tirto.id - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) Kristalina Georgieva memperkirakan, ASEAN mengalami kerugian hingga 100 miliar dolar AS akibat perubahan iklim. Angka ini menurutnya, akan terus bertambah.
Hal ini disampaikan oleh Georgieva saat menghadiri Indonesia Sustainability Forum 2023 di Park Hyatt Hotel Jakarta, Kamis (7/9/2023).
"Saya ingin memulai dengan menyadari betapa parahnya dampak perubahan iklim, secara lebih luas bagi kawasan Indo Pasifik dan khususnya bagi ASEAN. Kita tahu bahwa suhu meningkat dua kali lipat, lebih cepat dari rata-rata global. Dan hal ini menyebabkan kejadian cuaca ekstrem yang lebih sering dan parah," ucap Georgieva.
Meski demikian, Georgieva memberi pujian kepada Indonesia yang telah berkomitmen untuk membangun 50 persen pembangkit listrik yang berasal dari energi terbarukan pada 2030.
"Indonesia tahun lalu melangkah lebih jauh dengan membuat komitmen untuk memiliki sekitar 50 persen pembangkit listrik dengan energi terbarukan pada tahun 2030. Pak Luhut, bravo bravo untuk Indonesia!" imbuhnya.
Selain itu, Georgieva juga memuji tindakan Indonesia yang berupaya memulihkan hutan bakau dan mangrove. Upaya tersebut dinilai dapat mengatasi peribahan iklim serta adanya mangrove dapat melindung pantai dari erosi dan menyerap karbon.
"Saya melihat tahun lalu bersama Presiden Jokowi, apa yang dilakukan Indonesia untuk memulihkan mangrove. Mangrove adalah hal yang indah. Mereka adalah perlindungan terhadap badai. Mangrove menciptakan lebih banyak potensi perikanan dan merupakan penyerap karbon," ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, krisis iklim menjadi masalah utama yang dihadapi semua negara. Bahkan kondisi itu bisa menyebabkan kerugian ekonomi dunia.
“Krisis iklim telah merugikan perekonomian global sebesar 23 triliun dolar AS pada 2050 dengan 3 juta kematian setiap tahunnya,” kata Luhut saat membuka acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) di Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).
Krisis iklim ini, menurut Luhut dapat mempengaruhi sektor lainnya selain ekonomi seperti, ketahanan pangan, wilayah pedesaan, pembangunan, hingga kemiskinan. Oleh karena itu, perlunya kolaborasi antarnegara dalam mengatasi krisis iklim.
“Kegagalan satu negara berarti kegagalan seluruh dunia," ungkapnya.
Disisi lain, Luhut menyebut Indonesia punya potensi energi terbarukan yang besar.
“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar dengan daya lebih dari 3.600 GW, dan kami akan terus mengembangkan bauran energi hijau,” bebernya.
Lebih lanjut, Luhut mengklaim Indonesia telah mempelopori beberapa proyek dan komitmen dekarbonisasi terbesar.
"Komitmen Net Zero pada 2060. Komitmen iklim sebesar 20 miliar dolar AS melalui kemitraan internasional. Target penurunan NDC sebesar 43 persen hingga investasi energi terbarukan lintas negara sebesar 30 miliar dolar AS," katanya.
Luhut juga menekankan bahwa ISF 2023 berupaya mendorong diskusi yang bermanfaat dan produktif di antara para pemimpin dan pemangku kepentingan utama yang hadir dalam dua hari ke depan.
“Saya berharap melalui ISF, kita dapat membawa pulang wawasan dan benih yang luas untuk kemitraan yang berdampak dalam mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.”
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Anggun P Situmorang