tirto.id - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun ini berada di 3,2 persen dari sebelumnya 3,6 persen pada April 2022. Sementara untuk 2023 menjadi 2,9 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,6 persen.
Dalam laporan terbarunya, IMF membeberkan penurunan proyeksi ekonomi dunia disebabkan oleh risiko stagflasi di berbagai negara, khususnya negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan zona Eropa. IMF memperingatkan bahwa risiko dari inflasi yang tinggi dan perang Ukraina dapat mendorong ekonomi dunia ke ambang resisi.
"Prospek telah menjadi suram secara signifikan sejak April. Dunia mungkin segera tertatih-tatih di tepi resesi global, hanya dua tahun setelah yang terakhir," kata Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas dikutip dari laporannya, Rabu (27/7/2022).
Jika kondisi stagflasi terjadi dan perang Ukraina berkelanjutan, kemungkinan terburuk ekonomi global akan melambat menjadi 2,6 persen pada 2022 dan 2,0 persen pada tahun 2023, dengan pertumbuhan hampir nol di Eropa dan Amerika Serikat tahun depan. Lebih lanjut, pertumbuhan global telah turun di bawah 2,0 persen hanya lima kali sejak tahun 1970. Sementara itu, resesi terjadi hanya pada tahun 1973, 1981 dan 1982, 2009 dan pandemi COVID-19 pada 2020.
"Skenario ini sangat mungkin, bila risiko makin parah, seperti tensi geopolitik makin panas, pengetatan finansial menimbulkan masalah utang, juga peningkatan kasus Covid-19 yang menimbulkan lockdown, serta inflasi yang makin tak terkendali,” ungkapnya.
Jika dilihat lebih dalam beberapa negara yang alami kejatuhan ekonomi adalah Amerika Serikat dengan pertumbuhan 2,3 persen atau lebih rendah dari 2021 yang sebesar 5,7 persen. Kemudian zona Eropa seperti Jerman yang tumbuh 1,2 persen (sebelumnya 2,9 persen), Prancis 2,3 persen (sebelumnya 6,8 persen), Italia 3 persen (sebelumnya 6,6 persen), dan Spanyol 4 persen (sebelumnya 5,1 persen).
Di wilayah Asia ada Cina yang jatuh dari sebelumnya tumbuh 8,1 persen menjadi 3,3 persen. India dari 8,7 persen menjadi 7,4 persen. Lalu Amerika Selatan ada Brasil dengan 1,7 persen sebelumnya 4,6 persen.
Kemudian Meksiko 2,4 persen yang sebelumnya 4,8 persen. Sementara itu, Afrika, khususnya Nigeria mampu tumbuh 3,4 persen tapi masih lebih rendah dari sebelumnya 3,6 persen. Begitu juga dengan Afrika Selatan 2,3 persen dari sebelumnya 4,9 persen.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin