tirto.id - Hari peringatan obesitas sedunia atau World Obesity Day jatuh pada 4 Maret 2021. Sebelumnya Hari Obesitas Sedunia diperingati setiap tanggal 11 Oktober, namun sejak 2020 lalu World Obesity Federation mengumumkan bahwa tanggal tersebut diubah menjadi 4 Maret.
Tahun ini, Hari Obesitas Sedunia mengangkat tema "Every Body Needs Everybody" yang artinya setiap tubuh membutuhkan setiap orang. Tema ini mengajak seluruh komunitas global untuk bersama-sama menuju situasi yang lebih bahagia, lebih sehat, dan hidup lebih lama.
Dikutip dari laman resmi World Obesity Day, peringatan Hari Obesitas Sedunia 2021 akan fokus pada empat misi yaitu:
- Meningkatkan kesadaran bahwa obesitas adalah penyakit. Pemahaman ini digunakan untuk mendukung masyarakat untuk mengetahui penyebab obesitas dan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
- Membela dan mendukung perubahan cara penanganan obesitas pada masyarakat.
- Mendukung adanya kebijakan yang dapat membantu terciptanya lingkungan sehat yang memprioritaskan obesitas sebagai masalah kesehatan.
- Menginspirasi sesama dengan berbagi pengalaman dan menyatukan komunitas global untuk mencapai tujuan.
Ketut Suastika, dokter spesialis endokrin, metabolik, dan diabetes sekaligus Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) mengatakan bahwa obesitas bukan hanya disebabkan oleh kesalahan penderita. "Menganggap bahwa obesitas adalah akibat kesalahan individu karena terlalu banyak asupan dan kurang berolahraga adalah kekeliruan yang umum terjadi," katanya seperti yang dilansir dari Antara pada Kamis (4/3/2021).
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa obesitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk genetik, psikologis, sosiokultural, ekonomi dan lingkungan. Sejalan dengan hal itu National Health Service (NIH) menyebutkan beberapa faktor penyebab obesitas, termasuk:
- Pola makan yang tidak sehat, termasuk makan makanan cepat saji, minum minuman beralkohol, banyak mengonsumsi makanan manis dalam jumlah besar.
- Psikologis, dimana seseorang menemukan kenyamanan dan merasa terbebas dari perasaan tertekan dengan makanan.
- Kurangnya aktivitas fisik, dimana energi yang masuk ke dalam tubuh tidak digunakan untuk berkegiatan. Akibatnya energy yang dikonsumsi terus tersimpan dalam tubuh dan mengakibatkan obesitas.
- Genetik, dimana sifat genetik tertentu termasuk nafsu makan yang besar dapat diwarisi dari orang tua.
- Lingkungan, yaitu orang yang tumbuh di lingkungan dengan kebiasaan makan yang buruk akan erat kaitannya dengan obesitas.
- Kondisi medis tertentu, seperti hipotiroidisme di mana kelenjar tiroid seseorang tidak menghasilkan cukup hormon.
- Penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk beberapa kortikosteroid, obat untuk epilepsi, diabetes, juga beberapa obat yang digunakan untuk mengobati penyakit mental seperti antidepresan dan obat skizofrenia.
Obesitas erat kaitannya dengan kondisi kesehatan yang buruk seperti diabetes dan jantung koroner. Di dunia setidaknya terdapat 800 juta orang yang hidup dengan obesitas, termasuk di Indonesia. World Obesity Federation menyebutkan bahwa sekitar pada 2025 mendatang, konsekuensi medis yang harus ditanggung sebagai akibat obesitas dapat mencapai 1 trilion dolar AS.
Selain itu, ditengah situasi pandemi saat ini, ditemukan bahwa orang dengan obesitas dua kali lebih mungkin mendapatkan perawatan di rumah sakit apabila terjangkit COVID-19. Fakta inilah yang mendorong banyak orang untuk menangani kondisi obesitas baik untuk diri sendiri maupun orang terkasih.
Mayo Clinic menyebutkan ada beberapa cara untuk menangani kondisi obesitas, termasuk:
- memperbaiki pola makan dengan mengonsumsi lebih rendah dari kebutuhan kalori harian;
- mengganti makanan yang lebih rendah kalori dan mengurangi makanan tinggi gula dan lemak;
- melakukan aktivitas fisik dan berolahraga;
- memperbaiki perilaku makan dan menjauhi stress;
- mendapatkan resep serta tindakan pengobatan obesitas dari dokter, termasuk prosedur endoskopik ataupun operasi sedot lemak.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yulaika Ramadhani