tirto.id - Wakil Ketua DPRD Jakarta, Ima Mahdiah, menceritakan proyeksi pemerintahan Daerah Khusus Jakarta usai Pramono Anung dan Rano Karno dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur nantinya.
Ima menyampaikan bahwa Pramono-Rano akan berupaya merealisasikan janji-janji kampanyenya. Selain itu, Ketua Tim Transisi Pramono-Rano itu juga membocorkan tip dan trik bagi masyarakat muda yang tertarik terjun ke politik.
Dalam kesempatan yang sama, politisi PDIP itu turut membagikan kisah terkait bagaimana dia dapat menduduki kursi legislatif Jakarta di umur yang relatif muda.
Ima tak menampik bahwa langkahnya dalam dunia politik tak terlepas dari bantuan eks Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Politikus yang kerap disapa Ahok itulah yang mempromosikan Imadalam Pileg DPRD Jakarta 2019.
Akan tetapi, Ima sendiri tak serta-merta berada di posisi atas. Sebelum akhirnya berlaga di Pileg Jakarta 2019, Ima mengaku lebih dulu menjalani gemblengan politik dan berkegiatan di tingkat akar rumput.
"Mungkin enggak banyak orang yang bisa seberuntung saya bisa di-endorse.Tapi, memang sebelum ke Pak Ahok, kan juga bagaimana saya digemblengnya, mungkin orang banyak enggak tahu. Untuk yang saya sampaikan kepada teman-teman yang lain, mulai dari bawah dulu. Mulai kita gimana cara melayani masyarakat, mengadvokasi. Kalau kamu rajin, kamu benar, pasti masyarakat mau pilih," urai Ima.
Berikut obrolan Tirtodengan Ima Mahdiah di Podcast For Your Politic.
Apa Prioritas tim transisi yang Anda ketuai untuk Jakarta?
Yang pasti prioritas kami sesuai dengan arahan Mas Pram dan Bang Doel. Itu adalah mempersiapkan realisasi janji-janji gubernur dan aspirasi masyarakat [yang masuk] ketika beliau-beliau berdua turun ke kampanye.
Itu kan banyak dan kemarin juga tim kampanye membuka jaring aspirasi yang mengumpulkan lebih dari 20 ribu [aspirasi]. Nah, itu yang kami siapkan untuk setelah pelantikan Mas Pram dan Bang Doel sudah bisa dijalankan.
Aspirasi itu banyak sekali, lantas bagaimana memilah janji kampanye yang mana yang akan didahulukan realisasinya dan mana yang diupayakan nanti?
Kami kan kerja satu bulan ya, kurang-lebih, maka dari itu kami membuat timeline dalam satu minggu. Di minggu pertama, kami berkenalan dulu. Kalau saya kan sudah kenal dengan Pemprov Jakarta.
Sebelum perkenalan itu, kami sudah rapat tim transisi soal janji kampanye atau aspirasi mana aja yang menjadi prioritas. Kami bikin juga program mana yang kira-kira bisa cepat dilaksanakan dan cost-nya yang rendah. Mana yang prioritasnya sedang dan mana yang kira-kira perlu waktu dan cost-nya agak besar.
Ada beberapa hal yang kami klasifikasi. Nah, kami kejar dulu dari hal-hal yang paling mudah, yang memang paling dibutuhkan masyarakat dan itu yang kami prioritaskan.
Jadi, dalam satu minggu ini, kegiatan kami lebih pada menyamakan persepsi terkait visi-misi Gubernur Pram dan Bang Doel bersama teman-teman di Pemprov Jakarta.
Setelah pelantikan, Pramono-Rano akan langsung tancap gas atau masih perlu momen lagi untuk penyesuaian?
Kami yang menyesuaikan, kami yang menyiapkan. Jadi, harapan kami selaku tim transisi, Mas Pram dan Bang Doel setelah dilantik sudah gaspol.
