tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) senilai 0,21 persen pada Maret 2019 secara month to month (mtom). Secara umum, NTP gabungan untuk berbagai sektor senilai 102,73.
NTP merupakan perbandingan harga yang diterima petani dan indeks harga yang dibayar petani. Secara umum NTP menjadi indikator daya beli lantaran dapat melihat seberapa mampu seorang petani menukar produk pertaniannya menjadi barang dan jasa yang dikonsumsi maupun digunakan kembali dalam biaya produksi.
“Perubahan paling tajam adalah NTP tanaman pangan. Turun 1,33 persen dari bulan sebelumnya. Kenapa? Ini musim panen, harga gabah turun agak tajam jadi memengaruhi pendapatan petani,” ucap Suhariyanto dalam konferensi pers di BPS pada Senin (1/4/2019).
“Ini perlu jadi perhatian pemerintah,” tambah Suhariyanto.
Menurut data BPS, NTP di hampir seluruh subsektor tanaman pertanian diberi indikator merah atau turun. Mulai dari Tanaman Pangan (NTPP), Peternakan (NTPT), Perikanan (NTNP) yang masih-masing turun sebamyak 1,33, 0,22, dan 0,41 persen.
Sementara itu, subsektor horikultura (NTPH) dan tanaman perkebunan rakyat (NTPR) naik 0,87 dan 0,70 persen. Membaiknya dua subsektor ini disebabkan membaiknya harga komoditas seperti bawang merah, karet, hingga kelapa sawit.
Melalui data ini, Suhariyanto menyimpulkan penurunan NTP tanaman pangan merupakan yang paling tajam di antara yang lain. Sebab khusus tanaman pangan, bulan Maret memang tergolong sebagai puncaknya dan diperkirakan masih akan terus berlanjut hingga April 2019 meski sudah relatif menurun.
“Bulan Maret sedang ada musim panen raya di berbagai tempat. Belum lagi harga gabah jatuh jadi NTP tanaman pangan turun 1,33 persen,” ucap Suhariyanto.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Irwan Syambudi