Menuju konten utama
Mozaik

Israel Jadikan Warga Palestina sebagai Perisai dalam Baku Tembak

Militer Israel menggunakan perisai manusia sejak menduduki Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza pada 1967.

Israel Jadikan Warga Palestina sebagai Perisai dalam Baku Tembak
Header Mozaik Israel Gunakan Manusia sebagai Tameng. tirto.id/Fuad

tirto.id - Richard Goldstone bergegas pulang ke Afrika Selatan usai menghadiri rapat dengan Dewan HAM PBB (UNHRC). Ia hendak menghadiri perayaan Bar Mitzvah cucu laki-lakinya, ritual yang menandai transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa dalam hukum Yahudi.

Prosesi ini akan ia hadiri di sebuah sinagog di Johannesburg. Namun, saat tiba di lokasi, sejumlah pengunjuk rasa melarangnya masuk. Ia lantas dipertemukan dengan para pemimpin komunitas Yahudi Afrika Selatan.

Para rabi Yahudi mencecarnya dengan nada kemarahan akibat laporannya yang menuduh Israel melakukan kejahatan perang di Gaza pada 2008-2009.

Laporan yang dikenal dengan Goldstone Report dirilis pada 15 September 2009 dan didukung penuh UNHRC itu menyimpulkan bahwa Israel telah menggunakan kekuatan yang tidak proporsional, menargetkan warga sipil Palestina, menggunakannya sebagai perisai manusia dan menghancurkan infrastruktur sipil.

Richard Goldstone seorang Yahudi dan yuris internasional yang dihormati. Ia beberapa kali terlibat dalam penghancuran sistem apartheid di Afrika Selatan. Goldstone juga aktivis hak asasi manusia dan pernah menjabat sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi.

Sejak April 2009, ia memimpin sebuah misi UNHRC untuk menyelidiki pelanggaran hukum humanitier internasional dalam konflik di Gaza selama periode 27 Desember 2008 hingga 18 Januari 2009.

Setelah laporan itu dipublikasikan, ia menjadi sasaran initimidasi dan pelecehan yang dilakukan kaum Yahudi. Beberapa menteri kabinet Israel mengecam Goldstone sebagai antisemit.

Presiden Israel Shimon Peres yang mencapai kesepakatan militer rahasia dengan penguasa kulit putih Afrika Selatan, menyebut Goldstone "seorang pria kecil, tanpa rasa keadilan".

Selama ini Israel menuding Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai. Namun Goldstone menyatakan tuduhan itu tidak benar.

"Misi tidak menemukan bukti untuk menunjukkan bahwa kelompok-kelompok bersenjata Palestina mengarahkan warga sipil ke daerah-daerah di mana serangan diluncurkan atau bahwa mereka memaksa warga sipil untuk tetap berada di sekitar serangan," tulisnya.

Goldstone Report juga membantah penggunaan masjid sebagai markas untuk menyimpan senjata.

Sebaliknya, laporan itu mempertegas kejahatan yang dilakukan Israel yang memborgol orang-orang di Gaza, termasuk menembakan rudal ke Masjid al-Maqadmah di pinggiran Kamp Jabaliyah ​​yang menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai 40 orang pada 3 Januari 2009.

Perisai Manusia

Istilah "perisai manusia" mengacu pada warga sipil yang dilindungi, tapi justru digunakan oleh militer sebagai tameng. Hal ini dilarang oleh Protokol I Konvensi Jenewa.

Pada 13 Mei 2022, Ahed Mohammad Rida dilarikan ke rumah sakit karena mengalami trauma yang intens. Beberapa jam sebelumnya, gadis berusia 16 tahun itu dijadikan tameng manusia oleh tentara Israel di lingkungan Al-Hadaf, Jenin.

Tentara Israel memburu saudara laki-lakinya yang berusia 20 tahun. Mereka mengepung rumahnya sejak pagi, lalu memerintahkan orang tua dan dua adik laki-lakinya untuk pindah ke seberang halaman.

Sekitar pukul delapan, pasukan perlawanan Palestina mulai menembaki kendaraan Israel. Saat itulah Ahed diperintahkan untuk berdiri di luar kendaraan mereka selama hampir dua jam.

Gadis itu mulai gemetar dan menangis karena peluru berdatangan dari segala arah. Ahed memohon untuk dibebaskan, tapi salah satu tentara dari jendela kendaraan malah memberinya ancaman.

"Tetap di tempatmu berada dan jangan bergerak. Kamu seorang teroris. Berdirilah di tempatmu sampai kamu mengucapkan selamat tinggal kepada saudaramu," ujar Ahed menirukan ancaman tentara Israel.

Saat baku tembak terjadi, beberapa warga mendokumentasikan insiden itu. Tak lama kemudian pasukan perlawanan Palestina berhenti menembaki kendaraan Israel.

Ahed berlari ke arah sebuah pohon dan tersungkur ke tanah sebelum dilarikan ke rumah sakit. Ia mengetahui saudara laki-lakinya telah ditangkap, keluarganya dievakuasi, dan rumahnya dihancurkan.

Insiden ini salah satu dari 26 kasus yang terdokumentasi oleh organisasi Defence for Children International Palestine (DCIP) sejak tahun 2000, di mana anak-anak Palestina dijadikan tameng manusia oleh tentara Israel.

Infografik Mozaik Israel Gunakan Manusia sebagai Tameng

Infografik Mozaik Israel Gunakan Manusia sebagai Tameng. tirto.id/Fuad

Pada Agustus 2002, seorang mahasiswa Palestina berusia 19 tahun, Nidal Daraghmeh, dipaksa tentara Israel mengetuk pintu sebuah rumah militan Palestina di Tepi Barat. Ia tewas dalam baku tembak kedua pihak.

Dua tahun kemudian, seorang anak laki-laki Palestina diikat di depan jip Israel sebagai tameng para pengunjuk rasa Palestina yang terus melemparkan batu.

Sebelum tahun 2005, penggunaan warga Palestina sebagai tameng manusia sah menurut hukum Israel. Pelarangan akhirnya diketuk oleh pengadilan tinggi Israel setelah perselisihan hukum.

Meski telah dilarang, serdadu Israel banyak yang tak menggubrisnya. Juga hanya sedikit dari mereka yang dimintai pertanggungjawaban atas tindakan tersebut.

Menurut organisasi hak asasi manusia Israel, B'Tselem, tentara Israel sering melanggar perintah pengadilan. Mereka memaksa anak-anak Palestina untuk mencari bangunan yang diyakini sebagai tempat persembunyian kelompok perlawanan Palestina.

B’Tselem menegaskan, militer Israel menggunakan perisai manusia sejak menduduki Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza pada 1967.

Seorang juru bicara B’Tselem kepada The Guardian menyebutkan bahwa penggunaan warga sipil, terutama anak berusia 11 tahun, sangat bermasalah.

"Kami ingin tentara menyelidikinya dengan benar menggunakan polisi militer daripada mekanisme penyelidikan internal," ungkapnya.

Sementara kelompok hak asasi manusia Israel lainnya, Yesh Din, melaporkan bahwa tentara Israel menggunakan desa-desa Palestina yang damai untuk latihan sehingga menimbulkan ketakutan.

Dalam perseteruan dengan gerakan perlawanan Palestina, Israel justru menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Hal ini hanya dalih Israel untuk membantai warga sipil Palestina yang berada di rumah-rumah, sekolah, rumah sakit, masjid, gereja, dll, lewat serangan udara yang mematikan.

Baca juga artikel terkait MOZAIK atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Politik
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi