tirto.id - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengungkapkan bahwa hingga Jumat, 14 Oktober 2022, terdapat 152 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di Indonesia.
Data ini didapat dalam satu pekan terakhir dari 16 IDAI cabang: Jakarta (49), Jabar (24), Jateng (1), Daerah Istimewa Yogyakarta (11), Banten (2), Bali (15), Kaltim (1), Kalsel (1), Sulsel (1), Aceh (18), Sumbar (21), Jambi (3), Kepri (2), Papua Barat (1), Papua (1), dan NTT (1).
“Jadi kami ini menerima, menyebarkan form ke seluruh ketua-ketua IDAI cabang, dan inilah hasil dari ada 16 cabang yang melaporkan. Memang mungkin belum semua bisa melaporkannya di sini ya, ini bahkan sampai 14 Oktober, ada 152, data terakhir malah,” kata Piprim dalam acara meet the expert bertajuk “Kewaspadaan Dini Gangguan Ginjal Akut pada Anak” lewat Zoom, Jumat (14/10/2022).
Kemudian dia membeberkan tren jumlah kasus berdasar waktu temuan per 14 Oktober 2022, di mana puncak kasusnya pada September 2022 dengan 76 kasus. Dengan Januari tahun ini ada dua kasus, Februari nol, Maret dua, April nol, Mei lima, Juni tiga, Juli lima, Agustus 36, dan Oktober 21.
“Di Oktober ini trennya lebih menurun, bahkan dari Agustus juga lebih menurun. Mudah-mudahan ini kita harapkan memang trennya enggak meningkat lagi ya,” ucap Piprim.
Dia pun menunjukkan tren usia kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak per 14 Oktober 2022. Yakni ada 35 anak di 0-1 tahun, 75 anak di 1-5 tahun, 24 anak di 5-10 tahun, dan 18 anak di atas 10 tahun.
Lanjut Piprim, gejala yang didapatkan sebelum kejadian (prodromal) gangguan ginjal akut misterius atau gangguan ginjal akut progresif atipikal (acute kidney injury/AKI) pada anak di Indonesia yaitu ada 44,1 persen infeksi saluran cerna, 30,5 persen demam, serta infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) 16,4 persen.
Terkait gejala AKInya, beber dia, 69,1 persen mengalami gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi urine (anuria) dan 24,3 persen mengalami kondisi penurunan volume urine atau air kencing yang keluar dari dalam tubuh (oliguria). Lalu, terdapat 82,9 persen pasien yang dapat rujukan dan 17,1 persen sulit untuk dirujuk.
Sementara itu, Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan, dan Penunjang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Sumariyono dalam kesempatan yang sama mengungkapkan bahwa sampai hari ini, Jumat (14/10/2022) ada 44 kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak di RSCM.
“Jadi, sampai dengan hari ini jumlah kasus di tempat kami di RSCM ada 44 kasus. Di mana yang paling banyak itu usia 1 sampai 5 tahun,” terang dia.
Sumariyono mengatakan bahwa dari 44 kasus ini, 30 pasiennya adalah anak laki-laki dan sisanya atau 14 pasien adalah anak perempuan. Lalu persebaran berdasar usianya, terdapat 7 anak usia di bawah satu tahun, 13 anak usia 1-2 tahun, 14 anak usia 2-5 tahun, serta 10 anak usia di atas lima tahun.
“Jadi sebelum anak ini menderita gangguan ginjal akut, itu anak baik-baik saja, anak sehat, tidak ada penyakit kronik dan tidak ada kelainan kongenital dan saluran kemih,” tutur dia.
Terkait gejala prodromalnya, kata Sumariyono, ada gejala demam antara 3-14 hari dari kasus 36/39 kasus (92,3 persen), diare dan muntah 28/39 kasus (71.8 persen), dan batuk atau sesak 17/39 kasus (43,6 persen). Selain itu, tidak ada episode syok hipovolemik atau kehilangan cairan yang berat.
Dia menyebut terdapat 71,6 persen anuria dan 23,5 persen oliguria. Serta 100 persen anak-anak mengalami penurunan fungsi ginjal-laju filtrasi glomerulus (LFG) rendah.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri