tirto.id - Harga karet yang terus jatuh membuat pemerintah putar otak. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah telah mengidentifikasi sejumlah penyebab harga karet anjlok hingga Rp6.000 per kilogram.
Salah penyebabnya, kata Darmin, adalah ulah para spekulan di beberapa daerah. Indikasinya sederhana: karet di dalam negeri tidak sedang kelebihan produksi.
"Spekulan banyak yang memainkan informasi sebenarnya. Kami sudah lihat stock-nya itu, paling juga dua bulanan, tidak mesti menjatuhkan harga sejauh itu," kata Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat pada Jumat (11/1/2019).
Sebelumnya untuk membuat harga karet kembali stabil di angka Rp10.000 per kilogram, pemerintah membeli karet produksi perkebunan rakyat dengan menyediakan anggaran senilai Rp20 miliar.
Karet yang dibeli pemerintah salah satunya dipakai untuk campuran aspal. Proyek yang menjadi tugas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) ini sudah direncanakan dan dimulai pada tahun 2018. Di tahun 2019 ini, proyek itu akan dilanjutkan untuk perbaikan jalan di Sumatera Selatan, Jambi, Medan, dan Kalimantan.
Kini, setelah daftar penyebab jatuhnya harga karet bertambah, pemerintah punya rencana lain.
Darmin bilang, harga karet pada dasarnya dibentuk di dua bursa karet internasional, yakni di Cina dan Singapura. Agar harga di dua bursa tersebut menjadi acuan, pemerintah dalam waktu dekat bakal berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait di dua negara tersebut serta beberapa negara produsen karet lainnya.
Darmin berharap, kesamaan informasi terkait harga karet dapat diperoleh sehingga pasar komoditas itu bisa kembali stabil di Indonesia.
"Kalau dengan Vietnam, dia enggak mau. Vietnam juga produsen karet. Cina pun produsen karet walaupun karetnya beda dengan kita," kata Darmin.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom