Menuju konten utama

Hasil Pemilu Sela di AS Disebut Picu Penguatan Rupiah Sementara

Bhima mengatakan tren penguatan mata uang rupiah ini sifatnya sementara, dengan salah satu faktor yang memengaruhinya ialah hasil pemilu sela di AS.

Hasil Pemilu Sela di AS Disebut Picu Penguatan Rupiah Sementara
Petugas kasir menghitung mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di tempat penukaran uang di kawasan Kwitang, Jakarta, Selasa (2/10/2018). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso.

tirto.id - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai penguatan mata uang rupiah yang terjadi saat ini merupakan bonus dari situasi yang sedang berlangsung di Amerika Serikat.

Bhima mengatakan tren penguatan mata uang rupiah ini sifatnya sementara, dengan salah satu faktor yang mempengaruhinya ialah hasil pemilu sela di AS.

“Oleh karena Partai Demokrat berhasil menguasai House of Representatives, ini berakibat investor lihatnya Trump (Presiden AS Donald Trump) bakal banyak diganggu kerjanya oleh Partai Demokrat. Beberapa program tidak akan lancar,” kata Bhima saat dihubungi Tirto pada Kamis (8/11/2018).

Sejumlah faktor lainnya terkait dengan reformasi pajak di AS yang berpengaruh terhadap kepercayaan dunia usaha serta tensi perang dagang antara AS dengan Cina yang belum mereda. Meski rencana pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Cina Xi Jinping telah mencuat, namun solusi pasti dari perang dagang ini masih belum jelas.

Dengan mempertimbangkan proyeksi perekonomian di AS itulah, Bhima menilai para investor pun lantas melirik lagi emerging market. Untuk di Indonesia sendiri, Bhima menengarai IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang tercatat secara konsisten terus melemah sejak awal tahun memperkuat komitmen investor untuk menanamkan modalnya.

“Ketika investor lihat pasar saham di emerging market itu undervalued, maka sekarang ini waktu yang bagus untuk masuk. Saya kemarin cek investasi asing di pasar modal, net buy mencapai Rp5 triliun,” ungkap Bhima.

Nilai mata uang rupiah yang dihargai “terlalu murah” inilah yang lantas membuat pasar obligasi domestik jadi lebih atraktif. Dengan demikian, modal asing pun bisa kembali masuk ke Indonesia dalam jangka waktu pendek.

Lebih lanjut, Bhima menduga kondisi di AS itu bisa berbalik arah dalam waktu dekat. Salah satunya lewat rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Federal Reserve/ The Fed) jelang akhir tahun. Apabila kondisi di sana pulih kembali maka bonus yang selama ini membawa angin segar bagi penguatan mata uang rupiah bakal selesai.

Saat disinggung mengenai langkah yang bisa ditempuh pemerintah guna memanfaatkan momentum ini, Bhima mengatakan bahwa penerbitan SBN valas sebaiknya dilakukan. “Ini momentum bagus karena investor sudah masuk ke Indonesia,” ungkap Bhima.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri