Menuju konten utama
Seni Budaya

Tahapan-Tahapan dalam Pra-Pementasan Teater Modern

Tahapan prapementasan modern dari produksi hingga pekerjaan artistik.

Tahapan-Tahapan dalam Pra-Pementasan Teater Modern
Pementasan teater yang secara virtual dengan Lakon 'Savitri' oleh Teater Koma di Jakarta, Rabu (24/3/2021). FOTO/Dok.Rilis

tirto.id - Dalam sebuah pementasan teater, persiapan pertunjukan merupakan suatu hal yang harus ada. Pementasan teater yang baik, tentu memerlukan persiapan yang baik dan matang juga.

Terciptanya suatu pementasan yang baik merupakan hasil dari suatu manajemen produksi yang baik.

Manajemen produksi dalam pementasan diperlukan agar sekolompok orang atau kelompok dapat secara sistematis melaksanakan pekerjaannya secara efisien.

Dalam pelaksanaannya, manajemen produksi teater dibagi menjadi dua kelompok kerja, yaitu manajemen produksi yang bersifat administratif dan manajemen produksi yang bersifat artistik.

Kedua manajemen tersebut perlu saling bekerja sama dalam suatu pementasan.

Dilansir dari Buku Paket Sosial Budaya Kelas IX, pementasan teater dibagi menjadi 3 tahap, yaitu: prapementasan, pementasan, dan pascapementasan.

Prapementasan teater juga dibagi lagi menjadi 3 tahap, yaitu

  1. Persiapan Pekerjaan Produksi
  2. Penguasaan Peran
  3. Penguasaan Artistik
Dikutip dari Buku Paket Sosial Budaya Kelas IX, 3 tahapan pra-pementasan di atas dijabarkan sebagai berikut:

1. Persiapan Pekerjaan Produksi

a. Persiapan pementasan dimulai dengan kegiatan koordinasi antara pimpinan produksi dengan seluruh tim produksi.

Pada koordinasi ini, pimpinan produksi menjelaskan rencana dan jadwal kerja teater kepada seluruh tim.

Selanjutnya, pimpinan produksi secara menyeluruh mengontrol pelaksanaan kerja yang berhubungan dengan produksi teater.

b. Sekretaris bertanggungjawab atas urusan kesekretariatan, meliputi: menyusun, menyediakan, serta mengatur surat-surat yang diperlukan dalam produksi teater.

c. Bendahara melaksanakan tugas kebendaharaan, seperti: membuat laporan terkait ketersediaan dana dan kebutuhan dana dalam produksi teater serta melaporkannya kepada pimpinan produksi.

d. Seksi dokumentasi melakukan perencanaan kebutuhan bahan, peralatan dokumentasi, serta melakukan dokumentasi pada proses produksi dan proses artistik teater.

e. Seksi publikasi bertugas merancang media publikasi yang akan digunakan produksi teater baik secara audio maupun visual.

f. Seksi pendanaan bertugas merencanakan dan merancang pemerolehan sumber dana yang diperlukan pada produksi teater.

g. House manager bertugas melakukan koordinasi dengan seksi-seksi di bawahnya, meliputi: seksi keamanan, konsumsi, transportasi, ticketing, dan penanggung jawab gedung.

h. Seksi keamanan melakukan perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan terkait keamanan baik pada masa persiapan maupun saat pementasan.

i. Seksi konsumsi bertanggung jawab dalam menyediakan dan mengadakan konsumsi.

j. Seksi transportasi melakukan perancangan dan pendataan kebutuhan transportasi yang diperlukan pada masa persiapan maupun saat pementasan berlangsung.

k. Ticketing bertanggung jawab dalam merancang dan mencetak tiket yang akan dijual sebelum pementasan berlangsung.

l. Penanggung jawab gedung bertanggung jawab mempersiapkan ruang untuk latihan dan gedung untuk pementasan teater jauh sebelum pelaksanaan pementasan dilakukan.

