Menuju konten utama

Harap-Harap Cemas PSI dan Partai Pendatang Baru Lolos ke Senayan

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan sejumlah partai politik (parpol) pendatang baru lainnya tengah harap-harap cemas menunggu hasil Pemilu 2024.

Harap-Harap Cemas PSI dan Partai Pendatang Baru Lolos ke Senayan
Ilustrasi Gedung DPR. FOTO/ANTARA

tirto.id - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan sejumlah partai politik (parpol) pendatang baru lainnya tengah harap-harap cemas. Target mereka untuk bisa melenggang ke parlemen, rasanya jauh panggang dari api.

Jika melihat hasil quick count atau hitung cepat sementara, PSI dan beberapa parpol pendatang baru lainnya, masih di bawah ambang batas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, ambang batas atau syarat lolos ke parlemen yakni 4 persen.

Berdasarkan hasil hitung sementara dilakukan oleh lembaga survei Indikator, Populi Center, dan Charta Politika per 23.05 WIB, suara PSI masih di bawah 4 persen. Masing-masing yakni 3,09 persen (Indikator), 2,74 persen (Populi Center), dan 2,97 persen (Charta Politika).

Meski masih hitungan sementara, perolehan suara partai yang diketuai oleh Kaesang Pangarep itu masih lebih tinggi jika dibandingkan hasil pada Pemilu 2019. Saat itu, PSI hanya mendapatkan suara sebanyak 2.650.361 atau 1,89 persen.

Sementara untuk beberapa pemain baru lainnya seperti: Partai Buruh, Gelora, PKN, Garuda, dan Ummat suaranya tidak sampai 1 persen. Hasil hitung sementara Indikator misalnya, Partai Buruh hanya memperoleh suara 0,72 persen, Gelora 0,94 persen, 0,30 persen, Garuda 0,38 persen, Umat 0,55 persen.

Tidak berbeda jauh, hasil hitung sementara Populi Center juga demikian. Partai Buruh hanya mendapatkan 0,73 persen suara, Gelora 0,85 persen, PKN 0,25 persen, Garuda 0,30 persen, dan 0,55 persen. Suara tersebut, tentunya jauh dibandingkan partai-partai besar yang sudah lama berada di parlemen.

Kaesang Tak Pengaruhi Suara PSI

Ketua PSI Kaesang kunjungi Kalbar

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep menghadiri pertemuan dengan tokoh agama dan mahasiswa di Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (19/11/2023). Dalam pertemuan tersebut Kaesang Pangarep membahas sejumlah isu yaitu antara lain tentang kasus intoleransi agama di Indonesia, Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset, rendahnya kesejahteraan guru dan pemenuhan gizi anak Indonesia. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/aww.

Pengamat politik, Ujang Komaruddin, menilai kehadiran Kaesang belum mampu menarik suara PSI untuk bisa lolos ke parlemen. Sebab, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu, terbilang orang baru yang bukan berangkat dari kader maupun memiliki pengalaman di parpol.

“Saya melihat Kaesang kan orang baru juga, ujug-ujug jadi ketua umum partai. Itu kalau menurut saya sulit dijual juga,” kata Ujang kepada Tirto, Rabu (14/2/2024) malam.

Menurutnya, untuk menarik suara PSI tidak cukup hanya ‘berjualan’ sebagai anak presiden saja. Karena publik sendiri butuh diyakinkan oleh ketua umum partai terkait pengalaman politik maupun di pemerintahan.

Sementara, Kaesang sendiri menjadi Ketua Umum PSI tidak melalui proses panjang dan kaderisasi. Tentunya, kata Ujang, hal ini menjadi problem. Sehingga, wajar jika PSI tidak lolos ke Senayan walaupun sudah dibantu oleh kekuasaan.

“Tetapi itulah hasil bisa dilihat bahwa rakyat belum mengamanahkan, menganugerahi PSI bisa lolos Senayan. Ini harus evaluasi besar meskipun anaknya Jokowi,” ucap dia.

Menurut Ujang, ini adalah sebuah kenyataan yang harus diterima oleh PSI. Ke depan PSI harus berbenah evaluasi diri jika ingin bersaing untuk kontestasi berikutnya.

