tirto.id - Hari kanker sedunia atau World Cancer Day diperingati setiap 4 Februari. Penyakit kanker salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia.
Berdasarkan data Globocan 2018, sebanyak 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia terserang kanker. Angka kematian karena kanker juga diperkirakan menimpa 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan di seluruh dunia.
Prevelensi penyakit kanker di Indonesia cukup tinggi. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1,4 dari 1000 atau sekitar 347 ribu orang. Kanker payudara adalah jenis kanker yang banyak menyerang penduduk Indonesia, menurut Ketua Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI), Linda Gumelar.
Penetapan hari kanker 4 Februari ini bertujuan mengingatkan penduduk dunia tentang bahaya kanker, dan ajakan untuk bersama-sama melawan penyakit ini.
Perlawanan terhadap kanker bahkan sudah dilakukan sejak masa Yunani Kuno. Dalam Cancer.org dijelaskan adanya bukti kemunculan kanker pada mumi dari masa itu.
Ditemukan adanya pertumbuhan sugestif dari kanker tulang yang disebut osteosarcoma di mumi tersebut dan juga ditemukan adanya perusakan tulang tengkorak.
Hal ini diperkuat dengan ditemukannya cacatan medis tentang kanker (saat itu penyakit ini belum dinamai kanker).
Catatan kuno dari papirus Edwin Smith berisi tentang deskripsi kanker yang ditulis sekitar 3000 SM. Catatan tersebut menunjukkan adanya upaya untuk mengangkat tumor payudara dengan alat yang disebut fire drill. Secara sederhana penemuan tersebut menjelaskan tentang operasi pengangkatan tumor di masa itu.
Beribu-ribu tahun penyakit ini tidak memiliki nama. Hingga Hippocrates yang merupakan seorang dokter Yunani kuno (460-370 SM) menggunakan istilah karsinoid dan karsinoma untuk menggambarkan penyakit tersebut.
Dalam bahasa Yunani, kata-kata itu merujuk pada kepiting. Yang pada akhirnya diterjemahkan dalam bahasa latin menjadi cancer yang hingga kini digunakan untuk menamai penyakit tua tersebut.
Pada perkembangan selanjutnya di abad ke-18, adanya otopsi membantu meningkatkan pemahaman para ilmuan mengenai tubuh manusia.
Perkembangan anestesi pada abad ke-19 memungkinkan operasi seperti mastektomi untuk dikembangkan. Sementara itu terapi radiasi muncul pada pergantian abad ke-20. Ini adalah masa di mana muncul beberapa terobosan baru.
Mulai dari pemahaman tentang DNA dan link genetik untuk kanker, program pemeriksaan, teknik bedah invansif hingga program kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kesadaran risiko kanker.
Editor: Yantina Debora