Bagaimana pandangan tim transisi terkait program sarapan gratis yang dijanjikan Pramono Anung? Akankah itu dijalankan dengan menggunakan APBD Jakarta atau bagaimana?
Kebetulan tadi pagi juga kami sedang membahas soal itu. Di minggu pertama, ada beberapa pilihan memang terkait sumber dana. Yang pasti untuk mengalokasikan dana itu, hal-hal yang sangat penting untuk masyarakat itu tidak kami geser. Tapi, ada beberapa hal yang bisa dihemat, yang bisa dikurangi, dan juga nanti bisa melibatkan beberapa pihak.
Jadi, kami dengan Pemprov DKJ mempersiapkan opsi-opsi setelah minggu menuju pelantikan. Satu minggu sebelumnya, itu kami sampaikan sebagai report tim transisi. Nanti, yang akan memutuskan adalah Mas Pram dan Bang Doel.
Program sarapan gratis masuk dalam prioritas 100 hari kerja atau tidak?
Masuk dalam 100 hari program kerja.
Pelaksanaannya bakal berbarengan dengan program MBG. Lantas, bagaimana mekanismenya nanti?
Yang pasti kami sama-sama untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak sekolah. Kami juga kemarin sampaikan kepada Dinas Pendidikan jangan sampai nanti bentrok. Jangan sampai makan bergizi gratisnya dikirimnya pagi, jadi mubazir kan, jadi double.
Jadi, nanti Dinas Pendidikan yang akan mengatur dengan arahan dari Mas Pram dan Bang Doel. Kamijuga akan mengajak kantin-kantin sekolah dan UMKM yang di sekitar sekolah. Dengan catatan, harus lulus uji dari Dinas Kesehatan ya. Uji kelayakan dari ahli gizi juga.Itu pasti akan dilibatkan semuanya.
Apakah ada juga opsi mengajak BUMD Jakarta mengalokasikan anggaran mereka untuk program sarapan gratis?
Kalau untuk BUMD, kami belum ada opsi ke sana. Tapi, ada beberapa hal yang memang perlu dihemat atau mungkin tambahan dari mana. Sedang dibikin opsinya sih, tapi belum bisa saya sampaikan saat ini karena itu ranahnya Pak Gubernur dan Pak Wagub terpilih.
Selain program sarapan gratis, program apa lagiyang jadi fokus pada 100 hari pertama Pramono-Rano di Jakarta?
Yang paling kelihatan dan paling banyak di laporan jaring aspirasi mengenai KJP dan KJMU. Itu yang sedang kami benahi dari sistem dan regulasinya. Ada hal yang memang sangat perlu diperbaiki, juga termasuk tebus ijasah.
Kami sedang rumuskan bagaimana caranya biar program bisa berdampak luas ke masyarakat.
Berarti kartu-kartu tersebut akan jadi fokus utama?
Iya. Dari 20 ribuan jaring aspirasi, pasti itu yang dikeluhkan oleh masyarakat. Selain itu, juga program untuk lansia. Makanya Pak Pram memberikan arahan kepada kami itu banyak sekali, mulai dari KJP, KJMU, lansia. Itu yang sistemnya harus diperbaiki dan jangan sampai salah sasaran.
Makanya kami rumuskan itu dulu. Mungkin di minggu kedua sudah kelihatan timeline dan juga berapa biaya yang dibutuhkan untuk program-program itu semua.
Mas Pram menjanjikan bahwa KJP itu akan terus dilanjutkan?
Betul. Janji Pak Pram dan Bang Rano itu KJP tetap dilanjutkan. KJMU juga, tapi dengan catatan harus tepat sasaran dan regulasinya itu nanti ada perubahan sedikit. Jika memang Mas Pram dan Bang Doel setuju, maka itu yang akan dijalankan.
Tapi, perubahan-perubahan itu belum bisa saya bocorkan. Pokoknya mahasiswa pasti happy.
Dari jaring aspirasi apalagi yang diminta disegerakkan?
