tirto.id - Hari Amal Internasional (International Day of Charity) 2021 diperingati pada 5 September. Hari Amal Internasional diadakan dengan tujuan untuk menyadarkan orang, LSM, dan pemangku kepentingan di seluruh dunia untuk membantu orang lain melalui kegiatan sukarela dan filantropi.
Tanggal 5 September dipilih karena merupakan hari meninggalnya Bunda Teresa dari Kalkuta, yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada 1979 "untuk pekerjaan yang dilakukan dalam perjuangan mengatasi kemiskinan dan kesusahan, yang juga merupakan ancaman bagi perdamaian."
Bunda Teresa, biarawati dan misionaris terkenal, lahir dengan nama Agnes Gonxha Bojaxhiu pada tahun 1910. Pada 1928 ia pergi ke India untuk mengabdikan diri membantu orang miskin. Pada 1948 ia menjadi warga negara India.
Setelah itu, Bunda Teresa mendirikan ordo Misionaris Cinta Kasih di Kolkota (Kalkuta) pada 1950, yang menjadi terkenal karena karyanya di antara orang miskin dan terlantar di kota itu.
Selama lebih dari 45 tahun dia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan terlantar, sambil membimbing ekspansi Missionaries of Charity, pertama di India dan kemudian di negara-negara lain, termasuk rumah perawatan dan rumah bagi orang miskin dan tunawisma.
Karya Bunda Teresa telah diakui di seluruh dunia dan dia telah menerima sejumlah penghargaan, termasuk Hadiah Nobel Perdamaian. Bunda Teresa meninggal pada tanggal 5 September 1997, pada usia 87 tahun.
Sebagai pengakuan atas peran amal dalam mengurangi krisis kemanusiaan dan penderitaan manusia di dalam dan di antara bangsa-bangsa, Majelis Umum PBB dalam resolusi A/ RES/67/105 menetapkan tanggal 5 September, hari kematian Ibu Teresa, sebagai Hari Amal Internasional.
Tema Hari Amal Internasional 5 September
Tema yang diangkat PBB dalam Hari Amal Internasional 2021 adalah Solidaritas Global untuk Memberantas Kemiskinan. Kegiatan amal, seperti gagasan tentang kesukarelaan dan filantropi, memberikan ikatan sosial yang nyata dan berkontribusi menciptakan masyarakat yang inklusif dan lebih tangguh.
Amal dapat meringankan dampak terburuk dari krisis kemanusiaan, melengkapi layanan publik dalam kesehatan, pendidikan, perumahan dan perlindungan anak.
Kegiatan amal juga membantu kemajuan budaya, ilmu pengetahuan, olahraga, dan perlindungan warisan budaya dan alam. Amal mempromosikan hak-hak yang terpinggirkan, kurang mampu dan menyebarkan pesan kemanusiaan dalam situasi konflik.
Dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang diadopsi pada September 2015, PBB mengakui bahwa pengentasan kemiskinan dalam segala bentuk dan dimensinya, termasuk kemiskinan ekstrem, merupakan tantangan global terbesar dan syarat mutlak bagi pembangunan berkelanjutan.
Agenda tersebut juga menyerukan semangat solidaritas global yang lebih kuat, yang difokuskan secara khusus pada kebutuhan yang paling miskin dan paling rentan.
PBB juga mengakui peran sektor swasta yang beragam, mulai dari usaha mikro hingga koperasi multinasional, dan peran organisasi masyarakat sipil dan organisasi filantropi dalam pelaksanaan Agenda baru.
17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang dituangkan dalam Agenda dapat dikelompokkan menjadi enam bidang penting: manusia, planet, kemakmuran, perdamaian, dan kemitraan.
Mereka memiliki potensi untuk mengubah hidup dan planet kita dengan menyediakan kerangka kerja yang diperlukan bagi lembaga filantropi untuk memungkinkan semua orang berkontribusi pada perbaikan dunia.