tirto.id - Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,25 persen. Kenaikan ini merupakan kedua kalinya dilakukan oleh bank sentral dalam rentang tahun ini, setelah pada 23 Agustus sebelumnya menaikkan 25 basis poin.
Ketua Komite Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, Ajib Hamdani menilai, ada dua hal yang perlu dimitigasi dari kenaikan suku bunga BI. Pertama, potensi pertumbuhan ekonomi yang akan jadi terkoreksi dan inflasi yang tetap merangkak naik.
Sampai akhir tahun, dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi cenderung akan bergerak di angka 5 peren. Tetapi sebaliknya menjadi bahaya adalah ketika inflasi yang terjadi di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Karena ketika kondisi tingkat inflasi di atas pertumbuhan ekonomi terjadi, maka secara substantif kesejahteraan masyarakat akan turun dan terkorbankan," kata Ajib kepada Tirto, Jumat (23/9/2022).
BI sendiri memproyeksikan inflasi sampai dengan akhir tahun akan tembus mencapai di atas 6 persen.
Sementara ekonomi Indonesia tahun ini hanya diperkirakan berada pada kisaran 4,5 persen hingga 5,3 persen secar tahunan (yoy)
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan perkiraan inflasi di atas pertumbuhan ekonomi itu mempertimbangkan dampak langsung dari penyesuaian harga BBM subsidi. Diikuti dengan kenaikan tarif angkutan umum.
"Mungkin ada tambahan kenaikan inflasi beberapa bulan dan akhir tahun sedikit lebih tinggi dari 6 persen," kata Perry dalam konferensi pers Pengumuman Hasil RDG September 2022.
Dalam penelitian BI, dampak inflasi dari kenaikan BBM ini akan berlangsung kurang lebih sekitar tiga bulan ke depan. Pada bulan ini saja kemungkinan inflasi telah meningkat, di mana survei pemantauan harga pada bulan ini inflasi sudah akan naik menjadi 5,89 persen.
"Yang tertinggi tentu saja bulan ini karena dampak langsung dari penyesuaian harga subsidi dan tentu saja karena tarif angkutan, meskipun tarif angkutan belum semuanya," kata dia.
Setelah melewati tiga bulan, Perry optimis inflasi akan mulai melandai turun. Sehingga diharapkan paruh pertama pada 2023 inflasi bisa kembali di kisaran 3 persen plus minus 1 persen sesuai dengan target BI.
"Dalam konteks seperti ini tentu kenapa langkah-langkah pengendalian itu perlu dilakukan baik dari sisi pasokan maupun dari sisi permintaan," jelasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin