tirto.id - Sosialisasi merupakan proses di mana seseorang mendapatkan sesuatu yang baru dari manusia lain, demikian konsep ini didefinisikan secara umum dalam lingkup studi sosiologi.
Lingkungan sosialisasi setiap individu dimulai dari lingkaran paling kecil, seperti keluarga, teman dekat, hingga meluas ke masyarakat sekitar dan dunia. Pembentukan kepribadian seseorang bisa terjadi setelah menerima apa yang diberikan oleh lingkup tersebut sebagai fungsi dari sosialisasi.
Menurut James W. Vander Zanden, seperti dijelaskan oleh Profesor Damsar dalam buku Pengantar Sosiologi Pendidikan (2011), sosialisasi adalah tahap interaksi sosial yang membuat seseorang bisa memperoleh pengetahuan, sikap, nilai, dan acuan perilaku agar bisa ikut serta sebagai bagian dari masyarakat.
Sementara dalam Glosari Teori Sosial (2011) karya M. T. Rahman, diterangkan bahwa tujuan dari proses sosialisasi ialah agar seorang individu bisa mempelajari peran dan statusnya melalui sebuah budaya atau norma yang berlaku di kelompok masyarakat. Adapun norma atau budaya itu dapat dipahami sebagai cara bersikap seseorang di tengah interaksi dalam masyarakat.
Fungsi Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Proses sosialisasi mayoritas individu dimulai dari lingkup keluarga. Di lingkungan keluarga, setiap anak mulai melakukan proses sosialisasi dengan berhubungan dengan ayah, ibu, dan saudaranya.
Melalui proses sosialisasi itu, anak akan mendapatkan sesuatu yang sebelumnya belum dikenalnya sebagai bekal kehidupan. Sosialisasi dalam keluarga ini berperan dalam pembentukan kepribadian si anak.
Namun, bentuk kepribadian yang sudah tertanam dari lingkup keluarga itu, masih dapat berubah ketika seorang anak mulai dewasa dan berinteraksi dengan lingungan masyarakat di sekitarnya.
Maka itu, Sunarto dalam Pengantar Sosiologi (2004) menjelaskan, terdapat dua jenis sosialisasi, yakni primer (keluarga) dan sekunder (masyarakat).
Sebelum seorang anak menggeluti dunia di luar rumahnya, ia mendapatkan pondasi kepribadian di lingkungan terdekatnya, yakni keluarga. Berkat informasi fundamental dari lingkungan keluarga itu, seorang individu akan lebih siap menghadapi tantangan dunia yang sebenarnya, yakni sebagai aktor dalam masyarakat.
Kepribadian seorang individu beserta berbagai pengetahuan yang telah dimilikinya akan menjadi sesuatu yang penting untuk bisa bertahan menghadapi dunia luar. Mereka yang tidak diajarkan bagaimana kondisi kehidupan yang sebenarnya, akan terkejut jika melihat sesuatu yang tidak pernah ditemuinya. Maka, sosialisasi dalam lingkup keluarga memiliki fungsi yang menentukan.
Mengutip penjelasan R. Diniarti F. Soe'oed dalam buku Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (2004) yang disunting oleh T.O Ihromi (hlm. 31), manusia lahir bagai sebuah daging, makhluk biologis yang memerlukan minum dan makan, lalu bisa merasakan panas, dingin, dan lain-lain. Setelah bersosialisasi melalui interaksi, baik dengan keluarga atau lingkungan sekitar, baru terbentuklah kepribadian manusia yang sesungguhnya.
Kepribadian baik akan tercipta ketika seseorang sudah tahu cara berinteraksi dengan manusia lain. Menurut Dale B. Hahn dan Wayne A. Payne dalam buku Focus on Health (2003), kepribadian sehat dan baik bisa didefinisikan sebagai kemampuan individu berkembang sesuai fungsi masyarakat dan memiliki cara mengontrol mentalnya dengan baik.
Dalam artikel “Hubungan Fungsi Sosialisasi Keluarga dengan Kepribadian Sehat Siswa MAN Aceh Besar” yang termuat di jurnalIlmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling (volume 3, No.1, 2018), dijelaskan bahwa hasil dari bentuk kepribadian yang sehat bisa mengarahkan seseorang menjadi makhluk sosial yang mandiri, mampu mengontrol emosi, mudah bergaul, bertanggung jawab, dan memiliki visi serta impian positif.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Addi M Idhom