tirto.id - Tren pupil berwarna-warni seperti boneka barbie atau putih-merah seperti vampir dengan memasang lensa kontak adalah mode yang jamak. Para penggila modifikasi tubuh menemukan cara lain untuk mewarnai mata secara permanen: tato sklera.
Prosedur tato sklera pada mata dilakukan dengan menyuntikkan tinta berwarna ke dalam lapisan tipis konjungtiva atau bagian putih mata. Penyuntikan dilakukan beberapa kali sehingga tinta menyebar dan memenuhi bagian putih pada mata. Penggagas tren tato ini adalah Luna Cobra, seniman modifikasi tubuh dari Australia.
Cobra biasa membuat modifikasi tubuh berupa tindikan, tato di kulit, dan lidah bercabang. Pada 2007, kawan lama Cobra yang terobsesi memiliki mata biru selayaknya karakter fiksi, Dune, datang berkunjung. Luna tiba-tiba menyeletuk bahwa ia bisa mengubah mata sang kawan menjadi biru permanen. Keesokan harinya, ia mulai bereksperimen menato mata tiga orang sukarelawan.
“Entah pikiran itu datang dari mana. Saya tahu itu gila, tapi saya melakukannya!” tulis Luna.
Ia kemudian memodifikasi dan menyempurnakan teknik tato sklera selama bertahun-tahun. Selama itu pula, teknik modifikasi tubuh yang tak lazim itu digemari dan berkembang menjadi tren di seluruh dunia. Luna telah mengubah mata ratusan orang, mulai dari orang Singapura, Sidney, London, dan warganegara AS menjadi berwarna-warni. Dan hitam menjadi warna paling digemari kliennya.
Baca juga:Bahaya di Balik Keindahan Henna
Meski mengaku belum menemukan komplain selama 10 tahun berkarir di dunia tato sklera. Ia tak serta merta gencar merekomendasikan prosedur tato ini. Sebab, reaksi yang ditimbulkan setiap orang berbeda. Apalagi, ketika prosedur tato dilakukan bukan oleh orang yang berpengalaman. Risikonya, pandangan menjadi kabur, berbintik, bahkan menjadi buta.
“Saya belum melatih orang lain untuk melakukan prosedur ini. Tapi banyak orang di seluruh dunia mencoba melakukannya dan membuat kebutaan karena tato sklera!”
Baca juga:Waspada Kebutaan pada Penderita Diabetes
Tato Mata Bisa Sebabkan Kebutaan
Foto-foto seorang gadis Kanada dengan air mata berwarna ungu menyebar di dunia maya. Air matanya terus meleleh dari sebelah matanya yang membengkak. Dalam keterangan foto pada 20 September itu, sang gadis bernama Catt Gallinger memberikan peringatan bahaya menato mata.
Keterangan dalam foto ditujukan untuk orang-orang yang menanyakan kondisi matanya. Gallinger bercerita, sekitar akhir Agustus 2017 lalu, ia pergi menato sklera kepada seorang teman bernama Eric Brown. Sengaja Catt memilih warna ungu favoritnya untuk diinjeksi. Alih-alih mendapat mata indah, ia malah harus menderita kebutaan.
“Ini memang salahku tidak menyelidiki dulu kompetensi artis tato. Ia hanya bilang berpengalaman dan aku langsung percaya.”
Selama melakukan prosedur sklera, Brown tidak mencampur tinta dengan zat apapun untuk menjamin keamanannya. Ia juga menggunakan jarum besar dan menusuk terlalu dalam ke mata. Alih-alih melakukan suntikan berulang dengan dosis minim, Brown malah langsung memberi suntikan dosis besar selama 10 menit prosedur berjalan.
Baca juga:Tato dan Wanita
Selama itu pula, tinta ungu menetes dari mata Gallinger. Keesokan harinya, matanya bengkak dan tak bisa terbuka. Pembengkakan internal terjadi selama tiga minggu, dokter mendiagnosis dirinya berisiko mengalami luka permanen di mata.
“Ini sangat menyiksa, rasanya seperti ditikam di bagian mata,” keluh Gallinger.
Di akhir unggahan kalimat, ia memberi pesan bagi orang-orang yang berniat melakukan prosedur tato sklera.
“Hati-hati, ada baiknya mencari tahu lebih dalam. Aku tak ingin hal ini terjadi pada orang lain.”
Selain Gallinger, korban lain proses tato mata juga dipaparkan dalam American Journal of Ophthalmology Case Reports yang ditulis Gonzalo Duarte dkk pada April 2017. Jurnal ini menjelaskan dampak tato sklera pada dua orang pria Meksiko, masing-masing berumur 26 dan 17 tahun. Mereka mengalami pembengkakan, serta matanya dipenuhi oleh luberan tinta berwarna hijau dan merah.
Baca juga:Industri Tato antara Seni dan Kesehatan
Prosedur tato sklera memang berbahaya. Bahkan klien dari Luna Cobra sekalipun menyatakan sensasi “tertusuk” saat proses tato berlangsung. Setelahnya, mata akan terasa seperti terganjal pasir, meski rasanya tidak sakit. Beberapa dari mereka mengalami rasa terbakar setelah proses tato sklera usai, dan membuat tak bisa tidur selama beberapa hari.
“Untungnya ini hanya sementara,” ujar rapper Polandia, Popek, yang kini memiliki latar belakang warna hijau pada matanya.
American Academy of Ophthalmology (AAO) juga memberi peringatan keras terkait penggunaan tato sklera karena risiko tinggi yang ditimbulkan. Dokter mata sekaligus juru bicara AAO, Philip Rizzuto, mengingatkan risiko kebutaan dapat terjadi akibat tren modifikasi tubuh yang satu ini. Kurangnya pengalaman memegang jarum oleh artis tato,dapat membuat mata rusak.
“Menempatkan jarum pada mata sangat berbahaya. Kami [para dokter] dilatih selama 12-18 tahun untuk mengoperasikan jarum di mata. Goyah sedikit saja, jarum bisa menggores, menyebabkan infeksi, dan membuat kebutaan,” papar dokter Rizzuto.
Berniatkah Anda mengorbankan kesehatan demi gaya hidup?
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani