tirto.id - Gangguan ginjal akut misterius pada anak bisa dikenali sejak kemunculan gejala awal dan lanjutan. Orang tua perlu mewaspadai gejala-gejala tersebut agar anak bisa memperoleh penanganan yang tepat secepat mungkin.
Kasus gangguan ginjal akut misterius anak meningkat dalam dua bulan terakhir. Data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), per 10 Oktober 2022 sudah ada 152 kasus gangguan ginjal akut misterius anak yang dilaporkan di 16 provinsi di Indonesia.
"Jadi kami ini menerima, menyebarkan form ke seluruh ketua-ketua IDAI cabang, dan inilah hasil dari ada 16 cabang yang melaporkan. Memang mungkin belum semua bisa melaporkannya di sini ya, ini bahkan sampai 14 Oktober, ada 152, data terakhir malah,” kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso, Jumat (14/10/2022).
Gagguan ginjal akut misterius atau acute kidney injury (AKI) adalah kondisi kerusakan ginjal yang terjadi secara tiba-tiba dalam hitungan hari atau bahkan jam. Kondisi ini belum diketahui penyebabnya (unknown origin) dan masih diselidiki oleh pemerintah.
Menurut National Kidney Foundation kondisi AKI menyebabkan penumpukan produk limbah dalam darah dan mengganggu fungsi ginjal dalam menjaga keseimbangan cairan pada tubuh.
Menyusul peningkatan kasus tersebut pemerintah tetap mengimbau orang tua untuk tidak panik dan tetap waspada dengan kondisi kesehatan anak.
Gejala Awal dan Lanjutan Gangguan Ginjal Akut Misterius Anak
Menurut Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, ada dua jenis gejala gangguan ginjal akut misterius anak yang harus diwaspadai orang tua, yaitu gejala awal dan lanjutan.
Berdasarkan kasus gangguan ginjal akut yang telah dilaporkan sejauh ini, gejala awal penyakit meliputi:
- demam;
- diare dan/atau muntah;
- batuk dan/atau pilek.
Selanjutnya, gejala-gejala tersebut berkembang menjadi gejala lanjutan berupa:
- jumlah urine dan frekuensi buang air kecil (BAK) berkurang;
- badan membengkak;
- penurunan kesadaran;
- sesak napas.
Dinkes DKI Jakarta mengimbau para orang tua untuk membawa anak ke fasilitas kesehatan dalam 12 jam jika anak mengalami demam, diare, muntah, dan frekuensi BAK berkurang.
Hal ini karena semakin cepat gangguan ginjal akut misterius terdeteksi, maka penyakit akan lebih cepat ditangani dan kemungkinan sembuh lebih baik.
"Ingat, tak perlu panik, namun tetap perlu waspada terutama jika jumlah dan frekuensi BAK anak berkurang," terang Dinkes DKI Jakarta melalui unggahannya Jumat (14/10/2022).
Penyebab Gangguan Ginjal Akut Misterius Anak
Saat ini, baik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) maupun IDAI belum merilis penyebab pasti gangguan ginjal akut misterius tersebut.
Sejauh ini, dugaan sementara penyebab gangguan ginjal akut misterius adalah karena keracunan obat yang mengandung etilen glikol.
“Dugaannya kemungkinan toksifikasi. Sekarang sedang diteliti dugaan tersebut dan kemungkinan penyebab lain,” tutur Juru Bicara atau Jubir Kemenkes Mohammad Syahril kepada Tirto, Kamis (13/10/2022).
Dugaan tersebut menyusul adanya kasus yang sama pada 69 anak di Gambia yang juga terkena gagal ginjal. Penyelidikan oleh pemerintah setempat menemukan penyebab gagal ginjal tersebut adalah obat batuk yang diproduksi perusahaan India yang mengandung dietilen glikol dan etilen glikol.
"Hasil diskusi dengan tim dari Gambia yang mempunyai kasus serupa, dugaan ke arah konsumsi obat yang mengandung etilen glikol," katanya.
Kendati demikian, hal itu masih dalam proses penelitian. Menurut Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, nantinya penelitian soal kasus gangguan ginjal akut misterius akan diumumkan minggu ini.
"Nanti sebentar lagi (disampaikan ke publik). Harusnya minggu ini kita bisa rilis," kata Budi.
Editor: Yantina Debora