tirto.id - Fungsi tes DNA beragam, mulai dari menemukan risiko penyakit hingga keturunan. Tes DNA bekerja dengan cara mengidentifikasi perubahan gen, kromosom, atau protein individu.
Hasil identifikasi itu nantinya dapat mengonfirmasi kondisi-kondisi tertentu terkait genetik seseorang. Tes DNA bersifat sukarela, karena pengujiannya memiliki manfaat serta risiko dari segi aspek sosial maupun emosional dari orang yang dites.
Menurut Medline Plus saat ini ada lebih dari 77.000 jenis tes genetik yang dikembangkan di dunia. Beberapa di antaranya dirancang untuk keperluan manajemen kesehatan maupun menyelidiki jejak genetik.
Pengujian genetik dalam tes DNA melibatkan prosedur rumit dan hanya dilakukan oleh profesional. Hal inilah yang menyebabkan biaya melakukan tes DNA sangat besar, bahkan mencapai puluhan juta rupiah.
Fungsi Melakukan Tes DNA
Tes DNA berfungsi untuk menemukan berbagai informasi terkait latar belakang genetik seseorang. Berikut fungsi tes DNA:
1. Skrining bayi yang baru lahir
Bayi yang baru lahir biasanya akan direkomendasikan melakukan tes DNA. Rekomendasi tes genetik bagi bayi baru lahir diberlakukan di beberapa negara.
Menurut National Library of Medicine tes DNA dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada kelainan genetik pada bayi sejak dini. Jika ternyata ditemukan kelainan genetik, maka bayi dapat memperoleh pengobatan sejak dini.
2. Diagnosis penyakit tertentu
Ada sejumlah penyakit yang bisa diidentifkasi melalui tes DNA. Melansir dari Insider, penyakit-penyakit tersebut antara lain Parkinson, Alzeimer, celiac, diabetes tipe 2, hingga kanker.
Gen penyakit-penyakit tersebut bisa saja terdapat pada individu yang sehat. Tentu dengan ditemukannya gen penyakit tersebut seseorang berisiko lebih tinggi untuk menderita penyakit yang sama.
Oleh karena itu, tes DNA biasanya difungsikan sebagai diagnosis awal penyakit tertentu. Individu yang mengetahui risiko penyakitnya bisa mulai melakukan pengobatan atau menerapkan gaya hidup yang dianjurkan.
3. Pengujian forensik
Tes DNA juga dilakukan untuk uji forensik dalam berbagai kasus yang berkaitan dengan hukum. Berbeda dengan kegunaan tes DNA lainnya, tes DNA untuk uji forensik tidak bertujuan untuk mendeteksi penyakit tertentu.
Umumnya, tes DNA forensik dilakukan untuk mengidentifikasi korban pembunuhan, pemerkosaan, korban bencana, atau keperluan lain yang melibatkan atau tidak melibatkan tersangka kejahatan.
4. Identifikasi keturunan
Salah satu fungsi tes DNA yang paling populer adalah untuk mengidentifikasi keturunan biologis. Faktanya tes DNA memang bisa menemukan kaitan genetik yang berkaitan dengan hubungan biologis antara satu orang dengan yang lainnya.
Umumnya, tes DNA untuk mengidentifikasi keturunan dilakukan oleh anak-anak adopsi yang ingin menemukan orang tua kandungnya. Tes juga bisa dilakukan untuk orang-orang yang ingin mengetahui dari kelompok etnis mana dirinya berasal.
5. Diagnosis kelainan pada janin
Tes DNA juga bisa diterapkan pada bayi dalam kandungan untuk mendeteksi apakah janin memiliki perubahan gen atau kelainan kromosom.
Kelainan kromosom sendiri berkaitan dengan kondisi cacat lahir pada bayi atau risiko mengembangkan sindrom tertentu. Hasil dari tes nantinya dapat digunakan pasangan untuk membuat keputusan tentang kehamilan.
6. Prosedur standar bayi tabung
Fertilisasi in-vitro (IVF) atau bayi tabung adalah prosedur pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh wanita. Pembuahan tersebut menghasilkan embrio yang nantinya akan ditanam di tubuh wanita.
Salah satu prosedur standar dalam IVF adalah tes genetik atau DNA. Tes ini dilakukan untuk mengurangi risiko anak lahir dengan kelainan genetik atau kromosom tertentu.
Pengujiannya dilakukan dengan mengambil sampel embrio yang dibuat dari ovarium wanita dan sel sperma pria. Nantinya, hanya embrio yang terbukti tidak memiliki kelainan genetiklah yang akan ditanamkan di dalam rahim untuk memulai kehamilan.
Editor: Yantina Debora