Operasional RT-RW juga, termasuk CCTV, banjir, dan macet, yang memang sedang digodok bersama. Jadi, sebenarnya janji-janji Mas Pram sama Bang Doel itu kan memang tidak muluk-muluk. Jadi, ini masalah sehari-hari yang memang harus dibenerin.
Lalu, soal program sekolah gratis, seperti apa mekanisme programnya? Apakah anggarannya dari APBD dan apakah akan ada sekolah percontohan atau sekolah-sekolah tertentu yang dipilih?
Nanti kita pasti bikin beberapa opsi, memang sudah dalam pembahasan. Itu kembali lagi nanti ranahnya Mas Pram sama Bang Doel. Kami hanya mempersiapkan, khususnya kriteria, regulasi, jangan sampai juga tidak tepat sasaran, jangan sampai juga nanti siapa sih orang-orang yang mau dikasih sekolah gratis.
Itu kan harus clear dan landasan hukumnya juga harus clear dan juga beberapa orang yang akan kita bantu.
Ada beberapa hal-hal yang belum bisa saya bocorkan nanti berapa sekolah karena sekolah swasta ini kan juga sebenarnya di bawah Dinas Pendidikan. Tapi, benar-benar harus kami cross-check dari biayanya gimana karena ini menyangkut dengan biaya.
Jadi, masih dalam bentuk kajian. Tapi, target dalam dua minggu ini harusnya bisa selesai.
Apakah yang diutamakan untuk sekolah gratis tetap pemegang KJP dan KJMU?
Yang pasti kalau untuk sekolah gratis, kami prioritaskan untuk anak-anak yang perekonomiannya di bawah.
Kita beralih ke masalah Kampung Bayam. Cara atau langkah apa yang akan ditempuh untuk merealisasikan janji bahwa warga bisa menempati rusun yang disediakan?
Kemarin pun kami sudah berdiskusi dengan Jakpro, dengan Wali Kota Jakarta Utara, juga dengan OPD terkait Kampung Bayam ini. Kami juga bentuk tim khusus Kampung Bayam ini.
Jadi, kami pelajari dulu dari dasar hukumnya apa. Juga jangan sampai menabrak hukum dan juga master plan-nya seperti apa dulu dibuatnya. Terus, targetnya siapa saja dan sesuai arahan Pak Pram, bagaimana warga Kampung Bayam mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik.
Beberapa opsi akan kami serahkan kepada Mas Pram dan Bang Doel untuk memutuskan, kira-kira yang mana yang akan dipakai.
Masih terkait skema hunian, terkhusus untuk gen Z atau milenial yang ingin memiliki hunian di Jakarta, itu bagaimana?
Arahan Mas Pram dan Bang Doel itu kami kan punya aset-aset Pemda DKJ yang memang kondisinya ideal. Jadi, mungkin itu yang akan dimaksimalkan, yang akan mungkin dibangun rusun-rusun dan juga mungkin kerja sama juga dengan BUMN. Karena, nanti ketika ibu kota pindah ke Nusantara, ada beberapa tempat kosong.
Pak Pram juga ingin orang itu kerja dekat dengan tempat tinggalnya. Jadi, kalau di luar negeri pun rata-rata ya dekat dengan tempat kerjanya dan itu mobilisasinya bisa lebih mudah.
Jadi, untuk sementara ini, gambaran skema hunian tersebut masih berbentuk rumah vertikal?
Iya, rumah vertikal karena rumah tapak sudah enggak mungkin di Jakarta. Rumah vertikal yang lengkap dengan sarana, fasilitas, dan kebutuhan mereka. Tapi, itu bukan dalam 100 hari. Itu masih panjang prosesnya.
Program rumah DP 0 persen atau DP Rp0 dari gubernur sebelumnya apakah akan dilanjut atau totally different?
Belum ada omongan dari Pak Pram soal itu. Jadi, yang pasti Pak Pram itu tidak pengen tabrak aturan juga. Kira-kira masyarakat ini mampunya berapa sih, kami sampaikan dengan kondisi realnya seperti ini.
