tirto.id - Keinginan PKS agar Surat Izin Mengemudi (SIM) berlaku seumur hidup diprotes ahli keselamatan berkendara. Jusri Pulubuhu, pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), tertawa ketika saya minta komentar mengenai usulan ini.
Jusri mengatakan SIM pada dasarnya bukan semata persyaratan administrasi agar legal berkendara saja. Lebih dari itu, SIM adalah "legitimasi dari kompetensi" seseorang di atas kendaraan. SIM seumur hidup tak masuk akal karena saat ini saja mereka yang memiliki SIM belum benar-benar bisa berkendara dengan baik.
"Banyak juga yang punya SIM tapi enggak bisa bawa motor mobil dengan benar. Bahkan kalau kita tanya peraturan lalu lintas enggak paham. Ini bawa motor bukan cuma keterampilan, tapi juga soal emosi, attitude, dan lain-lain," kata Jusri kepada reporter Tirto, Senin (26/11/2018).
Apa yang dikatakan Jusri tercermin dari data kecelakaan milik Korlantas Polri. Tanpa menyertakan data tahun, mereka menyebut kecelakaan paling banyak dialami pengendara motor. Jumlahnya mencapai 35.007. Angka ini naik dari periode sebelumnya sebanyak 33.007 kali.
SIM bisa benar-benar jadi legitimasi dari kompetensi jika seluruh proses dijalankan dengan benar, baik oleh pengaju atau penyelenggara (polisi). Pengaju harus lolos semua syarat, baik teori, praktik, hingga tes kesehatan. Sementara polisi harus memastikan semuanya tak dilangkahi.
"Problemnya banyak petugas tidak disiplin. Orang-orang juga penginnya jalan pintas," kata Jusri, mengacu pada praktik ilegal jual beli SIM.
SIM seumur hidup atau lebih panjang dari 5 tahun mungkin bisa direalisasikan ketika seluruh sistem sempurna, tak ada lagi praktik-praktik ilegal seperti yang tadi disebut. Jusri mencontohkan Perancis. Di sana masa berlaku SIM mencapai 15 tahun karena sudah terbangun sistem yang baik.
"Tentu saja tak bisa diterapkan langsung. Di sini masih banyak lubangnya. Jadi saya belum setuju usul itu," tambah Jusri.
SIM sebagai tanda seseorang kompeten membawa kendaraan juga sempat disinggung oleh Kakorlantas Polri Irjen Pol Refdi Andri. Refdi menilai SIM berlaku seumur hidup bersoal karena tidak ada jaminan seseorang selalu sehat.
Menambah Potensi Kecelakaan
Rio Octaviano, anggota Badan Kehormatan Road Safety Association (RSA) mengatakan hal serupa. Katanya, usul ini "sangat tidak mendasar dan hanya mencari sensasi politik." Ia juga menyebut "PKS tak serius dalam menangani keselamatan jalanan di Indonesia."
Perpanjangan SIM adalah bentuk kontrol pemerintah untuk memastikan semua yang ada di balik kemudi adalah mereka yang punya keterampilan memadai. Menghapus itu sama saja membiarkan mereka yang tidak terampil (atau sudah tidak terampil) ada di jalanan dan membahayakan orang lain.
"Kami dengan tegas menolak janji kampanye murahan ini, yang akhirnya bisa menambah potensi kecelakaan lalu lintas yang lebih tinggi di kemudian hari," kata Rio kepada reporter Tirto.
Wakil Ketua Tim Pemenangan Pemilu PKS Almuzzammil Yusuf mengatakan ada sejumlah alasan kenapa SIM harus berlaku seumur hidup. Pertama, pembaruan SIM lima tahun sekali merepotkan. Kedua, SIM seumur hidup akan meringankan beban masyarakat karena tak perlu mengeluarkan uang perpanjangan.
"Kebijakan ini akan meringankan beban hidup rakyat. Data-data menunjukkan beban hidup rakyat semakin berat," kata Almuzzammil di kantor DPP PKS, Jakarta, Kamis (22/11/2018) lalu.
Meski awalnya tampak yakin, namun PKS sepertinya berniat kembali mengkaji usul mereka sendiri. Rio mengaku Rabu (28/11/2018) nanti DPP PKS mengundang RSA untuk mendiskusikan soal ini.
"DPP PKS mengundang rapat jam 20.00," kata Rio.
Penulis: Rio Apinino