tirto.id - Kabar bohong (hoaks) yang menyerang kedua calon presiden-calon wakil presiden, Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tak bisa menggerus elektabilitasnya.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia (Indikator) Burhanuddin Muhtadi mengatakan, hoaks yang disebarkan oleh siapapun itu terkait Jokowi dan Prabowo tidak berpengaruh banyak dalam menggerus elektabilitas kedua pasangan capres-cawapers 2019.
“Mereka menerima hoaks secara parsial. Kalau hoaks itu mendukung sikap partisannya, dia akan setuju. Sebaliknya, hoaks yang merugikan sikap partisannya, tidak akan direspon,” ucap Burhanuddin di kawasan Menteng, Jakarta, Selasa (8/1/2019).
Menurut dia, ada tiga isu yang dibahas yakni soal Jokowi beretnis Tionghoa, kebangkitan PKI, dan juga Prabowo terlibat dalam penculikan aktivis tahun 1998.
Menyerang dengan hoaks, kata, dia sia-sia. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei Indikator pada Desember 2018, elektabilitas Joko Widodo-Ma’ruf Amin sebesar 54,9 persen, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sejumlah 34,8 persen.
Selisih 20 persen suara itu, menurut dia, sulit dikejar hanya dengan isu hoaks. Justru, imbuh dia, isu hoas mengerek tingkat golput sebesar 20-25 persen. Bagi Burhanuddin, pemilih yang bingung cenderung akhirnya memutuskan untuk golput.
“Efek hoaks itu kan kecil, tetapi jadi sangat menentukan jika persaingan itu sangat kompetitif,” katanya.
Menurutnya, masyarakat telanjur menerima isu-isu yang sesuai preferensi politiknya saja. Meskipun informasi itu bisa saja bersifat hoaks, tetapi mereka tetap percaya karena sesuai dengan pilihannya pada Pilpres 2019. Sebaliknya, isu hoaks yang tidak sesuai dianggap angin lalu.
Selama ini, kata Burhanuddin, upaya mendegradasi elektabilitas capres-cawapres dengan hoaks cenderung tidak berhasil, karena peredarannya di kalangan sendiri.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Zakki Amali