliran drama yang berusaha menampilkan cerita yang sangat mirip, baik secara artistik atau jalan cerita dengan kenyataan hidup sehari-hari.
Pertunjukan ini berusaha memotret realitas nyata dan diterjemahkan dalam bentuk teater. Konflik-konfliknya mudah dipahami dan kerap kali sejalan dengan problematika masyarakat pada umumnya.
2. Teater Surealis
Kebalikan dari teater realis adalah teater surealis. Jika pertunjukan realis berusaha mendekatkan pentasnya ke hal-hal yang mirip dengan dunia nyata, teater surealis menggambarkan hal-hal ganjil dan tak masuk akal.
Tujuan menampilkan hal-hal aneh itu adalah sebagai penguatan simbol atau pesan yang ingin disampaikan. Sutradara teater surealis berkeyakinan bahwa aliran realis mengekang kebebasan berekspresi.
Dengan mengusung hal-hal surealis, sutradara dapat menghadirkan cerita tanpa kontrol kesadaran atau logika umumnya.
Bagi orang awam, pertunjukan surealis kadang kala terkesan "kacau-balau", "tidak sinkron", atau membingungkan.
Umumnya, teknik teater dengan aliran surealis lebih kompleks dari realis. Karena itu, sutradara yang bermaksud menyusun pertunjukan surealis setidaknya harus khatam terlebih dahulu teknik pertunjukan realis.
3. Teater Absurd
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), absurd artinya tidak masuk akal atau mustahil.
Teater absurd lahir dari pandangan filosofis bahwa sebenarnya mental dan kejiwaan manusia adalah absurd dan kerap kali bertentangan dengan logika.
Teater absurd berusaha memotret fenomena mental tersebut dan menampilkannya dalam bentuk pertunjukan.
Pada teater tradisional, terdapat unsur-unsur pertunjukan konvensional, misalnya plot, dialog, dan sebagainya.
Pada pengembangannya, teater absurd menghilangkan unsur-unsur tersebut untuk menghasilkan cerita yang non-konvesional dan acak.
Sebagai misal, dalam teater Waiting for Godot atau Menunggu Godot (1952) yang dikarang Samuel Beckett, plot cerita dihilangkan dan jalan cerita terkesan sirkuler.
Demikian juga teater Minikata yang dinyatakan Goenawan Mohamad sebagai teater gerak karena memangkas dialog. Dengan demikian, penonton bebas memberi tafsir atas pertunjukan yang mereka tonton.
Editor: Iswara N Raditya