Menuju konten utama

IKAPPI Harap Tak Semua Pedagang Daging Sapi Mogok Jualan

IKAPPI khawatir banyak pihak yang akan mengalami kerugian akibat pedagang daging sapi mogok berjualan selama hampir sepekan.

IKAPPI Harap Tak Semua Pedagang Daging Sapi Mogok Jualan
Pedagang menata daging sapi yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Senin (10/5/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

tirto.id - Sekretaris Jenderal DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Sekjen DPP IKAPPI), Reynaldi Sarijowan mengharapkan tidak semua pedagang daging melakukan mogok berjualan selama lima hari mulai 28 Februari 2022. Menurut Reyanladi masih ada pihak lain pengguna komoditas daging sapi sebagai bahan baku utama produksi mereka.

"Memang kami mendapati sejumlah laporan pedagang daging akan mogok jualan, tapi ada hal yang harus diperhatikan juga. Karena ada pihak ketiga seperti penjual bakso, warteg dan sebagainya yang memang memproduksi atau menjual daging tentu akan mengalami kerugian," kata Reynaldi kepada wartawan di Jakarta, Jumat (25/2/2022) dilansir dari Antara.

Lebih lanjut, Reynaldi mengkhawatirkan aksi mogok ini bakal berdampak pada skala yang lebih besar mengingat waktu pelaksanaannya yang hampir sepekan.

Oleh sebab itu, Reynaldi menyatakan bahwa pihaknya bakal melakukan komunikasi dengan pemerintah untuk segera melakukan intervensi terkait melambungnya harga daging. Salah satunya, meminta pemerintah memastikan stok daging sapi tetap tersedia.

"Untuk itu, seharusnya permintaan yang saat ini tidak terlalu tinggi seharusnya dapat mampu ditekan. Kecuali nanti menjelang Hari Raya Lebaran Idul Fitri tentu permintaan akan tinggi dan harga akan melonjak maka jauh sebelum itu pemerintah harus melakukan intervensi," tuturnya.

Hal itu karena, lanjut dia, harga pokok penjualan atau HPP daging yang cukup tinggi membuat pedagang kewalahan untuk menutup kerugian.

Reynaldi mengatakan, bahwa hingga saat ini, bahkan ada HPP mencapai Rp140.000, sementara harus dijual dengan harga Rp115.000-Rp120.000.

"Pedagang sudah mengambil harga di rumah potong hewan [RPH] sudah tinggi, ini kesulitannya untuk menjual di harga normal," ujar Reynaldi.

Reynaldi meminta kepada pemerintah untuk melakukan intervensi dari hulu hingga hilir, salah satunya dengan memaksimalkan produksi daging dalam negeri melalui pemetaan sentra daging.

"Genjot sentra daging, seperti di NTB, harus digenjot agar dagingnya surplus, kalau surplus dagingnya dapat di distribusi ke wilayah yang 'demand'-nya tinggi, seperti Jabodetabek," ujarnya.

Dia sangat mendukung pemerintah untuk mendorong produksi dalam negeri, karena banyak yang dapat dimanfaatkan dan dimaksimalkan.

Sementara itu, pemetaan penting untuk mengetahui wilayah mana yang berpotensi menjadi sentra daging, sehingga tidak harus mengandalkan impor.

"Daging lokal kita itu rasanya jauh lebih sedap, lebih 'fresh', ketimbang harus impor yang beku, yang kadar airnya jauh lebih tinggi," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PEDAGANG DAGING SAPI

tirto.id - Bisnis
Sumber: Antara
Editor: Bayu Septianto