Direktur Lembaga Survei Populi Center, Usep S Ahyar, menyatakan bahwa peluang PSI dan partai-partai baru untuk bisa lolos ke parlemen memang masih cukup kecil. Sebab, PSI dkk menghadapi partai-partai besar atau petahana di Senayan.

“Sehingga yang punya petahana itu lebih diuntungkan daripada pendatang-pendatang baru. Jadi partai-partai yang punya wakil di parlemen itu lebih berpotensi,” ujar dia saat dihubungi Tirto, Rabu (14/2/2024) malam.

Usep melihat, bahwa kehadiran PSI dan partai-partai baru khususnya, seperti tidak ada pembeda dengan partai lama. Oleh karena itu, masyarakat lebih condong terhadap partai-partai besar ketimbang dengan yang baru.

“Dalam hal misal membangun koalisi saja, itu kan karakter-karakter partai lama dalam hal mendukung calon dan sebagiannya. Jadi tidak terlihat kalaupun mereka mengaku bahwa ada pembeda dengan partai-partai lain,” ujarnya.

Usep mengatakan, baik PSI dan partai-partai baru harus bekerja keras dua sampai tiga kali di tengah masyarakat untuk bisa mendapatkan suara. Paling tidak menurut dia, ada tiga prasyarat bisa dilakukan mereka untuk menaikkan elektabilitas partainya.

“Pertama jaringan. Kemudian capital dan sosial capital juga,” imbuh dia.

PSI Tetap Yakin Bisa Lolos ke Senayan

Kaesang Pangarep terpilih jadi Ketua Umum PSI

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) terpilih Kaesang Pangarep (depan, keempat kanan) dan Sekjen PSI terpilih Raja Juli Antoni (kedua kiri) bersama Ketua Umum PSI periode sebelumnya Giring Ganesha (depan, ketiga kanan), Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie (depan, ketiga kiri), serta jajaran pengurus meneriakkan yel-yel dalam Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) PSI di Jakarta, Senin (25/9/2023). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra./foc.

Meski berpeluang tipis, Anggota Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ratu Isyana Bagoes Oka, optimistis partainya bisa menembus ambang batas parlemen (parliamentary treshold) dan meraih kursi DPR di Senayan.

Menurut dia, quick count baru masuk sekitar 30-40 persen. PSI sementara berada di kisaran 3-4 persen, dengan margin of errors sekitar 1-2 persen.

"Insya Allah bila data sudah final, PSI akan melewati parliamentary treshold 4 persen," kata Isyana dalam keterangan tertulis.

Isyana lantas berpesan kepada seluruh kader dan caleg PSI untuk terus mengawal suara rakyat yang dititipkan kepada PSI. Selain mengawal suara nasional, DPP PSI juga menginstruksikan agar mengawal suara yang akan menjadi kursi di DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

"Jangan lengah, kawal suara rakyat," ujarnya.

Sementara itu, Kaesang sendiri berkeyakinan partai yang ia pimpin bisa melenggang masuk parlemen Senayan. Optimisme ini didasari hasil survei internal yang menunjukkan elektabilitas partai berada di kisaran 5,1 hingga 6 persen.

“Survei internal kami 5,1–6 persen, tapi saya harap bisa lebih baik,” ujar Kaesang.

Terpisah, Wakil Ketua DPW PSI DKI, Emka Farah Mumtaz, juga berkeyakinan bahwa PSI bisa melenggang ke Senayan sekalipun hasil hitungan suara terkini belum berada di ambang batas. Sebab ia sendiri tidak ingin terpaku pada hitungan hasil survei sementara.

"Yang namanya peneliti-kan nggak boleh bohong, tapi bisa saja salah. Kalau kata ketum nggak boleh leha-leha apalagi hanya karena hasil survei," kata dia kepada Tirto.

Dari awal, kata Mumtaz, Kaesang membangun semangat teman-teman di DKI bukan atas hasil survei. Melainkan kebutuhan masyarakat yang sudah dipercayakan dan dititipkan lewat PSI.

"Rakyat yang akan menilai. Pasti [optimistis], walau masa depan misteri. Mari sama-sama menyaksikan misteri tersebut," pungkas dia.

Baca juga artikel terkait PARTAI SOLIDARITAS INDONESIA atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Politik
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Anggun P Situmorang