tirto.id -
Ia menjelaskan, terpuruknya rupiah ke level terendah sejak kemarin disebabkan tiupan angin global yang sulit dibendung. Salah satu faktornya adalah kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS, The Fed.
Ia memperkirakan, kenaikan itu masih akan berlanjut hingga 2019. "Tahun ini sudah 3 kali. Kemudian Desember naik lagi suku bunga dan tahun depan 2 kali, serta 2020 sekali," papar Perry di Gedung DPR, Rabu (3/10/2018).
Kenaikan suku bunga itu menyebabkan mata uang negara-negara lain di dunia mengalami tekanan nilai tukar dan menempatkan dolar ke dalam posisi terkuat.
"Dengan suku bunga naik, sementara yang lain belum naik, ya wajar investor global dari negara berkembang termasuk Indonesia kembali ke AS," terangnya.
Meski dirinya, Perry mengaku bahwa pihaknya masih terus memantau pergerakan rupiah. Hingga saat ini, Perry optimistis bahwa pelemahan rupiah tidak menimbulkan kenaikan harga.
"Meski pertumbuhan 5% kapasitas ekonomi masih cukup jadi tidak sebabkan tekanan harga," imbuh Perry.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Maya Saputri