tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi penurunan harga gabah di tingkat petani pada Maret 2019. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penurunan ini terjadi lantaran cuaca yang memburuk di sejumlah daerah dan adanya peningkatan produksi gabah di sela-sela panen raya produk pangan.
Menurut Data BPS, Gabah Kering Panen (GKP) turun 9,98 persen secara m to m menjadi Rp4.604/kg. Lalu Gabah Kering Giling (GKG) turun 5,11 persen menjadi Rp5.530/kg per Maret 2019.
“Karena musim yang tidak terlalu bagus. Jadi berpengaruh pada kualitas gabah, lalu berimplikasi pada harga gabah di bulan Maret,” ucap Suhariyanto dalam konferensi pers di Gedung BPS pada Senin (1/4/2019).
Penurunan harga gabah ini, kata Suhariyanto, juga diperburuk dengan keadaan nilai tersebut berada di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sesuai Inpres No. 5 Tahun 2015. Pasalnya HPP merupakan harga yang diberlakukan kepada para petani ketika pemerintah akan menyerapnya melalui Bulog.
Salah satu wilayah yang terdampak akibat perbedaan itu ialah Nusa Tenggara Barat yang GKP-nya dibeli dengan harga Rp3.700/kg, tetapi harga di petaninya berada di angka Rp3.200/kg. Menurutnya, hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah.
“Dibanding bulan sebelumnya, penurunan GKP ini agak tajam. Lalu harga GKP ini di bawah HPP,” ucap Suhariyanto.
Akibat dari penurunan harga gabah ini, Suhariyanto mengatakan, terjadi penurunan harga beras baik kualitas premium, medium, hingga rendah. Sebab harga beras mengikuti pola harga yang berlaku pada gabah.
Menurut data BPS, harga beras kualitas premium mengalami penurunan 1,93 persen secara m to m menjadi Rp.9.815/kg. Lalu harga beras medium juga mengalami penurunan 2,49 persen secara m to m menjadi Rp9.555/kg.
“Penurunan harga gabah di bulan Maret 2019 berpengaruh pada penurunan harga beras di inflasi Maret 2019. Soalnya beras memberi sumbangna deflasi,” tukas Suhariyanto.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno