tirto.id - Nama Alwaleed bin Talal, salah satu pangeran Arab Saudi mencuat beberapa hari terakhir pasca penangkapan para pangeran yang diduga masuk dalam lingkaran korupsi. Alwaleed melekat sebagai sosok investor global yang keranjang investasinya ada di mana-mana. Dampak penangkapan Alwaleed, memicu pembahasan investasi sang pangeran di perusahaan-perusahaan global termasuk bidang teknologi.
Twitter, JD.com, hingga Apple, merupakan perusahaan di jagat teknologi yang menerima kucuran dana dari Alwaleed. Ia sebagai investor, merupakan sosok penting di dunia bisnis teknologi. Portofolio Alwaleed yang masuk ke bisnis teknologi memang di luar anggapan bahwa minyak dan properti selama ini jadi keranjang utama para taipan Arab Saudi.
Baca juga:Pengeran Alwaleed, Donald Trump dari Saudi?
Investor Saudi yang membenamkan uang di perusahaan teknologi tak hanya Alwaleed. Bahkan pemerintah Arab Saudi lewat tangan The Saudi Arabian Investment Fund (PIF) yang merupakan salah satu lembaga atau firma investasi berpengaruh dunia teknologi punya jejaring investasi yang tak sedikit. PIF merupakan salah satu firma investasi kategori sovereign wealth fund (SWF) alias firma investasi milik negara, semacam Temasek di Singapura. PIF awalnya banyak melakukan investasi pada beragam proyek vital antara lain minyak, petrokimia, hingga kelistrikan.
Namun, dunia kini telah berubah, bisnis di bidang teknologi jadi gula manis yang menguntungkan dan jadi incaran. Apalagi Arab Saudi melakukan kebijakan untuk meninggalkan ekonomi yang selama ini banyak bergantung pada emas hitam.
Baca juga:Ekonomi Arab Saudi Banting Setir Sebelum Dihantam Resesi
Mengutip The New York Times, salah satu alasan pemerintah Saudi beralih pada investasi teknologi untuk mendukung misi jangka panjang mereka dengan slogan Vision 2030. Selain masalah mengenyahkan ketergantungan minyak, visi tersebut pun coba menghadirkan kesetaraan bagi kaum wanita untuk bergabung menjadi pekerja profesional.
"The Public Investment Fund difokuskan untuk mencapai keuntungan finansial jangka panjang dari investasinya di dalam dan luar negeri, serta mendukung strategi Vision 2030 kerajaan untuk mengembangkan diversifikasi ekonomi," ucap Putra Mahkota Mohammad bin Salman sebagaimana dikutip dari The Independent.
Aksi PIF di jagat teknologi yang menyedot perhatian terjadi Juni 2016 lalu. PIF mengucurkan investasi senilai $3,5 miliar pada Uber, aplikasi ride-sharing bikinan Travis Kalanick. Kucuran besar itu setara dengan 5 persen kepemilikan Uber saat itu. Membuatnya menjadi investasi terbesar di jagat startup teknologi.
PIF tak berhenti dengan hanya mengucurkan dananya pada Uber. Pada Oktober 2016, PIF menjalin kerja sama dengan SoftBank, perusahaan teknologi asal Jepang yang digawangi oleh Masayoshi Son, membentuk sebuah Venture Capital bernama “SoftBank Vision Fund” dan berkantor pusat di Londong, Inggris. PIF menyumbang duit $45 miliar untuk mewujudkan pembentukan Venture Capital tersebut. Gelontoran dana ini menempatkan PIF sebagai penyumbang terbesar di SoftBank Vision Fund.
Softbank hanya menyumbang $28 miliar pada SoftBank Vision Fund. Selain kedua entitas tersebut, SoftBank Vision Fund didanai pula oleh nama-nama besar di dunia teknologi. Sebut saja Apple yang menyumbang $1 miliar, Mubadala yang menyumbang $15 miliar, serta Foxconn, Qualcomm, dan Sharp yang, secara keseluruhan, menyumbang duit senilai $4 miliar.
SoftBank Vision Fund sukses menjadi Venture Capital dengan dana mencapai $100 miliar. Duit sebesar itu, setara dengan seperlima total valuasi Facebook. Media sosial ini memiliki total valuasi sebesar $500 miliar hingga pertengahan tahun lalu.
