Menuju konten utama

Indonesia, Malaysia dan Thailand Sepakat Pangkas Ekspor Karet

Indonesia bersama Malaysia dan Thailand bersepakat memangkas jumlah ekspor karet agar harga komoditas ini di pasar dunia tidak terus anjlok. 

Indonesia, Malaysia dan Thailand Sepakat Pangkas Ekspor Karet
Pekerja menderes pohon karet di Desa Ie Jeureneh Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh, Kamis (1/2/2018). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Indonesia akan mengurangi ekspor karet.

Langkah ini merupakan kesepakatan pemerintah Indonesia dengan Malaysia dan Thailand dalam menyikapi harga komoditas karet yang anjlok.

"Ketiga negara sepakat mengurangi ekspor karet sebesar 200 ribu-300 ribu ton setahun," kata Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Senin (25/2/2019).

Selama ini, Indonesia, Malaysia dan Thailand menyumbang 70 persen produksi karet alam di dunia.

Oleh karena itu, melalui Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) yang digelar di Bangkok, Thailand, pada Minggu lalu, ketiga negara bersepakat membatasi ekspor karet agar harga komoditas ini dapat terkerek kembali.

"Ada tiga kebijakan ke depan. Pertama, kebijakan untuk jangka pendek, kedua jangka menengah ketiga, kebijakan jangka panjang. Jangka pendek adalah pengaturan jumlah ekspor," kata Darmin.

Dengan pengurangan ekspor, menurut Darmin, produksi karet dari tiga negara ini akan lebih banyak difokuskan untuk kebutuhan dalam negeri.

"Nantinya produksi karet di dalam negeri. Kalau Malaysia sih sudah banyak dikonsumsi dalam negeri, karena industrinya sudah besar di sana," ujar Darmin.

Untuk meningkatkan konsumsi di dalam negeri, karet akan digunakan untuk bahan produksi pembatas dan rintangan jalan.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Budi Setiadi menjelaskan, hal itu melanjutkan langkah pemerintah selama ini, yakni memakai karet sebagai campuran bahan aspal.

"Penggunaan karet untuk campuran aspal sama kemudian bahan karet untuk alat-alat fasilitas keselamatan lalu lintas. Bisa mungkin traffic cone, water barrier," kata dia Kantor Kemenko Perekonomian, pada hari ini.

Budi menjelaskan, untuk traffic cone akan dibuat dari karet dengan bobot 15 kilogram. Sementara tembok pembatas jalan, yang biasa terbuat dari plastik oranye, akan diganti dengan barang berbahan karet dengan bobot 15 kilogram.

"Karena water barrier yang ada sekarang banyak yang rusak karena banyak ditabrak, makanya kami akan coba untuk menggunakan bahan karet mungkin akan lebih awet," ujar dia.

Ada pula spesifikasi water barrier yang digambar serupa, namun terbuat dari karet seberat 7,6 kilogram.

Budi optimistis langkah ini dapat menyerap komoditas karet untuk kebutuhan di dalam negeri. Karet juga dinilai lebih aman digunakan untuk peredam, jika terjadi tabrakan di jalan.

Baca juga artikel terkait KARET atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Addi M Idhom