Beralih ke soal politik. Apakah Fraksi PDIP tergabung dalam KIM Plus untuk sementara ini?
Itu ranahnya petinggi-petinggi.
Tapi, apakah ada ekspektasi ke arah sana?
Saya sih enggak ada ekspektasi karena itu kan ranahnya petinggi. Kalau saya secara pribadi, yang penting kerja saja. Kerja yang benar dan di DPRD juga. Walaupun PDIP sendiri, tapi partai-partai lain juga bertemanlah sama kami. Bahkan, mereka banyak yang siap dukung tim transisi.
Jadi, kami juga berteman baik sama semuanya. Saya juga bila ada program-program yang selama ini didengungkan di DPRD DKJ, juga saya sampaikan kepada teman-teman Pemprov ketika saya jadi ketua tim transisi.
Mudah-mudahan setelah ini juga pasti teman-teman yang lain di DPRD senang karena ini ranahnya untuk rakyat juga, untuk konstituen mereka masing-masing.
Apakah ada kekhawatiran PDIP yang sendirian karena bukan bagian KIM Plus bakal dipersulit di Jakarta?
Kalau di DPRD Jakarta enggak ada KIM Plus. PDIP kayaknya biasa aja sih. Kalau saya pribadi, merasa enggak ada sekat. Jadi, ya kami kenal sama personalnya gitu sih dan dengan pimpinan DPRD hubungan kami juga baik. Maksudnya, enggak ada KIM Plus atau koalisi apa, semua di sini satu DPRD gitu. Karena, kalau kami ribut-ribut atau berantem sendiri sesama DPRD kan jadi enggak bagus.
Apakah ada kemungkinan akan ada pihak yang mengintervensi program-program prioritasnya Mas Pram dan Bang Doel?
Sebagai anggota DPRD sekaligus Ketua Tim Transisi Pram-Doel, saya lihat ya program-program mereka juga pasti didukung sama teman-teman di DPRD karena ini ada aspirasi dari rakyat juga. Menurut saya, karena ini juga teman-teman sering sampaikan ketika rapat, saya yakin teman-teman di DPRD akan setuju. Karena, kalau enggak setuju yang dilawan sebenarnya bukan kami, tapi aspirasi rakyat.
Itu sebabnya program-program Pram-Doel juga dirumuskan dari hasil penjaringan aspirasi?
Betul, dari jaring aspirasi. Teman-teman di rapat dengan Pemprov Jakarta sering juga dapat laporannya. Kami merumuskan yang terbaik untuk masyarakat Jakarta.
Saat ini, masih ada beberapa produk regulasi yang belum berjalan, seperti Pergub Nomor 3 Tahun 2022 soal RDTR. Apakah regulasi yang mandek akan segera dijalankan?
Itu masih dalam pengkajian. Pastinya kami mau ada perapian ya. Nanti tiga bulan setelah dilantik itu Pak Pram akan rumuskan RPJMD. Jadi, itu mungkin nanti akan dirapatin kembali.
Boleh sedikit diceritakan momen yang membuat Anda akhirnya tergerak masuk partai, lalu menjadi caleg?
Sebenarnya, semuanya enggak sengaja sih. Masuk partai juga enggak sengaja, nyaleg juga enggak sengaja terus tiba-tiba menang. Maksudnya dalam arti sebelumnya enggak pernah kepikiran masuk partai. Karena, waktu itu 2016, saya secara pribadi melihat teman-teman di PDI Perjuangan mendukung Pak Ahok sangat total.
Saya banyak berkawan baik dengan teman-teman PDI Perjuangan. Waktu itu, saya belum masuk partai. Saya rasa, “Oh, kayaknya saya cocok nih di PDI Perjuangan.” Pada 2017, ada beberapa teman dari partai lain juga ngajak masuk ke partai ini dan itu.