Baca juga: SoftBank, Raksasa Baru Jepang
Dari total dana yang sudah digenggam SoftBank Vision Fund, firma investasi tersebut akan mengalirkan dana senilai $20 miliar per tahun. Ini menjadikan SoftBank Vision Fund didaulat sebagai venture capital terbesar. Nilai kucuran tahunan tersebut setara dengan seperlima total investasi yang dikucurkan Venture Capital di seluruh dunia.
“Dengan berdirinya SoftBank Vision Fund, kami akan mampu menapaki tangga investasi pada perusahaan teknologi dunia. Dalam satu dekade mendatang, SoftBank Vision Fund akan menjadi investor terbesar di sektor teknologi,” ucap Masayoshi Son.
SoftBank Vision Fund akan dijalankan oleh SoftBank sebagai induk usaha. Soal kucur-mengucurkan dana, SoftBank memang bukanlah anak bawang. Sebelum membentuk Venture Capital bersama PIF, SoftBank tercatat telah melakukan 122 investasi global di 105 perusahaan teknologi. SoftBank bahkan pernah memperoleh untung US$75 miliar atas investasi senilai US$20 juta di 2000.
Firma investasi yang dibekingi pemerintah Arab Saudi itu bergerak cepat. Nama-nama potensial di dunia startup kemudian mendapat kucuran investasi. Flipkart, salah satu e-commerce besar dari India, yang dapat dari kucuran dana Arab Saudi. Selain Flipkart, ada nama Nvidia, pemain utama di bidang chip atau prosesor grafis di India.
Nama lain yang juga kena kucuran dana Arab Saudi antara lain Slack, sebagai startup penyedia layanan perpesanan di segmen bisnis. Selain itu, ada OYO, startup aplikasi pemesanan hotel, hingga startup teknologi rumit seperti Brain Crop sebagai startup kecerdasan buatan, Guardiant Health sebagai startup pendiagnosis kanker dan lainnya.
SoftBank Vision Fund lebih fokus mendanai perusahaan teknologi raksasa maupun startup besar lainnya. Ini jelas seakan mengecilkan nilai startup-startup asli Jazirah Arab. Namun, merujuk apa yang diungkap Zahraa Alkhalisi, kolumnis CNN Money, aksi SoftBank Vision Fund terbilang masuk akal. Startup-startup di Jazirah Arab belum layak memperoleh pendanaan dari SoftBank Vision Fund karena rata-rata nilai valuasi startup-startup di Arab masih terhitung kecil.
Total investasi di kawasan Arab tersebut pada semua startup pada 2016 lalu hanya tercatat angka $400 juta. Sangat kontras dengan apa yang diterima Gojek, pada pertengahan tahun lalu yang menerima pendanaan dari Tencent sebesar $1,2 miliar.
SoftBank Vision Fund, menurut pendapatnya, paling sedikit akan mengucurkan dana senilai $100 juta pada tiap perusahaan yang diincarnya. Nilai yang berlebihan bagi rata-rata startup asal Jazirah Arab. Di dunia Arab tercatat baru lahir dua unicorn, sebutan bagi startup dengan nilai valuasi lebih dari $1 miliar.
Mereka ialah Careem, startup seperti Gojek, dan Souq, e-commerce yang dibekingi Amazon. Keadaan Jazirah Arab tersebut kalah dibanding Indonesia yang hingga hari ini telah memiliki tiga unicorn dengan sebutan GTT (Gojek, Tokopedia, dan Traveloka).
Di dalam negeri, pemerintah Arab Saudi telah memiliki “firma investasinya”. Ia adalah King Abdul Aziz City for Science and Technology (KACST), sebuah inisiatif pemerintah dalam rangka mengembangkan startup teknologi dalam negeri.
Melalui inisiatif ini startup potensial bisa memperoleh dana hingga lebih dari $100 juta. Selain duit, melalui inisiatif ini pemerintah Arab Saudi menyiapkan pula tenaga ahli untuk mengembangkan startup lokal mereka. Semua ini bagian dari upaya Arab Saudi keluar dari ekonomi yang dahulu terlalu mengandalkan minyak yang rawan dari gejolak.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra