tirto.id - Alergi sperma atau Hypersensitivity to Human Semen (HHS) disebabkan protein yang terkandung dalam sperma pria. Alergi sperma membuat penderita mengalami rasa gatal, terbakar, dan bengkak pada vagina.
Pada kasus yang parah, reaksi akan disertai bentol-bentol dan sesak napas. Reaksi tersebut muncul paling lama satu jam setelah kulit terkena paparan sperma, dan berlangsung sampai 24 jam.
Meski belum terbukti berkaitan dengan infertilitas, biasanya wanita dengan kondisi ini menjadi sulit hamil. Sebab mereka tak bisa melakukan aktivitas seksual tanpa kondom.
Alergi ini tidak hanya muncul karena masalah alergi pada spermanya, bisa juga disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi oleh si pria dan memicu alergi tersebut.
Apa itu Alergi Sperma?
Dilansir dari International Society for Sexual Medicine, alergi sperma, alergi air mani atau HHS adalah reaksi alergi yang terjadi pada protein yang ditemukan dalam air mani pria, dan kebanyakan menyerang wanita.
Alergi sperma bisa terjadi pada wanita saat pertama kali berhubungan seks. Akan tetapi, jika wanita itu berganti pasangan dan melakukan hubungan seksual, bisa jadi alergi tidak terjadi.
Gejala Alergi Sperma
Dilansir dari Healthline, seorang wanita mungkin mengalami reaksi alergi jika mengalami satu atau lebih dari gejala berikut setelah terpapar sperma:
- Kemerahan
- Kulit terasa terbakar
- Pembengkakan
- Rasa sakit
- Gatal-gatal
Yang mengatakan, gejala dapat muncul di mana saja yang bersentuhan dengan air mani misalnya, tangan, mulut, dada, dan dubur. Reaksi alergi terhadap air mani mungkin hanya terjadi di beberapa bagian tubuh, tetapi beberapa orang mungkin akan mengalami di seluruh bagian tubuh.
Pria yang alergi terhadap air mani mereka sendiri mungkin mengalami kelelahan berat, kehangatan yang intens, dan flu tepat setelah ejakulasi.
Secara keseluruhan, gejala biasanya dimulai dalam 20 hingga 30 menit dan dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari, tergantung pada tingkat keparahannya.
Dalam kasus yang parah, anafilaksis mungkin terjadi. Gejala anafilaksis biasanya muncul dalam beberapa menit paparan dan membutuhkan perhatian medis segera.
Gejala anafilaksis meliputi sulit bernapas, mengi, lidah atau tenggorokan bengkak, denyut nadi yang cepat dan lemah, pusing atau pingsan, mual, muntah, dan diare.
Cara Perawatan Alergi Sperma
Jika setelah terpapar sperma terjadi gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera konsultasikan kepada dokter. Alergi sperma, menurut dr. David Resnick, Direktur Alergi dan Imunologi di Rumah Sakit Presbyterian Hospital, New York, merupakan kondisi yang sangat jarang terjadi pada wanita.
Namun, bahayanya tak ringan. Jika tetap “ngotot” melakukan aktivitas seksual, kematian bisa jadi risikonya. Masalah ini jadi lebih besar ketika penderita dan pasangannya ingin memiliki keturunan.
Dalam pertemuan American College of Allergy, Asthma, and Immunology beberapa tahun lalu, dokter Resnick memaparkan penanganan alergi sperma terhadap seorang wanita pengidap di Puerto Rico. Ia melakukan dua cara, pertama, memberikan suntikan anti alergi yang berisi dosis kecil sperma di dalamnya.
Lalu, kedua, ia memberikan terapi suntikan sperma ke dalam vagina pasien dengan dosis bertahap setiap 20 menit sekali. Kedua cara tadi dilakukan dengan catatan: hubungan seksual tetap dilakukan 2-3 kali seminggu. Pendeknya, pasien dibuat menjadi semakin “kebal” terhadap sperma pasangannya.
“Kegagalan terapi ini terjadi karena pasangan jarang melakukan hubungan seks. Sehingga pasien tidak terkena paparan alergen,” kata Resnick.
Namun, kedua terapi tersebut harus dilakukan di tempat perawatan khusus guna menghindari reaksi alergi yang mungkin terjadi. Biasanya, untuk meminimalisir reaksi, perawatan juga dilakukan dengan suntikan epinefrin (anti-alergi) di tangan.