2. Persiapan Pekerjaan Artistik

a. Penguasaan Lakon

1. Penguasaan lakon dilakukan dengan cara menganalisis naskah lakon lakon teater terdiri dari dua unsur yaitu struktur lakon dalam teks.

Selanjutnya struktur lakon terdiri dari titik 2 tema com upload, latar cerita dan penokohan.

Sedangkan, tekstur lakon hanya dapat dijumpai ketika naskah sudah dientas. Berikut analisis naskah lakon yang dapat dilakukan:

    • By what the character say (dari ucapan tokoh)
    • By what the character do (berdasarkan tindakan tokoh)
    • By the summation and balancing of the saying and doing (melalui keseluruhan dan keseimbangan ucapan dan tindakan tokoh)
2. Menentukan plot yang akan ditampilkan. Pembagian plot secara konvensional biasanya meliputi, bagian awal dibuka dengan pengenalan masalah, bagian tengah berisi permasalahan, dan bagian akhir berupa peleraian masalah.

3. Menentukan latar atau setting cerita. Latar cerita mencakup tiga dimensi, yaitu: dimensi ruang, waktu, dan suasana.

4. Menentukan penokohan dalam naskah lakon. Tokoh dalam lakon tidak hanya berfungsi menjalin alur cerita tetapi juga membentuk alur cerita.

b. Penguasaan Peran

Penguasaan dapat dilakukan dengan menerapkah langkah kerja berikut ini:

1. Mengidentifikasi tindakan dan laku yang akan dimainkan oleh pemeran.

2. Mengidentifikasi sifat dan watak peran dengan cara mengalisis melalui naskah lakon.

3. Mencari penonjolan karakter peran dengan cara mengidentifikasi bagian-bagian dalam naskah lakon untuk menemukan karakter yang memungkinkan untuk ditonjolkan.

4. Memahami makna dialog peran yang akan dimainkan.

5. Menciptakan gerakan-gerakan dan ekspresi peran.

6. Menentukan waktu yang tepat atau timing, baik pada gerakan maupun dialog.

7. Mempertimbangkan teknik pengucapan dialog peran.

8. Merancang garis pemeraan yang akan dimainkan sehinga setiap peran yang dimainkan mengalami perkembangan menutu titik klimaks.

9. Berdiskusi dengan sutradara mengenai rancangan peran yang akan dimainkan.

10. Menciptakan gerakan-gerakan kecil berupa akting dan bloking yang mendukung peran yang akan dimainkan.

11. Menghidupkan peran melalui imajinasi dengan cara menggambarkan peran yang dimainkan seperti paa penampilan fisik harus digambarkan secara jelas.

c. Penguasaan Artistik

1. Pemimpin artistik melakukan pekerjaannya, seperti koordinasi dan berbagai kegiatan dalam pekerjaan lainnya yang bersifat keartistikan.

2. Stage manager melakukan pendataan kebutuhan barang-barang artistik yang dibutuhkan di panggung.

3. Penata panggung merancang dan menyediakan barang yang dibutuhkan dalam keperluan penataan panggung.

4. Penata busana memulai pekerjaan merancang dan menyediakan kebutuhan barang yang diperlukan untuk menata kostum pada waktu pementasan.

5. Penata rias memulai merancang dan menyediakan kebutuhan barang yang diperlukan untuk menata rias pemeran pada waktu pementasan.

6. Penata cahaya memulai merancang dan menyediakan kebutuhan barang yang diperlukan untuk menata cahaya pada waktu pementasan.

7. Penata bunyi dan suara memulai merancang dan menyediakan kebutuhan barang yang diperlukan untuk menata bunyi dan suara pada waktu pementasan.

8. Penata musik dan sound memulai merancang dan menyediakan kebutuhan barang yang diperlukan untuk menata bunyi dan sound pada waktu pementasan.

Baca juga artikel terkait SENI TEATER atau tulisan lainnya dari Anisa Wakidah

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Anisa Wakidah
Penulis: Anisa Wakidah
Editor: Dhita Koesno