Menuju konten utama

Harmonisasi Jiwa & Raga Bersama Perempuan Punya Karya

Melalui workshop meracik jamu dan kelas yoga, komunitas Perempuan Punya Karya ingin menyorot aspek kesehatan perempuan.

Harmonisasi Jiwa & Raga Bersama Perempuan Punya Karya
Perempuan Punya Karya dan komunitas penyelenggara acara ibu dan anak Layana berkolaborasi memperingati Hari Kemerdekaan RI dengan sederet kegiatan kreatif, seperti kelas meracik jamu yang dipandu oleh pemilik UMKM produsen jamu JogJamu, Anindwitya R. Monica, pada Sabtu, 10 Agustus 2024 di Yogyakarta. tirto.id/Siti Fatimah

tirto.id - Dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan RI ke-79, Perempuan Punya Karya dan komunitas penyelenggara acara ibu dan anak Layana berkolaborasi menggelar rangkaian kegiatan bertajuk Freedom Through Creativity.

Salah satu tema kegiatan adalah wellness yang diwujudkan dalam workshop meracik jamu dan kelas yoga. “Kami menjelaskan JogJamu secara brief sama sejarah jamu di Indonesia. Ini tentang Independence Day, bahwa jamu adalah warisan Budaya Nusantara,” ujar pemilik JogJamu sekaligus pemateri workshop, Anindwitya R. Monica.

Selain membagikan teknik meracik jamu kunir asem, perempuan yang disapa Monic ini menceritakan bagaimana bisnisnya dirintis dari skala kecil, atau istilahnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

JogJamu itu sendiri merupakan usaha keluarga yang sudah turun-temurun selama empat generasi, persisnya dibangun oleh eyang putri Monic pada 1950.

“Kami juga akan memasukkan materi hubungan jamu dan perempuan. Dan ternyata 60-70 persen pengusaha UMKM diinisiasi oleh perempuan untuk meningkatkan perekonomian rakyat lokal. Kita juga tahu jamu merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak bisa diklaim sebagai obat, tapi bagus untuk kesehatan,” papar Monic.

Monic kemudian menjelaskan bagaimana jamu dapat disorot dari perspektif perempuan dan kajian feminis Selama ini, kata Monic, sudah diketahui betapa banyak produk obat-obatan di pasaran yang tidak mempertimbangkan efeknya pada kesehatan perempuan.

“Jadi kenapa kita harus kembali ke jamu ke tumbuhan atau herbal? [Sebab] bahwasannya di dalam dunia kedokteran, pembuat obat banyak laki-lakinya daripada perempuan. Banyak bias gender yang tidak berspektif gender untuk membuat obat yang sehat ke perempuan,” ungkapnya.

Konsumsi terhadap produk obat-obatan yang proses uji cobanya kurang melibatkan perempuan ini, kata Monic, pada akhirnya dikhawatirkan berpotensi mengganggu kinerja organ reproduksi perempuan.

Nah, sebagai perempuan berbudaya Indonesia yang dapat meracik jamu, dia ingin membagikan ilmunya.

“Paling tidak kita tahu preservatif [alami]. Bahan-bahan itu gampang dicari di sekitar,” bebernya.

“Banyak juga penelitian yang mengatakan, bahwa sebenarnya tanpa kita sadari komersialisasi medis kurang ramah perempuan. Jadi sebagai perempuan, akan lebih baik kalau kita aware dengan hal seperti ini. Mengembalikan ruhnya,” imbuh Monic.

Selain workshop membuat jamu, ada juga aktivitas yoga yang dimeriahkan dengan kelas khusus crystal healing oleh co-founder Perempuan Punya Karya, Manda Baskoro.

“Karena nggak banyak kan, biasanya wellness ya cuma yoga saja. Tapi kami beri materi kalau wellness itu bisa dari segala lini,” ujar Manda.

Manda menerangkan, Perempuan Punya Karya merupakan wadah networking bagi perempuan. Terutama buat kamu yang masih belum paham betul apa minat atau bakatmu, komunitas Manda bisa membantu mengarahkan.

“Kami bisa kasih gambaran bisa ke sana ke sini. Event kami ada kelas bisnis, finansial, organ reproduksi, self development, wellness, kelas seni juga seperti berkain dan nguri-nguri budaya Jawa. Jadi di semua lini, kami merangkul perempuan,” pungkas Manda.

Baca juga artikel terkait SUPPLEMENT CONTENT atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Sekar Kinasih