Akhirnya, saya diskusi dan memutuskan masuk PDI Perjuangan. Setelah itu, di PDI Perjuangan pun awalnya ya cuma sebagai pengurus. Enggak ada niat mau nyaleg.
Bahkan, saya tuh masih wawancara calon-calon caleg waktu itu. Jadi, saya enggak daftar. Lalu, ada dapil yang kurang kuota perempuan. Rumah saya di Jakarta Selatan, tapi yang kurang perempuan Jakarta Barat.
Akhirnya, ketua saya, Pak Adi Wijaya atau biasa dipanggil Pak Aming, minta tolong supaya saya ikut daftar caleg. Katanya, “Kamu mau enggak maju di Dapil 10 karena kurang perempuan?”
Saya pikir cuma tempel nama doang, terus saya bilang mau izin dulu karena waktu itu saya masih kerja ikut Pak Ahok. Kalau dikasih izin, ya saya mau maju. Ternyata maju dan terpilih.
Dulu pas ikut Pak Ahok itu, memang saya diajarin soal-soal pengaduan dan pelayanan masyarakat. Mungkin dari situ keterusan. Senang aja gitu saya buka WA pengaduan. Saya bales sendiri tuh pengaduan warga, enggak pakai asisten.
Jadi, saya mohon maaf soalnya kalau lagi rapat tim transisi, sama sekali enggak bisa bales WA warga. Saya baru bales kalau sudah sampai rumah.
Sampai sekarang, Anda masih buka WA pengaduan?
Masih dibuka karena itu cara komunikasi saya sama masyarakat. Kan enggak mungkin kami datang ke dapil setiap hari, tapi masalah warga kan pasti tiap hari ada saja. Nah, karena itu masyarakat bisa lapor ke saya 24 jam.
Itu yang akhirnya membuat saya terjun ke politik ya. Saya mengaplikasikan yang sudah saya lakukan di DPRD ini sambil belajar juga dengan senior-senior di PDI Perjuangan. Teman-teman juga banyak yang kasih arahan ke saya. Termasuk, Pak Aming juga sering, Pak Ahok.
Pak Aming sering memberikan saya nasihat atau kasih masukan. Prinsipnya saya menjalankan yang baik.
Nah, setelah itu, saya kepilih lagi untuk kedua kali. Saya sama sekali enggak pakai serangan fajar. Jadi, saya kerja dan itu bisa dicek di dapil saya, Dapil 10. Biaya kampanye ada karena APK dan juga ada teman-teman yang bantu.
Untuk selanjutnya, apakah Anda akan mencalonkan untuk DPR RI?
Saya ikut jalan yang sudah ditakdirkan Tuhan saja, tapi ketika diberikan amanah, ya saya selesaikan tugas dengan baik.
Adakah pesan yang ingin Anda sampaikan untuk anak-anak muda yang ingin masuk politik?
Saya tidak bisa menafikan bahwa ketika saya terpilih untuk pertama kali, Pak Ahok bantu endorse saya. Jadi, suara saya sangat tinggi di dapil.
Pesan saya sih gini saja, kita banyak berteman. Dengan siapa pun, kita berteman. Karena, pasti ada banyak kesempatan terbuka dari pertemanan itu.
Jika memang niat berpolitik, kita harus mulai dari bawah dulu. Misalkan, bisa jadi RT dan melayani masyarakat sambil belajar. Nah, ketika kerja kita sudah berdampak besar, itu kan bisa jadi modal.
Mungkin enggak banyak orang yang seberuntung saya bisa di-endorse tokoh politik besar. Tapi, sebelum ke Pak Ahok, kan juga bagaimana saya digembleng orang banyak enggak tahu. Kepada teman-teman yang lain, mulailah dari bawah dulu. Mulai dari bagaimana cara kita melayani masyarakat, mengadvokasi. Kalau kamu rajin, kamu benar, pasti masyarakat mau pilih.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Fadrik Aziz Firdausi