Menuju konten utama

Harga Gabah di Sejumlah Daerah Alami Perbedaan

Kondisi harga gabah di sejumlah daerah mengalami perbedaaan. Data menunjukkan petani di wilayah Jawa Barat mengeluhkan harga jual gabah kering yang rendah. Sedangkan di Aceh, Perum Bulog Meulaboh memastikan harga beras beredar di pasaran akan tetap stabil selama Ramadan hingga jelang lebaran. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mencatat harga gabah di tingkat petani Sumbar turun 10,18 persen pada Mei 2016.

Harga Gabah di Sejumlah Daerah Alami Perbedaan
Petani membersihkan kotoran pada gabah hasil panen di Kawasan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (9/5). Antarafoto/Yulius Satria Wijaya.

tirto.id - Harga gabah di sejumlah daerah mengalami perbedaaan. Berdasarkan data yang dapat dikumpulkan dari kantor bertia Antara, Kamis (9/6/2016), menunjukkan petani di wilayah Jawa Barat mengeluhkan harga jual gabah kering yang rendah. Sedangkan di Aceh, Perum Bulog Meulaboh memastikan harga beras beredar di pasaran akan tetap stabil selama Ramadan hingga jelang lebaran.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) mencatat harga gabah di tingkat petani Sumbar turun 10,18 persen pada Mei 2016.

Di Kabupaten Karawang, Jawa Barat harga jual gabah kering hanya mencapai Rp3.900-Rp4.900 per kilogram. Tidak ada tengkulak yang berani membeli gabah di atas harga tersebut, sehingga petani mengeluh.

"Sebagian besar areal sawah di daerah ini sudah panen. Tapi sangat disayangkan, harganya rendah," kata Cece, seorang petani di wilayah Tempuran, Karawang, Kamis, (9/6/2016).

Petani mengeluh karena sebelumnya mereka sudah memprediksi harga akan mencapai Rp4.500-Rp5.000 per kilogram.

Sementara itu, Kepala Perum Bulog Sub Divre Meulaboh Hardiman Hasan di Meulaboh, Rabu, mengatakan harga beras Dolog saat ini kembali stabil dengan Rp7.300 per kilogram, padahal dua pekan sebelumnya sempat mengalami kenaikan harga jual di pasar mencapai Rp7.630 per kilogram.

"Malahan saya melihat harga beras saat ini lebih baik dari tahun sebelumnya, sebab budaya masyarakat Aceh Barat dan Nagan Raya dan Aceh umumnya masih memiliki stok cadangan gabah maupun beras sampai musim panen selanjutnya," kata Hardiman.

Perum Bulog Meulaboh tidak melakukan operasi pasar maupun menggelar pasar murah untuk menekan harga beras sebab harga Gabah Kering Giling (GKG) maupun beras di pasar wilayah kerjanya yang relatif stabil.

Ia mengatakan saat pasar murah digelar pada saat menjelang puasa, permintaan tinggi terjadi hanya pada minyak goreng, tepung dan gula pasir, sementara beras malah sepi dari pembeli.

"Ini menunjukkan bahwa beras itu tidak begitu mendesak dan sangat dibutuhkan masyarakat Nagan Raya saat berbelanja, karena itu tadi, mereka masih punya stok gabah atau beras sampai panen padi selanjutnya," jelasnya.

Menurut dia, stabilitas harga beras di pasar sangat tergantung dari tinggi rendahnya permintaan masyarakat.

"Walaupun demikian kita tetap memantau terus, jangan sampai ada kenaikan beras. Pada dasarnya dalam tugas kita bukan hanya melindungi masyarakat sebagai konsumen tapi produsen juga kita lindungi, yakni mereka petani," kata Hardiman.

Di sisi lain, Harga gabah di tingkat penggilingan di Sumbar turun sebesar 10,19 persen dari Rp5.207 per kilogram menjadi Rp4.676 per kilogram. Sementara, harga gabah di tingkat petani harga tertinggi mencapai Rp5.400 per kilogram sedangkan terendah sebesar Rp3.900.

"Berdasarkan survei harga produsen gabah dari 99 transaksi pada tujuh kabupaten di Sumbar selama Mei 2016, harga gabah kering panen turun dari Rp5.110 per kilogram menjadi Rp4.590 per kilogram " kata Kepala BPS Sumbar Dody Herlando di Padang, Senin, (6/6/2016).

Menurut Dody, berdasarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2015 tentang pengadaan gabah, beras, dan penyaluran beras oleh pemerintah, ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru berlaku sejak 17 Maret 2015 untuk gabah kering panen Rp 3.700 per kilogram di tingkat petani dan tingkat penggilingan Rp 3.750 per kilogram.

Baca juga artikel terkait EKONOMI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara